Merujuk data sejarah yang ada, sepanjang sejarah Blambangan kiranya tanggal 18 Desember 1771 merupakan peristiwa sejarah yang paling tua yang patut diangkat sebagai hari jadi Banyuwangi. Sebelum peristiwa puncak perang Puputan Bayu tersebut sebenarnya ada peristiwa lain yang mendahuluinya, yang juga heroik-patriotik, yaitu peristiwa penyerangan para pejuang Blambangan di bawah pimpinan Pangeran Puger ( putra Wong Agung Wilis ) ke benteng VOC di Banyualit pada tahun 1768.
Namun sayang peristiwa tersebut tidak tercatat secara lengkap pertanggalannya, dan selain itu terkesan bahwa dalam penyerangan tersebut kita kalah total, sedang pihak musuh hampir tidak menderita kerugian apapun. Pada peristiwa ini Pangeran Puger gugur, sedang Wong Agung Wilis, setelah Lateng dihancurkan, terluka, tertangkap dan kemudian dibuang ke Pulau Banda ( Lekkerkerker, 1923 ).
Berdasarkan data sejarah nama Banyuwangi tidak dapat terlepas dengan keajayaan Blambangan. Sejak jaman Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan Pangeran Danuningrat (1736-1763), bahkan juga sampai ketika Blambangan berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767), VOC belum pernah tertarik untuk memasuki dan mengelola Blambangan ( Ibid.1923 :1045 ).
Pada tahun 1743 Jawa Bagian Timur ( termasuk Blambangan ) diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC, VOC merasa Blambangan memang sudah menjadi miliknya. Namun untuk sementara masih dibiarkan sebagai barang simpanan, yang baru akan dikelola sewaktu-waktu, kalau sudah diperlukan. Bahkan ketika Danuningrat memina bantuan VOC untuk melepaskan diri dari Bali, VOC masih belum tertarik untuk melihat ke Blambangan (Ibid 1923:1046).
Namun barulah setelah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan dan mendirikan kantor dagangnya (komplek Inggrisan sekarang) pada tahun 1766 di bandar kecil Banyuwangi ( yang pada waktu itu juga disebut Tirtaganda, Tirtaarum atau Toyaarum), maka VOC langsung bergerak untuk segera merebut Banyuwangi dan mengamankan seluruh Blambangan. Secara umum dalam peprangan yang terjadi pada tahun 1767-1772 ( 5 tahun ) itu, VOC memang berusaha untuk merebut seluruh Blambangan. Namun secara khusus sebenarnya VOC terdorong untuk segera merebut Banyuwangi, yang pada waktu itu sudah mulai berkembang menjadi pusat perdagangan di Blambangan, yang telah dikuasai Inggris.
Dengan demikian jelas, bahwa lahirnya sebuah tempat yag kemudian menjadi terkenal dengan nama Banyuwangi, telah menjadi kasus-beli terjadinya peperangan dahsyat, perang Puputan Bayu. Kalau sekiranya Inggris tidak bercokol di Banyuwangi pada tahun 1766, mungkin VOC tidak akan buru-buru melakukan ekspansinya ke Blambangan pada tahun 1767. Dan karena itu mungkin perang Puputan Bayu tidak akan terjadi ( puncaknya ) pada tanggal 18 Desember 1771. Dengan demikian pasti terdapat hubungan yang erat perang Puputan Bayu dengan lahirnya sebuah tempat yang bernama Banyuwangi. Dengan perkataan lain, perang Puputan Bayu merupakan bagian dari proses lahirnya Banyuwangi. Karena itu, penetapan tanggal 18 Desember 1771 sebagai hari jadi Banyuwangi sesungguhnya sangat rasional.
Makna Bentuk Lambang
1. DAUN LAMBANG BERBENTUK PERISAI, di tengah- tengah lambang berdiri tegak lurus garis berwarna putih membelah dasar lambang secara simetris menjadi dua bagian sebelah kiri warna hitam, bagian sebelah kanan warna hijau.
2. DALAM LAMBANG TERTULIS PETA KABUPATEN BANYUWANGI, dengan dibatasi oleh gambar padi berbutir 17 sebelah kanan dan 8 buah kapas sebelah kiri. Selat Bali dan Samudra Indonesia serta Kawah Ijen dilukiskan dengan warna biru.
3. DI BAGIAN ATAS TENGAH, yakni di atas Peta Kabupaten Banyuwangi terlukiskan sebuah bintang bersudut lima dengan warna kuning emas melekat pada garis tegak lurus tersebut di atas. Bintang tersebut bersinar lima.
