Dolorosa Sinaga (Pematung)


Riwayat Singkat
Seni patung telah menjadi pilihan Dolorosa Sinaga. Mematung bukanlah cita-citanya. Karena mematung harus melibatkan kerja keras, banyak masalah teknik yang harus dikuasai dan yang paling utama adalah bahwa seni patung tersebut menawarkan persoalan relasi dimensional pada manusia. Itulah yang diungkapkan oleh Dolorosa Sinaga, seorang wanita pematung. Dolorosa Sinaga dilahirkan 31 Oktober 1953 di Sibolga, Sumatera Utara.

Perhatian Dolorosa terhadap seni patung kelihatan setelah ia masuk mengikuti pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Untuk mendalam seni tersebut ia meneruskan pendidikannya di St martin’s School of Art di London Inggris.

Kemudian ia menambah pengetahuan di Karnarija Lubiyana, Yugoslavia dan di Piero’s Art Foundry Berkley, Amerika Serikat.

Dalam menekuni seni patung Dolorosa seni patung, Dolorosa telah berjalan selama 15 tahun, dan 10 tahun terakhir media patungnya beralih ke logam perunggu. Pilihan tersebut, adalah karena perunggu mempunyai kualitas yang dapat memukau dan permukaanya berkilau. Di dalam perunggu tersebut tersimpan nuansa karakter perempuan dan pada sisi lain perunggu memiliki kekuatan dan ketahanan yang cenderung sebagai karakter laki-laki. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa dalam diri perunggu itu ada dua karakter yang bertentangan, tetapi tak dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Karena itulah maka Dolorosa memilih perunggu sebagai medianya.

Dolorosa mencermati, bahwa kehadiran patung sebagai karya seni di tempat-tempat umum, seperti halnya lukisan hamper ada di setiap sudut-sudut ruang hotel, perkantoran tempat pertemuan dan tempat-tempat lainnya belumlah mendapat tempat yang maksimal. Begitu juga penempatan monument-monumen sebagai penghias kota dengan pendirian monument-monumen, seperti yang telah di diprakasai oleh Presiden Soekarno, yang diantaranya adalah Tugu Pembebasan Irian Barat, Patung Dirgantara, Tugu Selamat datang, masih memperlihatkan sifat penciptaan yang refesentatif atau dengan kata lain masih dibuat dalam bentuk letterer. Belum t3erlihat adanya pembuatan monument dalam pendekatan simbolik artistic, seperti ide-ide Soekarno. Dalam artian yang jelas bahwa abstraksinya masih kurang.

Dalam masalah tersebut diakui oleh Dolorosa, bahwa hal demikian bukan saja seniman atau pematung yang membuat kekeliruan, tetapi juga agaknya berkaitan erat dengan wawasan para pemesan yang kurang memberi peluang bagi lahirnya karya-karya yang kreatif sebagai penghias kota. Dalam permasalahan tersebut Dolorosa menyadari bahwa sebenarnya dirasakan juga belum banyak pematung yang mengerti tentang pendekatan abstrak. Bertolak dari permasalahan tadi, Dolorosa bukan saja mengharapkan, tetapi dengan nada anjuran agar seniman dan masyarakat lebih meningkatkan komunikasi, agar pemahaman terhadap expresi seni bukan melulu wilayah yang hanya dimengerti oleh seniman saja.

Perjalanan Dolorosa dalam menggeluti profesinya ini telah dapat menelorkan karya-karya besar yang diantaranya seperti Gate of harmoni di Kualalumpur, Malaysia. Pekerjaan ini diakuinya ketika ia mendapat kepercayaan untuk mewakili Indonesia dalam asean Squan Sculpture Symposium pada tahun 1987. Selain itu ia telah pula membuat monument semangat angkatan 66 yang dipajang dibilangan kuningan, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan. Juga Dolorosa telah merennakan pembuatan elemen estetika untuk Bandar Kota Kermayoran, Jakarta.

Di luar itu, Dolorosa dengan dibantu oleh 15 orang karyawannya merancang pembuatan piala dan tropy. Piala rancangannya diantaranya adalah untuk penghargaan Yap Thiam Hiien, Kridha Wanajya Tahama. Anugrah Menteri Negara Urusan Peranan Wanita untuk almarhumah Ny. Tien Soeharto dan tropy kegiatan budaya Jakrta Internasional Women’s Festival.

Menyadari akan arti pentingnya seni, teristimewa seni patung maka demi kemajuan seni patung ia merelakan diri untuk duduk sebagai dekan Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Danuntuk mendukung kemajuan bidang tersebut Dolorosa terus mencurahkan segala daya dan kemampuannya agar seni patung dapat leih memasyarakat, selain itu sebagai pematung ia terus mencipta untuk menelorkan hasil karyanya.

Dalam menekuni bidangnya, Dolorosa telah berhasil menciptakan karya-karya monumental. Salah satu prestasinya yang gemilang ialah dengan terpilihnya Dolorosa sebagai salah satu dari tiga pemenang monumen nasional.

Dari aktivitas yang terus digeluti Dolorosa, yang terus merenung dan mencipta serta berkarya, berarti ia telah memberikan perhatian besar pada kelangsungan karya budaya. Dan perjuangan tersbut tidaklah sia-sia, karena ia sebagai wanita pematung telah terpilih sebagai salah seorang yang mendapat penghargaan Citra Adhikarya Budaya. (Muchtaruddin Ibrahim)

Photo : http://grafisosial.files.wordpress.com

Sumber:
Ibrahim, Muchtaruddin, dkk. 1999. Ensiklopedi Tokoh Kebudayaan IV. Jakarta. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan