Wisata Pantai Juga Wisata Kuliner
Langit berwarna biru cerah, senada dengan warna laut Blimbingsari pada sore itu. Tampak garis cakrawala di arah timur. Dari pantai itu pula Pulau Bali yang terletak di seberang serasa dekat.
Pantai dengan panorama alam yang indah di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, itu bisa dijadikan pilihan berpelesiran. Ketika pagi menjelang, pesona matahari terbit menjadi suguhan pertama, disusul kesibukan nelayan menurunkan berbagai jenis ikan tangkapan saat baru pulang melaut. Perahu-perahu dengan beraneka warna yang disandarkan di tepi pantai menjadi pemikat yang menakjubkan pada siang hari.
Sore menjelang, ratusan pengunjung memadati pantai dengan aneka kegiatan, seperti berolah raga sepak bola atau voli. Ada pula yang tetap berada dalam kendaraannya sambil menyaksikan deburan ombak dan merasakan sejuknya semilir angin. "Pantainya indah. Suasananya pun enak," ujar Ali Mustofa, 39 tahun, yang sore itu membawa anak dan istrinya.
Pengunjung juga bisa memilih pantai ini untuk bersantap malam. Puluhan "warles" alias warung lesehan yang berjejer di sepanjang pantai menyajikan beraneka makanan laut. Ikan-ikan segar seperti kerapu, kakap, udang, cumi, putihan, barongan, rajungan, dan kepiting, tinggal dipilih. Nasi hangat, lalapan, sayuran, serta sambal pedas menjadi pelengkap. Harganya? Bisa disesuaikan dengan isi kantong, Rp 25 ribu hingga Rp 60 ribu.
Selesai makan, pengunjung dipersilakan memilih beragam bumbu sebagai buah tangan. Ada bumbu pindang koyong, pepesan, rica-rica, dan bumbu merah. Mau pedas atau tidak, semua bisa disesuaikan dengan selera.
Buang Lestari, 48 tahun, salah satu pendiri warung lesehan, menuturkan bahwa warung-warung di pantai ini tak pernah sepi pengunjung. Tidak hanya malam, tapi juga siang hari. Warung "Lestari" miliknya tergolong besar dan sudah terkenal, dengan bangunan 12 X 14 meter. "Tempat ini, selain menjadi lokasi wisata pantai, sudah terkenal sebagai tujuan wisata kuliner," ujar mantan nelayan Blimbingsari itu.
Pengunjung tak pernah sepi. Bukan hanya dari Banyuwangi, tapi juga dari berbagai daerah lainnya di Jawa Timur, bahkan termasuk wisatawan asing. Untuk melayani tamunya, Buang mempekerjakan 10 orang karyawan.
Warung lesehan yang mulai berdiri pada 1998 itu memang menjadi salah satu pemikat bagi pengunjung yang mendatangi Pantai Blimbingsari. Awalnya, "warles" adalah rumah para nelayan.
Dan seperti kata Buang, bermula dari coba-coba, lalu dijual kepada tetangga, lambat laun masakan Buang bertambah laris. Lalu terbersit keinginan untuk mendirikan warung lesehan. "Karena melihat warung saya ramai, tetangga-tetangga saya juga ikut membuka warles," tutur ayah dua anak itu. Kini Buang mampu mendirikan dua cabang warles di kota Kecamatan Rogojampi dan kota Banyuwangi.
Pantai Blimbingsari mudah dijangkau. Letaknya sekitar 17 kilometer arah selatan dari pusat Kota Banyuwangi. Bila tidak punya kendaraan sendiri, pengunjung bisa memilih angkutan umum atau dokar (andong) yang biasa mangkal di Pasar Rogojampi. Sepanjang perjalanan menuju pantai, sembari menikmati gemerincing suara kalung kuda penarik andong, hamparan sawah nan hijau menjadi suguhan yang tak kalah menarik.
Wisata Pantai dari Utara Sampai Selatan
Pantai Blimbingsari yang terhampar dari utara hingga selatan hanyalah satu dari banyak tempat wisata pantai di Banyuwangi. Wana Wisata Watudodol menjadi gerbang wisata sebelum memasuki Kota Banyuwangi. Hamparan laut yang juga masuk dalam perairan Selat Bali ini bisa dinikmati sembari melakukan perjalanan dari arah Situbondo.
Watudodol juga biasa dijadikan sebagai tempat beristirahat para pelancong yang hendak keluar dari Banyuwangi melalui Pantai Utara. Pantainya bersih. Sehabis menikmati pemandangan laut, pengujung bisa mendaki bukit di seberang jalan.
Disebut Watudodol karena bukit-bukit batu di tepi pantai itu dipakai untuk tempat berjualan. Tapi ada juga mitos bahwa di antara bukit-bukit batu itu terdapat sebuah batu setinggi tiga meter. Pada zaman prasejarah, batu itu menjadi tempat sembahyang nenek moyang. Mitos itu masih dipercaya hingga sekarang. Konon, keinginan seseorang akan terkabul hanya dengan menyentuh batu itu.
Di wilayah selatan ada salah satu tempat wisata bernama Wana Wisata Grajagan. Meskipun jauh, menempuh perjalanan 1,5 jam dari Kota Banyuwangi, pantai di Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, juga tak pernah sepi. Ombak yang tinggi menjadi pemikat, terutama bagi penggila olahraga selancar. Di sana pun tersedia berbagai fasilitas wisata, termasuk penginapan.
Sepanjang perjalanan menuju Pantai Grajagan, pengunjung disuguhi pemandangan hutan jati yang tumbuh lebat di kanan dan kiri jalan, sehingga perjalanan yang panjang tidak akan membosankan. (Ika Ningtyas)
Sumber : http://www.korantempo.com
Foto : http://upload.kapanlagi.com
Langit berwarna biru cerah, senada dengan warna laut Blimbingsari pada sore itu. Tampak garis cakrawala di arah timur. Dari pantai itu pula Pulau Bali yang terletak di seberang serasa dekat.
