Salah satu suku yang hidup di jakarta adalah suku betawi. Kata Betawi berasal dari kata "Batavia" yang merupakan nama Jakarta terdahulu. Suku Betawi lahir pada tahun 1923 yang diawali dengan pendirian Perkoempoelan Kaoem Betawi. Hal ini diketahui karena semasa penjajahan, Belanda termasuk bangsa yang rajin melakukan sensus, namun pada saat itu keberadaan Suku Betawi masih belum terdaftar di dalam sensus. Ternyata sebenarnya Suku Betawi sudah ada sebelumnya, namun belum terorganisir. Maka dengan ada nya Perkoempoelan Kaoem Betawi, keberadaaan Suku Betawi mulai diakui. Sejak saat itu Kesenian Orkes Tanjidor mulai berkembang seiring dengan eksistensi Perkoempoelan Kaoem Betawi.
Suku Betawi adalah perpaduan dari berbagai etnis seperti Jawa, Sunda, Melayu, Sumbawa, Ambon dan Tionghoa. Perpaduan tersebut terlihat jelas dalam dielek Betawi dan berbagai macam kesenian Betawi. Kesenian Betawi antara lain Gambang Kromong, Rebana, Keroncong Tugu dan Tanjidor. Gambang Kromo adalah seni musik yang masih memiliki kaitan dengan tradisi Tiongkok sedangkan Rebana berkaitan dengan seni musik Arab. Keterikatan ini ditunjukkan dalam bentuk instrument music dan nada yang kelurkan oleh instrument music tersebut. Kesenian Portugis adalah latar belakang munculnya Keroncong Tugu.
Tanjidor adalah Salah satu kekayaan Budaya Indonesia yang dimiliki secara khusus orang suku Betawi yang masih bernuansa Belanda. Namun ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Kesenian Portugal adalah yang melatar belakangi munculnya Tanjidor.Namun apabila kita mempertanyakan kapan sebenarnya Kesenian Tanjidor ini lahir? Maka jawabannya adalah pada saat penjajahan Belanda.Ternyata Kesenian Tanjidor lahir sebelum perbudakan dihapuskan sekitar akhir abad 18. Tanjidor awalnya dimainkan oleh Budak-budak Belanda. Ketika Belanda berkuasa, para pejabatnya memiliki rumah yang tersebar di sekitar Batavia. Maka para budak juga turut di tugaskan di sana. Dalam waktu senggang nya, para budak tersebut sering memainkan sebuah music di dalam sebuah kelompok.
Tanjidor adalah kesenian musik yang dimainkan oleh sekelompok orang. Maka sering disebut Orkes Tanjidor. Orkes Tanjidor berkembang sejak abad ke-19 di dalam setelah munculnya Perkoempolan Kaoen Betawi.
Tanjidor terdiri dari piston, trombon, tenor, klarinet, bas, dan tambur. Piston, tombon, tenor, klarinet dan bas adalah alat musik tiup, sendangkan tambur adalah alar musik pukul. Bila kita berkunjung ke Jakarta, khusus nya di daerah pemukiman suku Betawi, kita akan mendapati upacara perkawinan Betawi yang diiringi dengan Orkes Tanjidor.
Orkes tanjdor sering memainkan lagu-lagu rakyat seperti jali-jali. Selain perkawinan, beberapa acara yang umumnya dimeriahan oleh Orkes Tanjidor adalah khitanan, acara umum seperti memperingati kemerekaan Indonesia dan Tahun baru baik Masehi maupun Imlek. Pada acara tersebut Orkes tanjidor umumnya berkeliling sambil bermain musik yang sering disebut ngamen. Ngamen dilakukan dengan berjalan kaki tanpa alas kaki.