Oleh : Prof. Dr. Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Penulis makalah ini menekankan bahwa penelitian naskah Melayu sampai sekarang belum dapat dikatakan banyak. Naskah kuno daerah Riau terpencar-pencar sehingga usaha untuk menemukannya mengalami kesulitan. Usaha pengkajian sangat diperlukan karena daerah Riau pernah menjadi pusat kebudayaan Melayu. Dengan adanya Pusat Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Melayu usaha itu perlu ditingkatkan.
1. Pendahuluan
Penelitian naskah Melayu yang termasuk dalam sastra lama di Indonesia sebenarnya sampai sekarang belum dapat dikatakan banyak, jika dibandingkan dengan khazanah naskah sastra lama yang terdapat di tanah air kita, serta jika dibandingkan dengan khazanah naskah sastra lama yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Orang telah beberapa kali mencoba untuk memperkirakan jumlah naskah Melayu yang masih ada. Sampai sekarang, angka yang menunjukkan jumlah naskah yang tersebar ini tidak pasti.
Peta penyebarluasan di Indonesia juga belum dapat diketahui dengan pasti. Selain di Museum Nasional Jakarta, naskah Melayu juga terdapat di Aceh, Nusa Tenggara Barat, dan Ambon dalam jumlah kecil maupun besar. Namun jumlah terbesar tersimpan di Museum Nasional Jakarta (Rujiati-Mulyadi, 1980, 1981, 1984). Diperkirakan di tempat-tempat lain di Indonesia juga masih ada. Secara lisan pernah terbetik berita mengenai masih adanya naskah pribadi di daerah-daerah Minangkabau dan Bangka. Sayangnya informasi tertulis mengenai hal seperti itu tidak banyak tersedia.
Daftar naskah yang paling tua yang biasa disebut ialah daftar Valentyn (1726: 26–27) dan daftar Werndly (1736: 343–357). Sebenarnya, sebelum kedua daftar ini ada, suatu daftar naskah Melayu, Arab, dan Jawa yang pernah dimiliki oleh Antoine de St. Martin dan yang didaftar oleh Melchior Leydecker pada tahun 1696 (Haan, 1900: 297– 308) terlebih dahulu diketahui. Jumlah naskah dalam daftar ini sebanyak 89 buah, 60 di antaranya ialah naskah Melayu. Naskah Melayu yang didaftar oleh Valentyn berjumlah 26 dan 69 terdapat dalam tulisan Werndly.
Awal penghimpunan naskah Melayu agaknya dimulai dari keinginan untuk menyimpan suatu koleksi kenangan dari perjalanan ke daerah-daerah “Timur Jauh”. Keinginan untuk menghimpun ini agaknya dimulai pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17. Hal ini berlanjut pada abad ke-18. Berdasarkan berita yang ada, orang baru mulai dengan giat mencari, mengumpulkan, dan menyalin naskah-naskah Melayu pada abad ke-19 untuk berbagai tujuan; antara lain juga untuk diangkut ke luar
2. Penelitian Naskah Sebelum Kemerdekaan
Bahasa yang dipakai dalam puluhan naskah Melayu lama menjadi bahan masukan bagi Werndly (1736) dalam menyusun buku tata bahasanya. Lama sesudah itu, yaitu pada tahun 1821, John Leyden ialah orang pertama yang menerjemahkan Sejarah Melayu ke dalam bahasa Inggris (Teeuw, 1961: 16). W.R. van Hoevell juga tertarik dengan menerjemahkan Syair Bidasari dalam bahasa Belanda pada tahun 1854 (Teeuw, 1961: 55).
Penelitian mengenai naskah-naskah Melayu yang berkembang sejak abad ke-19 dapat diikuti dalam berbagai terbitan seperti dalam BKI (Bijdragen tot Taal, Land-en Volkenkunde); JSBRAS (Journal of the Straits Branch, Royal Asiatic Society), kemudian menjadi JMBRAS (Journal of the Malayan [Malaysian] Branch, Royal Asiatic Society) yang sampai sekarang masih terbit; JSRAS (Journal of the Royal Asiatic Society); TBG (Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde); VBG (Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen); VKI (Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor de TaaI, Land en Volkenkunde).
Disertasi pertama mengenai naskah Melayu baru disusun pada akhir abad ke-19, yaitu disertasi Ronkel yang meneliti Hikayat Amir Hamzah (1895). Jauh sesudah itu baru muncul disertasi-disertasi lain mengenai Abdul Rauf (Rinkes, 1909), Cerita Panji (Rasser, 1922), Kitab Seribu Masail (Pijper, 1924), Sejarah Banjarmasin (Cense, 1927), Hamzah Fansuri (Doorenbos, 1933), Syair Kompeni Berperang (Rusconi, 1935), Sejarah Kutei (Mees, 1935), Hikayat Iskandar (Leeuwan, 1937), Hikayat Hasanudin (Edel, 1938), dan Samsuddin Pasai (Nieuwenhuyze, 1945). Tiga disertasi mengenai bahasa juga memakai naskah-naskah Melayu sebagai masukan (Emeis, 1945; Dankmeyer, 1945; dan Roolvink, 1948).
Sementara itu naskah-naskah lama cukup banyak menjadi bahan kajian bagi Klinkert (1893) dan Wilkinson (1901) dalam menyusun kamusnya yang sangat berguna bagi para peneliti naskah Melayu. Suatu tinjauan umum mengenai sastra Melayu oleh Hooykaas (1937) dan sejarah sastra Melayu himpunan Winstedt (1939) banyak mempergunakan naskah-naskah Melayu sebagai bahan masukan.
3. Penelitian Sesudah Kemerdekaan
Disertasi sesudah tahun 1945 ialah mengenai Hikayat Aceh (Iskandar, 1959), Assar al Insan (Tudjimah, 1961), Syair Perang Mengkasar (Skinner, 1963), Hikayat Banjar (Ras, 1968), Hikayat Ibrahim Ibn Adham (Jones, 1968), Pernyataan Sejarah Negeri Johor (Kratz, 1973), Tuhfat al Nafis (Matheson, 1973), Hikayat Muhamad Hanafiah (Brakel, 1975), Undang-undang Malaka (Liaw Yock Fang, 1976), Hikayat Tanah Hitu (Manusama, 1977), Hikayat Sri Rama (Ikram, 1978, diterbitkan 1980), Bustanussalatin (Grinter, 1979), Hikayat Hang Tuah (Sulastin, 1979, diterbitkan 1982), Adat Raja-raja Melayu (Sudjiman, 1979, diterbitkan 1983), Hikayat Indraputra (1980, diterbitkan 1983), Masalah Hikayat (Ismail Hamid, 1981), Silsilah Melayu dan Bugis (Beardow, 1982), Puisi Melayu Tradisional (Harun Mat Piah, 1982), Panji Narawangsa (Abdul Rahman Kaeh, 1983).
Sebelum tahun 1945, semua disertasi disusun di negeri Belanda. “Peta” ini berubah sesudah kemerdekaan. Selain beberapa disertasi yang ditulis di negeri Belanda, terdapat beberapa disertasi yang ditulis di Amerika, Australia, Indonesia, dan Inggris. Perlu dicatat bahwa dalam disertasi-disertasi tersebut ada beberapa yang menelaah atau membicarakan naskah Melayu tua. Salah satu naskah tua yang dibahas adalah Hikayat Muhamad Hanafiah yang telah menjadi milik Cambridge University Library pada tahun 1632 (Brakel, 1970: 56). Naskah kuno lain dimiliki oleh Bodleian Library di Oxford yang mencantumkan tahun 1633, yaitu naskah Hikayat Sri Rama (lkram, 1980: 72). Naskah Hikayat lndraputra yang bertahun 1700 yang disimpan di Perpustakaan KITLV, Leiden, telah dipilih dari 30 naskah yang tersebar di delapan negara untuk dikaji lebih lanjut (Rujiati-Mulyadi, 1983). Di luar disertasi-disertasi ini, cukup banyak terbitan yang membicarakan atau memuat teks naskah-naskah Melayu.
Di negeri Belanda, di samping karangan-karangan yang terdapat dalam majalah BKI, perlu dicatat juga terbitan yang memuat kajian dan “potret” mengenai dua naskah tulisan Arraniri oleh Voorhoeve (1955), suatu terjemahan dalam bahasa Melayu abad ke-16 mengenai Burda al Busiri (Drewes, 1955) dan Hikayat Patani (Teeuw dan Wyatt, 1970). Suatu seri baru yang dinamakan Bibliotheca Indonesica yang terdiri atas hasil-hasil kajian naskah, antara lain naskah-naskah Melayu diusahakan oleh KITLV di Leiden sejak menjelang tahun 1970-an. Kajian-kajian mengenai naskah Melayu itu ialah kajian-kajian mengenai Hikayat Banjar, Hikayat Patani, Hikayat Indraputra, dan Hikayat Ibrahim. Belanda dan Prancis juga banyak menaruh perhatian mengenai Indonesia. Menjelang tahun 1970-an, terbit majalah Archipel yang banyak memuat tulisan tentang berbagai segi kebudayaan Indonesia, tidak terkecuali sastra, termasuk sastra Melayu lama. Perlu dicatat pula terbitan mengenai Hikayat Dewa Mandu (Chambert-Loir, 1980).
Informasi yang banyak tentang hasil kegiatan naskah dan sastra Melayu lama berasal dari Malaysia. Jasa paling besar dalam upaya ini diberikan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur. Dalam majalah Dewan Sastra banyak dimuat artikel hasil penelitian mengenai sastra lama. Di samping itu, Dewan Bahasa dan Pustaka banyak menerbitkan buku-buku yang berisikan hasil kajian dan suntingan naskah-naskah Melayu, seperti Bustanussalatin (Iskandar, 1966), Tajussalatin (Khalid Hussein 1966), Hikayat Iskandar Zulkarnaen (Khalid Hussein, 1967), Bustanussalatin (Jones, 1974), Hikayat Misa Jayeng Kusuma (Abdul Rahman Kaeh, 1976), Ruba‘i Hamzah Fansuri (Hasjmi, 1976), Cerita Sulung Jawa (Jamilah Ahmad, 1978), Hikayat Indraputra (1979), Sulalatussalatin (Samad Ahmad, 1979), Hikayat Parang Puting (Jamilah Ahmad, 1980), Hikayat Sempurna Jaya (Jamilah Ahmad, 1980), Kisah Pelayaran Muhammad Ibrahim Munsy (Mohammad Fadzil Othman, 1980), dan Cerita-cerita Panji Melayu (Harun Mat Piah, 1980).
Selain Dewan Bahasa dan Pustaka, ada beberapa penerbit lain yang mengusahakan penerbitan sastra Melayu. Karya sastra yang diterbitkan antara lain Sejarah Melayu (Shellabear, 1982), Syair Ken Tambuhan (Teeuw, 1966), dan Hikayat Merong Mahawangsa (Siti Hawa Saleh, 1970). Kalau sebelum tahun 1945 Singapura banyak mencetak hasilhasil sastra lama, baik dalam huruf Latin maupun dalam huruf Jawi (cetakan baru), kini Liaw Yock Fang (1975) telah menerbitkan Sejarah Sastra Melayu yang banyak dipakai di Indonesia. Penelitian-penelitian baru mengenai sastra lama sesudah buku Sejarah Sastra Melayu tulisan Winstedt (1940) telah diusahakan untuk dimasukkan dalam kajiannya.
