Pada masyarakat yang belum mengenal sistem kesehatan modern untuk berobat ataupum penanganan proses kelahiran selalu menggunakan jasa dukun dan paraji. Paraji adalah seorang ahli medis tradisional yang menangani proses melahirkan. Dalam prakteknya, paraji mempunyai cara tersendiri dalam menangani ibu hamil. Penanganan tersebut terdiri dari beberapa tahapan dari proses kelahiran, seperti tahapan kehamilan, tahapan melahirkan dan terakhir paska melahirkan.
Pada tahapan kehamilan paraji mempunyai peran mulai dari pemeriksaan kehamilan sampai perawatan ibu hamil. Semasa hamil paraji akan mendatangi sang ibu hamil untuk meriksa kondisi sang ibu serta keberadaan bayi yang berada dalam kandungan. Dalam pemeriksaannya, paraji melakukan aktivitas pemijatan (peuseul), hal ini berguna untuk melancarakan peredaran darah sang ibu. Kegiatan peuseul bagi sang ibu berguna untuk me-rilekskan organ tubuh sang ibu agar tidak keram ataupun kaku, sebab setiap bulannya ia harus menanggung beban lebih berat lagi. Sementara bagi sang jabang bayi hal tersebut berguna untuk menbantu menyempurnakan posisi bayi yang berada dalam kandungan.
Pada masa kehamilan, terdapat beberapa tahapan kehamilan pada setiap bulannya, tahapan tersebut diantaranya; Pada bulan pertama disebut dengan ngalenang, bulan kedua disebut dengan kumamang, bulan ketiga disebut dengan gumuruh, bulan ke-empat disebut dengan mangrupa ( pada bulan ini roh pertama kali di tiupkan pada jasad janin yang ada dalam kandungan, untuk itu biasanya diadakan selamatan ), pada bulan kelima disebut dengan usik ( bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak mencari posisi ), bulan selanjutnya disebut dengan calik dina pancalikan, bulan selanjutnya disebut dengan sangkoleang rara ( Kepala bayi pindah kebawah), dan bulan kedelapan disebut dengan ngaruang-ruang.
Selain pada masa kehamilan terdapat berbagai mitos. Mitos dapat berupa perilaku (perbuatan) ataupun makanan bagi ibu hamil. Mitos tersebut berfungsi sebagai penjaga ataupun perlindungan supaya tidak ada sesuatu hal yang tidak diinginkan bagi keselamatan sang ibu maupun bayinya. Mitos yang berupa perbuatan itu diantaranya tidak boleh duduk didepan pintu hal ini dikarenakan supaya bayi yang kelak dilahirkan keluar dengan lancar tanpa ada halangan. Berikutnya yaitu tidak boleh makan dipiring yang besar, hal ini ditakutkan ari-arinya akan besar sehingga menyulitkan dalam melahirkan, ulah ngaringkuk diburuan tengah poe (jangan tidur tengah hari), ulah ka cai burit ( jangan ke air pada waktu sore). Adalagi mitos yang berupa makanan, seperti tidak boleh makan nanas muda hal ini dikarenakan buah nanas ini tajam, tidak boleh kebanyakan makan bakso hal ini ditakutkan ketika nanti bayi keluar dari kandungan dibungkus oleh lemak, tidak boleh makan sate, tidak boleh makan buah salak hal ini ditakutkan bayinya susah untuk dikeluarkan karena buah salak menyebabkan seret. Selain pantangan makanan ada juga makanan yang dianjurkan ketika sedang hamil, seperti ketika sedang hamil tua dianjurkan untuk minum air kelapa bahkan minum minyak kelapa, hal ini dimaksudkan ketika melahirkan bayi dapat keluar dengan licin seperti ketika menginjak minyak pasti akan terpeleset, begitu pula dengan bayi yang ada dalam kandungan, bayi yang akan keluar pada waktunya akan keluar dengan sendirinya sehingga proses melahirkannya menjadi mudah dan lancar. Selain makanan dan perilaku yang harus dijaga ada juga peralatan yang haraus dipakai ketika sedang hamil. Peralatan tersebut seperti gunting kecil, peniti, bawang putih, panglay. Barang-barang tersebut harus digunakan ketika keluar dari rumah apalagi pada waktu malam hari, hal ini dikarenakan supaya terjaga dari marabahaya dan gangguan dari makhluk halus.
Selain itu dalam tahapan kehamilan terdapat ritual berupa syukuran empat bulanan dan tujuh bulanan. Syukuran tersebut bisa dipilih salah satunya yaitu, bisa empat bulannya saja, bisa tujuh bulannya saja, atau kedua-duanya. Keterlibatan paraji dalam syukuran, misalnya dalam syukuran tujuh bulanan peran paraji adalah memilih, menentukan berbagai macam buah untuk dirujak dan diberikan doa-doa,
Tahapan kedua penanganan paraji dalam proses kelahiran yaitu penanganan melahirkan. Dalam tahapan melahirkan ini, apabila sang ibu ditangani langsung oleh paraji, paraji berperan sepenuhnya dalam proses melahirkan. Kecuali ketika melahirkan itu dibantu oleh bidan, paraji hanya berperan sebagai asisten bidan yag tidak mempunyai wewenang apapun.