4. PITA KUNING, menghiasi bagian bawah dengan berisikan tulisan B A N Y U W A N G I, dengan warna merah.
5. PITA PUTIH SEBAGAI DASAR, pada bagian bawah di luar daun lambang dengan berisikan tulisan SATYA BHAKTI PRAJA MUKTI, berwarna hitam, yang menyatu garis tepi perisai.
Makna Bagian-Bagian Lambang
1. DAUN LAMBANG BERBENTUK PERISAI, adalah lambang keamanan dan ketentraman serta kejujuran melambangkan dasar dan keinginan hidup rakyat Kabupaten Banyuwangi.
2. BINTANG DENGAN WARNA KUNING EMAS, adalah lambang Ketuhanan Yang Maha Esa, bersudut lima dan bersinar lima dengan garis tegak berarti berdiri tegak atas dasar Pancasila yang merupakan dasar dan falsafah Negara yang senantiasa dijunjung tinggi serta selalu menyinari jiwa rakyat Kabupaten Banyuwangi. Bintang bersinar lima menyinari Peta Kabupaten Banyuwangi, padi dan kapas.
3. PADI DAN KAPAS, lambang sandang pangan yang menjadi kebutuhan pokok rakyat sehari-hari, gambar padi berbutir 17 buah dan kapas 8 buah melambangkan saat-saat kramat bagi Bangsa Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945.
4. PETA KABUPATEN BANYUWANGI, yang terdapat banyak sungai-sungai dilukiskan warna kuning dan hijau serta di lingkungan Selat Bali dan Samudra Indonesia melambangkan sumber kemakmuran daerah.
5. PITA BERISIKAN TULISAN BANYUWANGI, menunjukkan Daerah Kabupaten Banyuwangi.
6. PITA DASAR DENGAN WARNA PUTIH, berisikan tulisan SATYA BHAKTI PRAJA MUKTI menunjukkan makna selalu mengabdi kepada kebenaran demi kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat
Letak Geografis
Dengan luas sekitar 5.782,50 km² sebagian besar wilayah Kab. Banyuwangi masih merupakan daerah kawasan hutan. Area kawasan hutan ini diperkirakan telah mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen, daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen, dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dengan luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04 persen. Sedang sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain-lainnya.
Selain penggunaan luas daerah yang demikian itu, Kabupaten Banyuwangi me-miliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta jumlah Pulau ada 10 buah. Seluruh wilayah tersebut telah mem-berikan manfaat besar bagi kemajuan ekonomi penduduk Kabupaten Banyuwangi.
secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak diujung timur Pulau Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan yang datar dengan berbagai potensi yang berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.
Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7° 43’ - 8° 46’ Lintang Selatan dan 113° 53’ - 114° 38’ Bujur Timur. Secara administratif sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Samudera Indonesia serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso.
Umumnya daerah bagian Selatan, Barat dan Utara merupakan daerah pegunungan, sehingga pada daerah ini mempunyai tingkat kemiringan tanah dengan rata-rata mencapai 40 ° serta dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan daerah yang lain.
Daerah datar terbentang luas dari bagian Selatan hingga Utara yang tidak berbukit. Daerah ini banyak dialiri sungai-sungai yang bermanfaat guna mengairi hamparan sawah yang luas. Selain ketersediaan hamparan sawah yang cukup luas dan potensial itu, kontribusi Daerah Aliran Sungai (DAS) juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat kesuburan tanah. Berdasarkan banyaknya DAS di Kabupaten Banyuwangi ter-dapat 35 DAS yang sepanjang tahun cukup untuk mengairi hamparan sawah yang ada.
Daratan yang datar tersebut sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15° diikuti rata-rata curah hujan yang cukup memadai, sehingga akan bisa menambah tingkat kesuburan tanah. Dari gambaran kondisi alam yang demikian itu menjadikan Kabupaten Banyuwangi pernah mendapat peringkat sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang merupakan daerah lumbung padi. Selain itu menurut data statistik juga memberikan adanya indikasi kuat sebagai kabupaten potensi pertanian yang relatif besar setelah Kabupaten Malang dan Jember, bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi Jawa Timur.
