Menjajal Negeri Bawah Angin

Oleh: Budi Riza

Jika dikelola secara profesional, Pulau Manukan menjanjikan wisata laut yang bervariasi.
Kapal motor putih sepanjang sekitar 10 meter berkapasitas 15 orang itu melaju deras meretas riak-riak kecil laut selepas beringsut dari dermaga hotel bintang lima Pacific Sutera di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Diawaki dua orang, salah satunya bertindak sebagai asisten melepas tambang di dermaga, kapal dari serat kaca itu bergerak cepat sekali menuju Pulau Manukan, awal Mei lalu.

Saking cepatnya, berkali-kali perahu mengentak permukaan laut. Para penumpang, yang mengenakan jaket penyelamat sejak naik kapal, duduk berpegangan erat ke kursi atau sisi kapal. Angin segar laut kencang menerpa. Teriakan-teriakan kaget, kadang ngasal, keluar saat benturan perahu ke laut dirasakan terlalu keras. Toh, ini tak membuat penumpangnya--semua dari Tanah Air dan kebanyakan baru pertama kali menjejak daerah di kepala Pulau Kalimantan itu--surut nyali untuk bergaya.

Salah seorang yang duduk paling depan didapuk menjadi fotografer dadakan. Berbekal kamera digital saku, sambil tangan kirinya berpegangan pada rangka besi atap perahu, si juru potret ini pun memulai aksinya. Jepret demi jepret berlanjut, lalu kamera pun bertukar. Seorang lainnya ketiban pulung bergantian mengambil gambar. Para turis jiran ini asyik berpose sesukanya, tapi tetap di tempat duduk masing-masing karena perahu berguncang keras berkali-kali.

Sang nakhoda kapal, seorang pria paruh baya, dan asistennya yang menjejak usia remaja cuma tersenyum lebar melihat aksi orang-orang Jakarta ini. Sekitar 15 menit perahu ngebut, terkadang saling balap dengan perahu pelancong lainnya.

Matahari baru sepenggalahan naik, langit biru cerah, dan bayangan pulau di depan yang hijau ditumbuhi pepohonan terasa menyejukkan mata. Makin lama bayangannya semakin membesar saja.

Pulau Manukan termasuk satu dari rangkaian lima pulau di Taman Nasional Tunku Abdul Rahman, yang terentang seluas sekitar 5.000 hektare. Nama taman nasional ini diambil dari nama bapak kemerdekaan negara itu, Abdul Rahman. Tunku adalah gelar kerajaan tertinggi. Abdul Rahman tercatat sebagai perdana menteri pertama Negeri Sawit itu, termasuk setelah Sabah dan Sarawak bergabung membentuk negara Malaysia.

Sabah sendiri dikenal dengan julukan "Negeri Bawah Angin", karena letaknya di kepala Pulau Kalimantan berada di luar jalur angin topan. Ini membuat negeri yang kaya dengan beragam keindahan alamnya itu nyaman dari gangguan perubahan cuaca yang drastis.

Pulau lainnya di sini adalah Gaya, Mamutik, Sapi, dan Sulug. Manukan, yang berbentuk seperti bumerang ini, merupakan pulau kedua terbesar setelah Gaya, dengan luas 20,64 hektare dan panjang sekitar 1,5 kilometer. Fasilitasnya terbilang paling lengkap di antara pulau-pulau yang lain, termasuk berbagai sarana rekreasi wisata alam.

Di sini pelancong dimanjakan dengan berbagai kelengkapan, dari penginapan dengan dua restoran, fasilitas penyulingan air laut, sistem pengolahan air buangan, hingga telepon umum yang energinya dari cahaya mentari. Untuk kegiatan olahraga, ada lapangan bola, lapangan bulu tangkis, dan kolam. Tempat ini dikelola secara monopoli oleh sebuah perusahaan jasa pariwisata komersial.

Kapal yang saya tumpangi mulai melambat sekitar 50 meter dari dermaga kayu Pulau Manukan. Di sana sudah tertambat lima kapal sejenis, sebagian berukuran lebih kecil daripada kapal kami. Kapal terus bermanuver perlahan setelah kapal-kapal motor lain membuka jalan, hingga ujung depannya mencium dermaga. Setelah tambang kapal tertambat, satu per satu penumpang bergerak naik ke dermaga ini, pertama ke bagian yang lebih rendah dan pendek lalu naik beberapa anak tangga ke bagian yang lebih tinggi.

Beberapa perempuan muda, dengan seragam kaus hitam lengan pendek dan rok batik selutut serta rambut yang diikat ke belakang, menyambut dengan senyum dan kalung rangkaian bunga. Salah satunya menyodorkan keranjang berisi timbunan potongan kecil roti tawar. Roti ini bukan untuk camilan pengunjung, melainkan untuk makhluk-makhluk di bawah dermaga.

Begitu potongan roti ditebar ke sisi dermaga, seperti dicontohkan si petugas, serombongan ikan berbagai warna, entah dari mana, mendadak datang menyerbu, rakus melahap.

"Airnya bersih banget," kata Nadila Utamadira, 20 tahun, salah satu anggota rombongan, melihat surga di laut dangkal ini. "Mirip di Pulau Bidadari Kepulauan Seribu."

Setelah roti habis ditebar, baru saya dan rombongan undangan perusahaan penerbangan Air Asia untuk peluncuran jalur penerbangan langsung Jakarta-Kinabalu dipersilakan bergerak menuju tempat pendaftaran. Saya pun menyusuri dermaga kayu bercat cokelat tua selebar tiga meter ini, dengan tali-tali tambang di sisi kiri dan kanannya sebagai pembatas yang menyambung di antara tonggak. Beberapa langkah dari ujung dermaga, sebuah gazebo berdiri.

Sebuah papan putih besar terpasang di salah satu sisinya, dengan deretan gambar ikan plus nama lokal dan nama Latinnya tertulis di bawah. Tak kurang 50 jenis ikan hias berkeliaran di laut sekitar, seperti ikan badut, ikan kupu-kupu, ikan burung kakak tua, hingga belut laut. Di bagian ujung gazebo terpasang papan peringatan larangan memancing dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Di ujung dermaga berdiri bangunan yang dinaungi pohon cemara dan papan ucapan selamat datang terpasang di atasnya. Di sini, saya dan rombongan mendaftar. Ada toko cendera mata di salah satu sisinya dan sebuah ruang display kamar yang disediakan penginapan. Seorang gadis penjaga duduk di salah satu kursinya. Uniknya, lamat-lamat terdengar alunan musik Sunda (jadi ingat rame-rame soal batik dan reog Ponorogo kemarin, nih).

"Rasanya seperti lagi ngantre kambing guling di pernikahan aja, nih," kata Dira, sapaan Nadila, tergelak. Dari sana, saya bergerak ke pantai, setelah rombongan diajak melihat-lihat kamar di penginapan kayu bercat seragam dengan dermaganya itu. Tempat penginapan terdiri atas dua lantai, yang tiap lantainya ada yang satu untuk pasangan atau dua kamar untuk keluarga. Selain di tepi pantai, penginapan tersedia di bagian atas bukit pulau itu.

Pantainya putih bersih terawat. Tidak terlihat sampah bertebaran. Pulau ini, karena kekayaan ragam ikan lautnya dan karangnya yang sehat, menawarkan rekreasi laut, seperti snorkeling, sebagai rekreasi andalannya. Ini terutama dilakukan di bagian selatan pulau, tempat yang saya datangi. Namun, ada juga rekreasi menonton burung bangau atau melihat matahari terbenam di bagian barat pulau.

Rekreasi pertama yang saya coba adalah snorkeling. Peralatannya standar, seperti kaki katak dan kacamata menyelam berselang pendek, bisa disewa di sana. Cuma selalu siapkan ringgit Anda karena rupiah "tidak laku" di daratan Kalimantan bagian utara itu. Salah satu petugas punya alasan unik mengapa ia tidak menerima rupiah. "Nolnya terlalu banyak," kata warga lokal itu kalem dalam bahasa Inggris. "Kalau satu saja ketinggalan, bisa rugi besar, kan, saya."

Jika ingin lebih puas mengubek-ubek isi perut perairan sekitar pulau, pengunjung dapat mencoba scubadoo. Alat ini seperti sepeda motor bawah laut, dilengkapi baling-baling, tabung oksigen, dan tabung kaca bundar tempat si pengguna memasukkan kepalanya untuk bernapas. Seorang instruktur biasanya ikut menemani selama penyelaman.

Anda juga bisa mencoba naik banana boat atau parasailing. Jika mencoba parasailing, itu artinya Anda siap untuk kembali ke kota. Ini karena ujung perjalanannya adalah di marina tempat Anda tadi berangkat. Yang unik dari permainan parasailing adalah pengunjung tidak perlu berlari di pantai saat kapal motor penarik mulai bergerak ke tengah laut.

Saya dan tiga orang teman naik kapal motor kecil yang bergerak menjauhi pulau. Setelah parasut terkembang, saya dan Eka Hartanty, 27 tahun, anggota rombongan yang pertama kali ke Sabah, naik ke dek belakang kapal. Setelah tali parasut terpasang aman ke tubuh kami, perlahan kabel besi diulur hingga ketinggian sekitar 70 meter. Sebelumnya, nakhoda akan bertanya mau seberapa basah. "Sekaki saja," kata Tanty.

Setelah terbang sekitar lima menit, parasut mulai turun seiring dengan melambatnya kapal. Akibatnya, celana yang sempat kering setelah menyelam kembali basah. Parasut terus turun hingga tubuh saya nyemplung hingga seperut. Ibu satu anak di sebelah saya itu pun menjerit-jerit. "Seru," kata Tanty yang mengaku ketakutan dimakan ikan hiu itu.

Jika Anda penggila rekreasi laut, atraksi lain juga tersedia, seperti jetski, kayak, windsurfing, ski air, hingga memancing. Menurut Dira, meski Sabah terbilang kecil dan belum setenar Bali, tempat wisata alamnya dikemas menarik sehingga terlihat profesional. "Goodybag yang dibagikan lengkap banget," kata lajang yang kerap bepergian ke berbagai tempat wisata itu terkejut tentang satu tas pamflet dan peta yang diterimanya. "Bikin orang ingin keliling Sabah," ujarnya.

Meski rupiah belum laku di sini, "produk khas dalam negeri", seperti lagu dan artis Indonesia, lumayan terkenal. Seperti cerita Sukam, seorang koki di salah satu resto di pulau itu yang mengaku doyan nonton sinetron Bawang Merah Bawang Putih. "Wah, Revalina itu cantik sekali, ya," kata dia mengenai salah satu pemain sinetron.
__________
Budi Riza, Wartawan dan Penikmat Wisata, Tinggal di Jakarta.
Sumber: www.korantempo.com