Bagaimana mengenai dunia penelitian naskah Melayu Indonesia? Sukar untuk mendapatkan bahan tentang sastra dan naskah lama yang ditulis pada tahun 1945-an. Situasi masyarakat pada waktu itu rupanya tidak memberi peluang untuk usaha ini. Baru pada tahun-tahun sesudah 1950 mulai terdapat tulisan-tulisan mengenai sejarah Melayu (Situmorang dan Teeuw, 1952) dan Hikayat Abdullah (Datuk Besar dan Roolvink, 1952). Terbitan-terbitan dalam huruf Jawi yang dapat memberi “latihan” bagi para calon peneliti naskah Melayu hanya terdapat pada tahun 1960-an, seperti Hikayat Abdullah, Hikayat Hang Tuah I dan II, Hikayat Si Miskin, dan Hikayat Lima Tumenggung yang diterbitkan oleh Gunung Agung dan Djambatan, Jakarta. Dari sekian banyak naskah Melayu di berbagai penjuru dunia, belum banyak yang diteliti orang. Menurut catatan Ismail Hussein (1974: 12), dari 5.000 naskah Melayu yang ada, hanya terdapat 800 judul yang dapat dilacak. Dari 800 judul ini baru sekitar 100 judul yang sudah diteliti (Fang, 1975: iii).
Tulisan-tulisan mengenai sastra Melayu, termasuk penelitian mengenai naskah, secara sporadis dapat ditemukan dalam majalah-majalah yang pada umumnya tidak lama hidup, seperti Bahasa dan Budaya (1952–1962), Pustaka dan Budaya (1960–?), Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia (1963–1968, 1977–?), Manusia Indonesia (1967–?), Bahasa dan Kesusastraan (1967–1974), Bahasa dan Sastra (1975–?), Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia (1980-sekarang).
Balai Pustaka rupanya tidak terlalu tertarik untuk menerbitkan hasil-hasil sastra lama. Beberapa tahun yang lalu telah terbit kembali Abu Nawas (Iskandar, 1981) dan Hikayat Kalilah dan Daminah (Baidaba, 1982). Sejak 1978 sampai saat ini, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Proyek Penelitian Buku Sastra Indonesia dan Daerah telah menerbitkan sekitar tiga puluh hasil transliterasi naskah-naskah Melayu. Naskah yang diterbitkan antara lain Hikayat Dewa Mandu, Hikayat Hang Tuah I dan II, Hikayat Nabi Jusuf, Hikayat Raja Jumjumah, Hikayat Si Miskin, Kisah Syah Merdan, Lakon Jaka Sukara, Pak Belalang, Pantun Melayu, Salasilah Kutei, Sejarah Tambusai, Silsilah Kutei, Silsilah Raja Sambas, Syair Anggun Cik Tunggal, Syair Burung Nun, Syair Bidasari, Syair Carang Kulina, Syair Perang Wangkang, Syair Raja Siak, Tajussalatin, serta Undang-undang Piagam, dan Kisah Negeri Jambi.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Proyek Penelitian Buku dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa sejak 1978 juga telah menerbitkan hasil-hasil kajiannya mengenai naskahnaskah Melayu. Kajian ini antara lain mengenai Hikayat Bakhtiar, Hikayat Gulam, Hikayat Kalilah dan Daminah, naskah undang-undang dalam sastra Indonesia lama, serta pengarang Melayu dalam Kerajaan Riau dan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Proyek Media Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga pernah menerbitkan suatu antologi mengenai Syair Simbolik (Jusuf, t.t.). Di luar proyek-proyek pembangunan, rupanya hanya beberapa penerbit saja yang “berani” menerbitkan hasil kajian mengenai naskah lama, seperti naskah Sang Kantjil (Dipodjojo, 1956), Tajussalatin (Dipodjojo, 1981), Kesusastraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh Islam I (Dipodjojo, 1981), dan Pohon Perhimpunan (Junus (Ed.), 1983).
Bagaimana situasi dunia naskah di Riau ini? Dari 108 naskah yang terdaftar dalam “Naskah Kuno Daerah Riau” (Hamidy dkk., 1982/1983), hanya 21 yang tulisan tangan, selebihnya berupa cetak baru dan cetakan. Tidak terlalu banyak memang. Akan tetapi, jelas kekayaan itu sudah merupakan suatu modal yang sangat berharga. Mungkin juga masih banyak naskah yang tersimpan di tangan para peminat dan pencinta budaya lama di Riau ini. Naskah tersebut tidak usah dihimpun di satu tempat, karena agaknya tidak mungkin dilaksanakan. Usaha awal cukup berupa pencatatan supaya diketahui “pola penyebaran naskah lama” di seluruh daerah Riau. Sementara itu, usaha pengkajian perlu digalakkan dan kemudian diumumkan. Modal yang diperlukan ialah ketekunan, kesempatan, dan kemampuan untuk meneliti bermacam-macam corak tulisan itu. Daerah Riau yang pernah menjadi pusat kebudayaan Melayu saat ini menjadi pusat penelitian dan pengkajian kebudayaan Melayu (Melayulogi). Bangsa Indonesia dan semua peminat serta pengagum kebudayaan Melayu menunggu hasilnya.
Daftar Pustaka
Ahmad, A bin. 1979. Hikayat Inderaputra. Cetakan ke-8.
Ahmad, J. H. 1980. Hikayat Parang Puting.
––––––––––. 1981. Hikayat Sempurna Jaya.
Baidaba. 1982. Hikayat Kalilah dan Daminah. Diterjemahkan oleh Ismail Djamil.
Beardow, E. 1982. Translation, Critical Edition, and Structural Analysis of the Nineteenth Century Malay Work, Silsilah Melayu dan Bugis.
Brakel, L. F. 1975. The Hikayat Muhammad Hanafiyah: A Medieval Muslim-Malay Romance. The Hague (Disertasi Leiden: Bibliotheca Indonesica 12).
Cense, A. A. 1928. De Kroniek van Bandjarmasin Santpoort. Disertasi, Leiden.
Chambert-Loir, H. 1928. “Catalogue des Catalogues de Manuscripts Malais”. Archipel, 20: 45–69.
––––––––––. 1980. Hikayat Dewa Madu.
Dankmeyer, J. W. 1945. Vergelijkingen in Maleische Literatuur. Disertasi Utrecht,
Dipodjojo, A. S. 1981. Tajussalatin.
Doorenbos, J. 1933. De Geschriften van Hamzah Fansoeri. Disertasi,
Drewes, G. W. J. 1955. “Een 16de Eeuwse Maleise Vertallng van den Burda van al-Busiri”. VKI 18.
Edel, J. 1938. Hikayat Hasanoedin. Disertasi Utrecht, Mepel.
Emeis, M. G. Vorm en Functie in Klassiek en Modern Maleisch: De Verbale Contructies. Disertasi Utrecht,
Grinten, C. A. 1979. Book IV of the Bustanussalatin: A Study from the Manuscripts of a 17th Century Malay Work Written in
Haan, F. de. 1900. “Uit Oude Notanispapieren”. TBG, 42: 297–308.
Hamid,
Hamidy, U. U. dkk. 1982/1983. Naskah Kuno Daerah Riau. Riau.
Harun, M. P. 1980. Cerita-cerita Panji Melayu. Kuala Lumpur.
––––––––––. 1982. Puisi Melayu Tradisional: Satu Pembicaraan Genre dan Fungsi. Disertasi Universiti Kebangsaan Malaysia.
Hasjmi, A. 1976. Ruba‘i Hamzah Fansuri.
Hooykaas, C. 1937. Over Maleische Literatuur.
Hurgronje, C. S., 1950. Katalog den Malaischen Handschriften de Koniglichen Hofbibliothek in Berlin.
Hussein,
Hussein, K. 1966. Tajussalatin.
