Daerah Passer Baroe dulu dikenal sebagai daerah elite karena berada tidak jauh dari jalan Rijswick (sekarang Jalan Veteran) yang dibangun oleh kompeni Belanda untuk orang-orang kaya di Batavia.
Di area ini kebanyakan dihuni oleh keturunan Tionghoa, ketika itu belum ada rumah bertingkat. Sepanjang jalan raya masih sangat rindang dipenuhi dengan deretan pohon-pohon asam yang tinggi. Sebagian besar bangunannya merupakan perpaduan antara gaya Cina dan eropa.
Memasuki abad 20, jalan raya tersebut mulai dipenuhi toko-toko baru. Hal itu pula yang mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk memperindah Pasar Baru. Dibuatlah trotoar di kiri dan kanan jalan sehingga pejalan kaki merasa nyaman. Kala itu yang dijual di sana bukanlah sepatu dan tekstil, malah kebanyakan terdiri dari toko kelontong. Baru pada 1903, Tio Tek Hong mendirikan toko di pojok jalan perempatan gang Kelinci dan Pasar Baru. Area ini menjual barang-barang anyar dari Eropa dan Amerika. Di toko ini, pembeli juga tak harus menawar karena harganya pasti. Berkat Tio pula area ini naik daun. Kemudian daerah ini berkembang menjadi kompleks pertokoan elit.
Konon, saking berkelasnya area tersebut, pemerintah Hindia Belanda sampai harus menugaskan aparat keamanan alias opas untuk memeriksa tampilan para pengunjung. Bila tak rapi, bisa-bisa yang bersangkutan diusir. Kadangkala, para pendatang diharuskan berdasi dan bersepatu.
Kini, toko milik Tio Tek Hong tak ada lagi. Seperti halnya toko-toko lain, wajahnya sudah berubah. Renovasi membuat toko itu tak menyisakan lagi warna aslinya. Memang hanya beberapa bangunan yang bertahan dalam wajah lamanya. Di antaranya adalah Gedung Antara dan Toko Djamu Nyonya Meneer. Model bangunan yang bergaya tahun 40-an lengkap dengan aksesorinya tokonya.
Kini Pasar Baru identik dengan toko sepatu dan tekstil. Pasar yang dibangun 1820 itu kini dijadikan obyek wisata di Jakarta. Walaupun banyak mall bertebaran di Jakarta saat ini, nyatanya Pasar Baru masih mempunyai pengunjung fanatik. Apalagi bagi mereka yang ingin mencari atau membeli sepatu. Bahkan ada pameo di kalangan masyarakat Jakarta yang berbunyi "baju boleh beli di Mall, tapi kalau sepatu carinya di Pasar Baru". Toko sepatu yang tersohor di Pasar Baru adalah Lim Seng Lie.
Antara tahun 70 an dan 80 an, warga Jakarta masih senang untuk berplesir ke kawasan ini. Di akhir pekan, kawasan yang masih masuk dalam lingkup kecamatan Sawah Besar ini selalu ramai. Orang berbelanja atau sekedar cuci mata, berbaur menjadi satu. Menginjak era 90an, citra kawasan ini mulai bergeser seiring dengan kian maraknya pembangunan mall di ibu kota.
Untuk mengangkat citra kawasan ini yang merupakan pusat perbelanjaan tua di Jakarta, pemerintah telah melaksanakan agenda tahunan, yaitu diadakannya Festival Passer Baroe. Festival ini telah digelar oleh pemerintah kota Jakarta sejak tahun 1999. Festival ini diselenggarakan setiap tanggal 22 Juni untuk ikut memeriahkan ulang tahun kota Jakarta. Festival ini juga bertujuan untuk mendongkrak pariwisata ibukota.
Jadi jika melancong ke Pasar Baru, jangan sekedar berbelanja saja. Cobalah nikmati sisa-sisa keindahan dan kejayaan Jakarta di masa lalu. Bagi yang kangen dengan jajanan tradisonal, di kawasan ini anda masih bisa menemukan jajanan khas Jakarta seperti kue pancong, siomay, otak2, kue cubit, kue pepe, uli bakar, kerak telor, cakwe, es segar, dan berbagai masakan lainnya. (Wta/08)
Sumber: dari berbagai sumber
Sumber : http://www.paketrupiah.com
Di area ini kebanyakan dihuni oleh keturunan Tionghoa, ketika itu belum ada rumah bertingkat. Sepanjang jalan raya masih sangat rindang dipenuhi dengan deretan pohon-pohon asam yang tinggi. Sebagian besar bangunannya merupakan perpaduan antara gaya Cina dan eropa.
