Museum Nasional Gelar Pameran Khasanah Budaya Sumatra

Jakarta - Museum Nasional Indonesia/MNI bekerjasama dengan Rijksmuseum voor Volkenkunde/RMV Leiden, Belanda, menggelar pameran bertajuk Khasanah Budaya Sumatra di Museum Nasional Jakarta mulai 8 Juni hingga 8 September 2009.

"Budaya merupakan jalan yang lebih cair dan lebih bisa masuk kemana-mana. Museum itu jendela untuk kunjungan-kunjungan ke daerah. Sebagai salah satu ikon atau destinasi wisata, Museum Nasional terus memperbaiki citra dan setiap bulan sekarang ada agenda pameran," kata Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Hari Untoro Drajat saat membuka pameran di Jakarta, Senin (8/6).

Pameran ini menampilkan 230 benda budaya koleksi MNI dan RMV yang didukung pula oleh beberapa Museum Provinsi yakni Museum Provinsi Sumat era Utara, Museum Provinsi Sumatera Barata Adityawarman, Museum Provinsi Jambi, Museum Provinsi Sumatera Selatan Balaputeradewa. Selain Museum provinsi, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Sumatera Bar at dan Riau juga turut berpartisipasi.

Dari 230 benda budaya itu, sekitar 140 buah merupakan koleksi MNI, 76 buah koleksi RMV Leiden, 15 benda dari museum-museum provinsi dan BP3 Provinsi. Koleksi yang dipamerkan meliputi meliputi koleksi prasejarah, arkeo logi, numismatik, keramik, etnografi, geografi, dan koleksi naskah kuno.

Adapun alasan mengapa Sumatera diangkat sebagai tema pameran kali ini karena Sumatra memiliki banyak cerita melegenda, seperti halnya Semenanjung Tanah Melayu.

"Kerjasama MNI dan RMV bukanlah yang pertama. Pameran Warisan Budaya Bersama pernah digelar di Jakarta pada bulan Agustus-Oktober 2005, dan Desember 2005-April 2006 di Amsterdam, Belanda," kata Duta Besar Belanda untuk Indonesia Dr Nikolaos van Dam.

Kerjasama lanjutan MNI da n RMV ini berada di bawah payung suatu proyek bernama The New Museum. Menurut Kepala Proyek the New Museum Francine Brinkgreve, kerjasama akan diperluas khususnya di bidang pengembangan sumber daya manusia, karena tidak terbatas pada aspek-aspek teknis ku ratorial, konservasi, dan penyajian saja, melainkan telah meningkat kepada aspek-aspek lainnya seperti pengembangan perpustakaan, edukasi dan pemasaran museum.

Menurut Kepala MNI Retno Sulistyoningsih, MNI dikunjungi oleh 4.000 pengunjung. Ini merupakan angka yang besar. Untuk itu, dulu museum yang terkesan angker diubah citranya menjadi museum yang tak lagi angker dan nyaman untuk dikunjungi.

Sumber:

http://oase.kompas.com