Yogyakarta - Gubernur DIY Sri Sultan HB X secara tegas menolak lontaran ide dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY yang menggagas dijadikannya kawasan Pasar Kembang (Sarkem) menjadi tempat wisata seks di DIY seperti halnya di beberapa negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura.
"Kalau saya gak setuju itu. Kita gak bicara dan pakai cara-cara seperti itu lah," ujar Sultan usai menjadi Keynote Speaker seminar RUU Kepemudaan di UC UGM, Kamis (6/12/2007).
Menurut Sultan untuk mengembangkan pariwisata di DIY tidak perlu menggunakan cara-cara menghalalkan segala cara seperti yang dilontarkan PHRI tadi. Sultan justru menyindir meskipun tidak ada rencana dari PHRI ini keberadaan pelacur maupun germo tetap masih ada.
"Gak usah omong PHRI aja germo juga ada to," tambah Sultan.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Yogyakarta, Hadi Mochtar juga secara tegas menolak wacana dijadikannya Sarkem menjadi wisata seks di DIY untuk menarik perhatian wistawan sehingga bisa mendatangkan pendapatan bagi DIY.
"Kita sepakat dikembangkannya Sarkem menjadi kawasan wisata andalan di pusat kota. Tapi tidak sebagai wisata seks. Kita kembangkan dari segi lainnya seprti kesenian tradional dan pengembangan hotel serta reastauran setempat," kata Hadi.
Sebelumnya munculnya wacana dijadikannya Sarkem menjadi kawasan wisata seks di DIY berasal dari Istijab, Ketua PHRI DIY. Istijab mengatakan Sarkem cukup prospektif dikembangkan menjadi kawasan wisata andalan di DIY termasuk kemungkinan sebagai kawasan wisata seks.
"Kita gak usah munafik lah. Kalau ada tamu di hotel kita biasanya khan mereka mau diantar ke Sarkem. Di negara lain Malaysia dan Singapura misalnya khan juga ada sentra wisata seks. Selain ada pendapatan untuk daerah khan penyebaran HIV/AIDS bisa dikurangi karena lebih terpusat di satu tempat saja," kata Istijab.(Satria Nugraha/Trijaya/sjn)
"Kalau saya gak setuju itu. Kita gak bicara dan pakai cara-cara seperti itu lah," ujar Sultan usai menjadi Keynote Speaker seminar RUU Kepemudaan di UC UGM, Kamis (6/12/2007).
Menurut Sultan untuk mengembangkan pariwisata di DIY tidak perlu menggunakan cara-cara menghalalkan segala cara seperti yang dilontarkan PHRI tadi. Sultan justru menyindir meskipun tidak ada rencana dari PHRI ini keberadaan pelacur maupun germo tetap masih ada.
"Gak usah omong PHRI aja germo juga ada to," tambah Sultan.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Yogyakarta, Hadi Mochtar juga secara tegas menolak wacana dijadikannya Sarkem menjadi wisata seks di DIY untuk menarik perhatian wistawan sehingga bisa mendatangkan pendapatan bagi DIY.
"Kita sepakat dikembangkannya Sarkem menjadi kawasan wisata andalan di pusat kota. Tapi tidak sebagai wisata seks. Kita kembangkan dari segi lainnya seprti kesenian tradional dan pengembangan hotel serta reastauran setempat," kata Hadi.
Sebelumnya munculnya wacana dijadikannya Sarkem menjadi kawasan wisata seks di DIY berasal dari Istijab, Ketua PHRI DIY. Istijab mengatakan Sarkem cukup prospektif dikembangkan menjadi kawasan wisata andalan di DIY termasuk kemungkinan sebagai kawasan wisata seks.
"Kita gak usah munafik lah. Kalau ada tamu di hotel kita biasanya khan mereka mau diantar ke Sarkem. Di negara lain Malaysia dan Singapura misalnya khan juga ada sentra wisata seks. Selain ada pendapatan untuk daerah khan penyebaran HIV/AIDS bisa dikurangi karena lebih terpusat di satu tempat saja," kata Istijab.(Satria Nugraha/Trijaya/sjn)