Potensi Taman Nasional Tesso Nilo


Hutan Tesso Nilo merupakan hutan hujan dataran rendah yang tersisa di Sumatera saat ini dan merupakan Sub Daerah Aliran Sungai Tesso dan Nilo yang merupakan Daerah Aliran Sungai Kampar serta merupakan perwakilan ekosistem transisi dataran tinggi dan rendah yang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi

Dari hasil penelitian Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) tahun 2003 ditemukan pohon 215 jenis dari 48 family dan anak pohon 305 jenis dari 56 family. Juga ditemukan 82 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan obat dan 4 jenis tumbuhan untuk racun ikan. Jenis tumbuhan dan racun tersebut terdiri dari 86 jenis dan 78 marga yang termasuk 46 suku/famili untuk mengobati sekitar 38 macam penyakit.


Selain itu ditemukan juga 23 jenis mamalia dan dicatat sebanyak 34 jenis. Dari jumlah tersebut 18 jenis diantaranya berstatus dilindungi dan 16 jenis termasuk rawan punah berdasarakan kriteria IUCN, diantaranya adalah Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang Muncak (Muntiacus muntjak), Tapir Cipan (Tapirus indicu), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Gajah (Elephas maximus sumatranus), Harimau (Panthera tigris sumatrae) dan lain sebagainya.

Dari hasil penelitian Puslit Biologi LIPI juga tercatat 107 jenis burung dari 28 famili, salah satu yang tercatat adalah jenis burung beo sumatera (Gracula religiosa) yang hampir punah. Total jenis burung yang ditemukan tersebut merupakan 29% dari total jenis burung di pulau Sumatera yaitu 397 jenis diantaranya adalah:

Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Sempidan Sumatera (Lophura ignita),Serindit (Loriculus galgalus) dan Kuau (Argusianus argus) serta sebanyak 50 jenis ikan yang mewakili 31 genera, 16 familia dan 4 ordo yang dijumpai di S. Sawan, S. Sangkalalo, S. Toro, S. Mamahan yang berada di dalam Hutan Tesso Nilo.

Hutan Tesso Nilo memiliki beberapa anak sungai dan sungai besar yang bermuara ke Sungai Kampar. Sungai-sungai tersebut diantaranya adalah S. Segati, S. Nilo, S. Tesso, S. Toro, S. Mamahan, S. Air Sawan dan S. Medang.

Peranan hutan yang dapat dirasakan langsung adalah menjaga keseimbangan ekosistem pada komponen-kompenen yang berhubungan secara langsung pada kehidupan manusia sehari-hari. Keseimbangan tersebut adalah dalam hal tata air air (dapat mencegah banjir dan kekeringan). Hal ini sesuai dengan fungsi utama yang harus diemban hutan adalah sebagai penjaga keseimbangan ekosistem.

Tingginya tingkat pengrusakan hutan dan konflik antara manusia dengan gajah di Riau, menjadikan kawasan TNTN menjadi sangat istimewa dan perlu mendapat prioritas tinggi dalam hal pelestarian keanekaragaman hayati yang masih tersisa. Sehingga kawasan ini dapat berfungsi sebagai daerah alternatif untuk translokasi gajah yang berkonflik dengan manusia di Riau.