Memasuki abad 20, jalan raya tersebut mulai dipenuhi toko-toko baru. Hal itu pula yang mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk memperindah Pasar Baru. Dibuatlah trotoar di kiri dan kanan jalan sehingga pejalan kaki merasa nyaman. Kala itu yang dijual di sana bukanlah sepatu dan tekstil, malah kebanyakan terdiri dari toko kelontong. Baru pada 1903, Tio Tek Hong mendirikan toko di pojok jalan perempatan gang Kelinci dan Pasar Baru. Area ini menjual barang-barang anyar dari Eropa dan Amerika. Di toko ini, pembeli juga tak harus menawar karena harganya pasti. Berkat Tio pula area ini naik daun. Kemudian daerah ini berkembang menjadi kompleks pertokoan elit.
Konon, saking berkelasnya area tersebut, pemerintah Hindia Belanda sampai harus menugaskan aparat keamanan alias opas untuk memeriksa tampilan para pengunjung. Bila tak rapi, bisa-bisa yang bersangkutan diusir. Kadangkala, para pendatang diharuskan berdasi dan bersepatu.
Kini, toko milik Tio Tek Hong tak ada lagi. Seperti halnya toko-toko lain, wajahnya sudah berubah. Renovasi membuat toko itu tak menyisakan lagi warna aslinya. Memang hanya beberapa bangunan yang bertahan dalam wajah lamanya. Di antaranya adalah Gedung Antara dan Toko Djamu Nyonya Meneer. Model bangunan yang bergaya tahun 40-an lengkap dengan aksesorinya tokonya.
Kini Pasar Baru identik dengan toko sepatu dan tekstil. Pasar yang dibangun 1820 itu kini dijadikan obyek wisata di Jakarta. Walaupun banyak mall bertebaran di Jakarta saat ini, nyatanya Pasar Baru masih mempunyai pengunjung fanatik. Apalagi bagi mereka yang ingin mencari atau membeli sepatu. Bahkan ada pameo di kalangan masyarakat Jakarta yang berbunyi "baju boleh beli di Mall, tapi kalau sepatu carinya di Pasar Baru". Toko sepatu yang tersohor di Pasar Baru adalah Lim Seng Lie.
Antara tahun 70 an dan 80 an, warga Jakarta masih senang untuk berplesir ke kawasan ini. Di akhir pekan, kawasan yang masih masuk dalam lingkup kecamatan Sawah Besar ini selalu ramai. Orang berbelanja atau sekedar cuci mata, berbaur menjadi satu. Menginjak era 90an, citra kawasan ini mulai bergeser seiring dengan kian maraknya pembangunan mall di ibu kota.
Untuk mengangkat citra kawasan ini yang merupakan pusat perbelanjaan tua di Jakarta, pemerintah telah melaksanakan agenda tahunan, yaitu diadakannya Festival Passer Baroe. Festival ini telah digelar oleh pemerintah kota Jakarta sejak tahun 1999. Festival ini diselenggarakan setiap tanggal 22 Juni untuk ikut memeriahkan ulang tahun kota Jakarta. Festival ini juga bertujuan untuk mendongkrak pariwisata ibukota.
Jadi jika melancong ke Pasar Baru, jangan sekedar berbelanja saja. Cobalah nikmati sisa-sisa keindahan dan kejayaan Jakarta di masa lalu. Bagi yang kangen dengan jajanan tradisonal, di kawasan ini anda masih bisa menemukan jajanan khas Jakarta seperti kue pancong, siomay, otak2, kue cubit, kue pepe, uli bakar, kerak telor, cakwe, es segar, dan berbagai masakan lainnya. (Wta/08)
Sumber: dari berbagai sumber
Sumber : http://www.paketrupiah.com