Beberapa jam sebelum melahirkan, biasanya paraji dipanggil untuk datang kerumah sang ibu yang akan melahirkan. Proses melahirkan pun biasanya dilakukan di kamar ataupun di ruangan. Peralatan yang digunakannyapun sederhana sekali, seperti samping, minyak kelapa, gunting. Minyak kelapa biasanya digunakan untuk mengolesi lubang keluarnya bayi supaya lubang tersebut membuka secara perlahan dan lubangnyapun menjadi licin sehingga memudahkan bayi untuk keluar, sehingga apabila melahirkan di tangani oleh paraji tidak perlu ada pengguntingan bibir lubang vagina seperti yang dilakukan oleh bidan karena oleh paraji suka diolesi minyak dan dibuka secara perlahan, sehingga apabila sudah waktunya bayi keluar, lubang vagina tidak perlu digunting, karena bayi mempunyai kekuatan tersendiri untuk keluar dengan sendirinya. Setelah bayi keluar sisa kototan tersebut oleh paraji dibiarkan turun dengan sendirinya (nifas), paraji hanya bertugas memijat bagian perut secara perlahandan ringan guna melancarkan agar sisa kotoran tidak bersisa didalam kandungan. Sisa kotoran ini akan dibersihkan secara perlahan-lahan dan akan bersih setelah satu minggu, dan selama itu paraji selalu datang untuk menjenguk dan memijat sang ibu.
Ketika akan melahirkan terdapat doa sebelum melahirkan. Di Soreang, biasanya doa tersebut harus dibacakan oleh suaminya atau langsung oleh paraji yang membacanya, doa tersebut antara lain:
Ridho Gusti anu disuhunkeun ku abi
Pitulung Gusti anu disuhunkeun ku abi
Teu aya deui Pangeran nu disembah ku abi
Mung Gusti Allah SWT
Kahoyong dilungsur-langsarkeun
Kange bojo abi
Dilancarkeun, mugi di rejeki
Mugijanten putra nu shaleh
Setelah bayi keluar paraji menyambut bayi itu, kemudian memotong tali ari-ari bayi dan dimasukan kedalam wadah selanjutnya ditanam didalam tanah. Kemudian bayi tersebut dimandikan oleh paraji lalu diberikan kepada ibunya untuk diberikan ASI kepada bayinya. Ketika melahirkan paraji selalu memberikan dorongan batin kepada ibu yang akan melahirkan, sehingga sang ibu menjadi lebih kuat mentalnya, selain itu sang ibu selalu di berikan motivasi dan dibujuk oleh paraji, ketika sang ibu sudah mencapai kelelahan paraji selalu memperkenankan istirahat dahulu dan mengabulkan apa yang diinginkan sang ibu. Dalam membantu melahirkan paraji tidak mempunyai peralatan medis yang biasa digunakan oleh bidan. Kunci utama yang dimiliki dan selalu dipegang teguh oleh paraji yaitu semuanya dipasrahkan kepada tuhan, karena tuhanlah yang memiliki segalanya.
Biasanya sebelum bayi dimandikan ada beberapa ritual ketika bayi lahir. Ritual tersebut diantaranya membacakan mantra-mantra kepada bayi yang baru lahir, mantra-mantra tersebut berupa petuah kepada sang bayi untuk kehidupannya kelak dimasa yang akan datang. Petuah tersebut berisi doa dan harapan supaya ketika besar nanti bayi tersebut sehat selalu, dilimpahkan rezekinya, dimudahkan segala urusannya, dan yang paling penting menjadi anak yang shaleh berbakti kepada orang tua, sanak saudara serta nusa dan bangsa.
Tahapan yang ketiga yaitu penanganan paska melahirkan. Ketika selesai melahirkan paraji tidak melepaskan begitu saja, melainkan masih sering datang kerumah untuk mengontrol sang ibu dan bayinya. Penanganan paska melahirkan tersebut diantaranya dalam beberapa hari setelah melahirkan proses pemandian bayi masih dilakukan oleh paraji sebelum ari-ari bayi kering. Selain itu penanganannya juga tidak hanya kepada sang bayi saja, melainkan ibunya juga terus ditangani, seperti di peuseul dan diberi jamu-jamuan supaya luka sang ibu cepat pulih. Karena kotoran yang masih tersisa dalam kandungan tidak dibersihkan secara langsung sekali seperti yang dilakukan oleh bidan, melainkan paraji melakukannya secara perlahan dan bertahap dengan cara di peuseul dan di beri jamu-jamuan supaya kotorannya keluar dengan sendirinya dan tidak ada sisa, sehingga kandungan sang ibu benar-benar bersih tanpa ada sisa. Sisa kotoran ini biasanya akan bersih setelah satu minggu, maka selama satu minggu itu paraji terus-terusan menjenguk dan mengontrol keadaan sang ibu dan bayinya.
Penanganan paraji tidak hanya sampai pada kesehatan ibunya benar-benar pulih ataupun tali puser bayi sudah mengering, melainkan pada ritual akekahan dan marhabaan misalnya. Pada akekahan dan marhabaan, paraji masih mempunyai peran. Sebagai contoh, domba yang akan disembelih biasanya didoakan terlebih dahulu, kemudian yang menggunting rambut paling awal biasanya dilakukan oleh paraji, sampai apabila bayi itu perempuan yang menyunat bayi perempuan itu paraji sendiri. Sehingga peran paraji tidak bisa dihitung sampai kapanpun karena apabila terjadi sesuatu pada bayi biasanya yang dipanggil adalah paraji, hai ini disebabkan karena paraji mempunyai tanggung jawab bagi keselamatan bayi tersebut.
Sumber : http://panggilakubohel.blogspot.com