––––––––––. 1967. Hikayat Iskandar Zulkarnaen.
Ikram, A. 1980. Hikayat Sri Rama: Suntingan Naskah, Telaah Amanat dan Struktur. Disertasi Universitas Indonesia, Jakarta, 1978.
Iskandar,
Iskandar, T. 1959. De Hikayat Atjeh. VKI XXVI. Disertasi Leiden.
Iskandar, T. 1966. Nuruddin Arraniri: Bustanussalatin, Bab II, Pasal 13.
Jones, R. 1968. A Study from Malay Manuscripts of the Legend of the Islamic Sufi Saint Ibrahim ibn Adham.
––––––––––. 1974. Bustanussalatin: Bab IV, Pasal I.
––––––––––1980. From the Past to the Present. Makalah dalam Sanggar Kerja mengenai naskah Melayu di London.
––––––––––. 1983. Hikayat Sultan Ibrahim. Holland (Bibliotheca Indonesica 24).
Jusuf, J. t.t. Antologi Syair Simbolik dalam Sastra Indonesia Lama. Jakarta.
Kaeh, A. R. 1976. Hikayat Misa Taman Jayeng Kusuma: Sebuah Cerita Panji Melayu. Kuala Lumpur.
––––––––––. 1983. Panji Narawangsa: Analisa Struktur dan Fungsi dalam Hubungannya dengan Pendidikan. Disertasi IKIP
Kelana, R. A. 1983. Pohon Perhimpunan. Hasan Junus (Ed.). Pekanbaru.
Klinkert, H. C. 1893. Nieuw Maleisch-Nederlandsch Woordenboek. Cetakan ke-4.
Kratz, E. U. 1973. Peringatan Sejarah Negeri Johor: Eine Malaische Quelle zur Geschichte Johors in 18 Jahrhundert. Disertasi Johann Wolfgang Goethe Universitat,
Leeuwen, F. J. van. 1937. De Maleische Alexanderroman. Disertasi Utrecht, Meppel.
Liaw Yock Fang. 1983. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Cetakan ketiga. Singapura.
––––––––––. 1976. Undang-undang Malaka. Disertasi, Leiden; Bibliotheca Indonesia 13, The Hague.
Manusama, Z. J. 1977. Hikayat Tanah Hitu. Disertasi, Leiden.
Matheson, V. 1973. Tuhfat al-Nafis (The Precious Gift): A Nineteenth Century Malay History Critically Examined.
––––––––––. 1982. Tuhfat al-Nafis: Raja Haji Ahmad dan Raja Ali Haji.
Mees Const, A. 1935. De Kroniek van Koetai. Disertasi Leiden, Santpoort.
Miller, G. 1982. “The Size of Indonesian and Malay Manuscripts Collections in
Munsyi, A.b. A. 1953. Hikayat Abdullah.
Nieuwenhuyze, C. A. O. van. 1954. Samsul Din van Pasai: Bijdrage tot de Kennis der Sumatraansche Mystiek. Disertasi Leiden,
Othman, M.F. 1980. Kisah Pelayaran Muhammad Ibrahim Munsyi.
Pijper, G. F. 1924. Het Boek der Duizend Vragen. Disertasi Leiden,
Ras, J. J. 1968. Hikayat Bandjar: A Study in Malay Historiography. Disertasi Leiden; Bibliotheca Indonesica 1,
Rassers, W. H. 1922. De Pandji-Roman. Antwerpen. Disertasi Leiden.
Rinkes, D. A. 1909. Abdoerraoef van Singkel: Bijdrage tot de Kennis van de Mystiek op Java en
Ronkel, P. S. 1895. De Roman van Amir Hamza. Disertasi Leiden,
––––––––––. 1909. “Catalogus der Maleische Handschriften in
Roolvink, R. 1948. De Voorsetsels in Klassiek en Modern Maleis. Disertasi Utrecht, Dokkum.