Pantai dengan panorama alam yang indah di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, itu bisa dijadikan pilihan berpelesiran. Ketika pagi menjelang, pesona matahari terbit menjadi suguhan pertama, disusul kesibukan nelayan menurunkan berbagai jenis ikan tangkapan saat baru pulang melaut. Perahu-perahu dengan beraneka warna yang disandarkan di tepi pantai menjadi pemikat yang menakjubkan pada siang hari.
Sore menjelang, ratusan pengunjung memadati pantai dengan aneka kegiatan, seperti berolah raga sepak bola atau voli. Ada pula yang tetap berada dalam kendaraannya sambil menyaksikan deburan ombak dan merasakan sejuknya semilir angin. "Pantainya indah. Suasananya pun enak," ujar Ali Mustofa, 39 tahun, yang sore itu membawa anak dan istrinya.
Pengunjung juga bisa memilih pantai ini untuk bersantap malam. Puluhan "warles" alias warung lesehan yang berjejer di sepanjang pantai menyajikan beraneka makanan laut. Ikan-ikan segar seperti kerapu, kakap, udang, cumi, putihan, barongan, rajungan, dan kepiting, tinggal dipilih. Nasi hangat, lalapan, sayuran, serta sambal pedas menjadi pelengkap. Harganya? Bisa disesuaikan dengan isi kantong, Rp 25 ribu hingga Rp 60 ribu.
Selesai makan, pengunjung dipersilakan memilih beragam bumbu sebagai buah tangan. Ada bumbu pindang koyong, pepesan, rica-rica, dan bumbu merah. Mau pedas atau tidak, semua bisa disesuaikan dengan selera.
Buang Lestari, 48 tahun, salah satu pendiri warung lesehan, menuturkan bahwa warung-warung di pantai ini tak pernah sepi pengunjung. Tidak hanya malam, tapi juga siang hari. Warung "Lestari" miliknya tergolong besar dan sudah terkenal, dengan bangunan 12 X 14 meter. "Tempat ini, selain menjadi lokasi wisata pantai, sudah terkenal sebagai tujuan wisata kuliner," ujar mantan nelayan Blimbingsari itu.
Pengunjung tak pernah sepi. Bukan hanya dari Banyuwangi, tapi juga dari berbagai daerah lainnya di Jawa Timur, bahkan termasuk wisatawan asing. Untuk melayani tamunya, Buang mempekerjakan 10 orang karyawan.
Warung lesehan yang mulai berdiri pada 1998 itu memang menjadi salah satu pemikat bagi pengunjung yang mendatangi Pantai Blimbingsari. Awalnya, "warles" adalah rumah para nelayan.
Dan seperti kata Buang, bermula dari coba-coba, lalu dijual kepada tetangga, lambat laun masakan Buang bertambah laris. Lalu terbersit keinginan untuk mendirikan warung lesehan. "Karena melihat warung saya ramai, tetangga-tetangga saya juga ikut membuka warles," tutur ayah dua anak itu. Kini Buang mampu mendirikan dua cabang warles di kota Kecamatan Rogojampi dan kota Banyuwangi.
Pantai Blimbingsari mudah dijangkau. Letaknya sekitar 17 kilometer arah selatan dari pusat Kota Banyuwangi. Bila tidak punya kendaraan sendiri, pengunjung bisa memilih angkutan umum atau dokar (andong) yang biasa mangkal di Pasar Rogojampi. Sepanjang perjalanan menuju pantai, sembari menikmati gemerincing suara kalung kuda penarik andong, hamparan sawah nan hijau menjadi suguhan yang tak kalah menarik.
Wisata Pantai dari Utara Sampai Selatan
Pantai Blimbingsari yang terhampar dari utara hingga selatan hanyalah satu dari banyak tempat wisata pantai di Banyuwangi. Wana Wisata Watudodol menjadi gerbang wisata sebelum memasuki Kota Banyuwangi. Hamparan laut yang juga masuk dalam perairan Selat Bali ini bisa dinikmati sembari melakukan perjalanan dari arah Situbondo.
Watudodol juga biasa dijadikan sebagai tempat beristirahat para pelancong yang hendak keluar dari Banyuwangi melalui Pantai Utara. Pantainya bersih. Sehabis menikmati pemandangan laut, pengujung bisa mendaki bukit di seberang jalan.
Disebut Watudodol karena bukit-bukit batu di tepi pantai itu dipakai untuk tempat berjualan. Tapi ada juga mitos bahwa di antara bukit-bukit batu itu terdapat sebuah batu setinggi tiga meter. Pada zaman prasejarah, batu itu menjadi tempat sembahyang nenek moyang. Mitos itu masih dipercaya hingga sekarang. Konon, keinginan seseorang akan terkabul hanya dengan menyentuh batu itu.
Di wilayah selatan ada salah satu tempat wisata bernama Wana Wisata Grajagan. Meskipun jauh, menempuh perjalanan 1,5 jam dari Kota Banyuwangi, pantai di Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, juga tak pernah sepi. Ombak yang tinggi menjadi pemikat, terutama bagi penggila olahraga selancar. Di sana pun tersedia berbagai fasilitas wisata, termasuk penginapan.
Sepanjang perjalanan menuju Pantai Grajagan, pengunjung disuguhi pemandangan hutan jati yang tumbuh lebat di kanan dan kiri jalan, sehingga perjalanan yang panjang tidak akan membosankan. (Ika Ningtyas)
Sumber : http://www.korantempo.com
Foto : http://upload.kapanlagi.com