Rujiati-Mulyadi, S.W. 1980/1981. "Dunia Naskah dan Suatu Jaringan Informasi di Indonesia". Analisis Kebudayaan I (3): 99–104.
––––––––––. 1981/1982. “Penelitian Sastra Melayu Tradisional dalam Dasawarsa Terakhir di Indonesia: Sebuah Tinjauan”. Analisis Kebudayaan II(3): 56—61.
––––––––––. 1983. Hikayat Indraputra: A Malay Romance. Disertasi University of London, 1980; Bibliotheca Indonesica 23, Holland.
––––––––––. 1984. “Peranan Badan-badan Pemerintah dalam Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra di Indonesia” dalam Bahasa dan Sastera Nusantara: Sejarah dan Masa Depannya. Kuala Lumpur.
Rusconi, J. 1935. Syair Kompeni Welanda Berperang dengan Tjina. Disertasi Utrecht, Wageningen.
Samad Ahmad, A. 1979. Sulalatussalatin (Sejarah Melayu). Kuala Lumpur.
Shellabear, W. G. 1982. Sejarah Melayu. Petalling Jaya.
Siti Hawa Salleh. 1970. Hikayat Merong Mahawangsa. Kuala Lumpur.
Situmorang, T. D. dan A. Teeuw. 1952. Sejarah Melayu: Menurut Terbitan Abdullah.
Skinner, C. 1963. Syair Perang Mengkasar: The Rhymed Chronicle of the Macassar War by Entji‘ Amin. Disertasi
Sudjiman, P. 1979. Adat Raja-raja Melayu.
Sutrisno, S. 1982. Hikayat Hang Tuah: Analisa Struktur dan Fungsi. Disertasi Universitas Gadjah Mada, 1979.
Teeuw, A. 1966. Shair Ken Tambuhan.
Teeuw, A. dan D. K. Wyatt. 1970. Hikayat Patani.
Teeuw, A. dan H. W. Emanuels, 1966. A Critical Survey of Studies on Malay and Bahasa Indonesia. ‘s-Gravenhage.
Tudjimah. 1961. Asrar al Insan fi Ma‘rifa al-Ruh wal Rahman. Disertasi Universitas Indonesia, Jakarta.
Tuuk, H. N. van der. 1849. “Kort Verslag van de Maleische Handschriften in het East India House te London”. TNI: 385–400.
––––––––––. 1866. “Short Account of the Malay Manuscripts Belonging to the Royal Asiatic Society”. JRAS, 2: 85–135.
Valenttyn, F. 1726. Van Oud en Nieuw Oost Indien, III(1).
Voorhoeve, P. 1955. Twee Maleische Geschriften van Nuruddin Arraniri in Facsimile Uitgegeven met Aantekeningen.
––––––––––. 1964. “A Malay Scriptorium” dalam Malayan and Indonesian Studies: Essays Presented to Sir Richard Winstedt.
Werndly, G. H. 1736. Maleische Spraakkunst.
Wilkinson, R. J. 1901. A Malay English Dictionary. Singapura.
Winstedt, R. O. 1969. A History of Classical Malay Literature.
––––––––––. 1940. “A History of Malay Literature”. JMBRAS XVII(3).
__________Prof. Dr. Sri Wulan Rujiati Mulyadi, lahir di Gorontalo pada 17 September 1929. Pernah menjabat sebagai Lektor Kepala di Fakultas Sastra, Universitas
Beberapa karya ilmiahnya pernah dimuat dalam Jurnal Analisis Kebudayaan, Bibliotheca Indonesica, Dewan Bahasa dan Pustaka, dan sebagainya.
Beberapa jabatan yang pernah dipegang antara lain Kepala Pusat Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Yassin, Sekretaris Perhimpunan Persahabatan Indonesia Belanda, Wakil Ketua Himpunan Pembina Bahasa Indonesia.
__________
Makalah ini disampaikan pada Seminar “Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya”, yang diselenggarakan di Tanjung Pinang, Riau