Dengan demikian berdasar-kan keadaan geografisnya, Kabupaten Banyuwangi me-rupakan daerah yang subur bagi tanaman bahan makanan, berpotensi besar bagi peningkat an produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta mempunyai peluang besar bagi upaya-upaya positif yang mengarah pada peningkatan potensi kelautan. Hampir sepanjang garis pantai yang ada, merupakan daerah potensi perikanan laut dan biota lain yang masih belum dikelola secara optimal
Batas-batas wilayah Kabupaten Banyuwangi :
1. Utara Kabupaten Situbondo dan Bondowoso
2. Timur Selat Bali
3. Selatan Samudera Indonesia
4. Barat Kabupaten Jember dan Bondowoso
Luas Kabupaten Banyuwangi 578.250 Ha atau 5.782,50 Km2 yang terdiri dari :
Jenis Tanah di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai susunan / struktur geologi sebagai berikut :
Keadaan Jenis Tanah di Kabupaten Banyuwangi :
Keadaan Hidrologi
Kabupaten Banyuwangi mempunyai lereng dengan kemiringan lebih dari 40% meliputi lebih kurang 29,25% dari luas daerah yang mempunyai tinggi tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut.
Beberapa sungai besar maupun kecil yang melintas Kabupaten Banyuwangi mulai bagian Utara ke Selatan sehingga merupakan daerah yang cocok untuk pertanian lahan basah, yaitu meliputi :
* Sungai Bajulmati (20 km), melewati Kecamatan Wongsorejo.
* Sungai Selogiri (6,173 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
* Sungai Ketapang (10,26 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
* Sungai Sukowidi (15,826 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
* Sungai Bendo (15,826 km), melewati Kecamatan Glagah.
* Sungai Sobo (13,818 km), melewati Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Glagah.
* Sungai Pakis (7,043 km), melewati Kecamatan Banyuwangi.
* Sungai Tambong (24,347 km), melewati Kecamatan Glagah dan Kecamatan Kabat.
* Sungai Binau (21,279 km), melewati Kecamatan Rogojampi.
* Sungai Bomo (7,417 km), melewati Kecamatan Rogojampi. Sungai ini merupakan perbatasan antara Kecamatan Rogojampi dengan Kecamatan Srono dan Kecamatan Muncar.
* Sungai Setail (73,35 km), melewati Kecamatan Gambiran, Kecamatan Purwoharjo, dan Kecamatan Muncar.
* Sungai Porolinggo (30,70 km), melewati Kecamatan Genteng.
* Sungai Kalibarumanis (18 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Kecamatan Glenmore.
* Sungai Wagud (14,60 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
* Sungai Karangtambak (25 km), melewati Kecamatan Pesanggaran.
* Sungai Bango (18 km), melewati Kecamatan Bangorejo dan Kecamatan Pesanggaran.
* Sungai Baru (80,70 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Kecamatan Pesanggaran.
Sumber : http://www.banyuwangikab.go.id
Peta : http://rajaknalpot.files.wordpress.com
Namun sayang peristiwa tersebut tidak tercatat secara lengkap pertanggalannya, dan selain itu terkesan bahwa dalam penyerangan tersebut kita kalah total, sedang pihak musuh hampir tidak menderita kerugian apapun. Pada peristiwa ini Pangeran Puger gugur, sedang Wong Agung Wilis, setelah Lateng dihancurkan, terluka, tertangkap dan kemudian dibuang ke Pulau Banda ( Lekkerkerker, 1923 ).
Berdasarkan data sejarah nama Banyuwangi tidak dapat terlepas dengan keajayaan Blambangan. Sejak jaman Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan Pangeran Danuningrat (1736-1763), bahkan juga sampai ketika Blambangan berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767), VOC belum pernah tertarik untuk memasuki dan mengelola Blambangan ( Ibid.1923 :1045 ).
Pada tahun 1743 Jawa Bagian Timur ( termasuk Blambangan ) diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC, VOC merasa Blambangan memang sudah menjadi miliknya. Namun untuk sementara masih dibiarkan sebagai barang simpanan, yang baru akan dikelola sewaktu-waktu, kalau sudah diperlukan. Bahkan ketika Danuningrat memina bantuan VOC untuk melepaskan diri dari Bali, VOC masih belum tertarik untuk melihat ke Blambangan (Ibid 1923:1046).
Namun barulah setelah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan dan mendirikan kantor dagangnya (komplek Inggrisan sekarang) pada tahun 1766 di bandar kecil Banyuwangi ( yang pada waktu itu juga disebut Tirtaganda, Tirtaarum atau Toyaarum), maka VOC langsung bergerak untuk segera merebut Banyuwangi dan mengamankan seluruh Blambangan. Secara umum dalam peprangan yang terjadi pada tahun 1767-1772 ( 5 tahun ) itu, VOC memang berusaha untuk merebut seluruh Blambangan. Namun secara khusus sebenarnya VOC terdorong untuk segera merebut Banyuwangi, yang pada waktu itu sudah mulai berkembang menjadi pusat perdagangan di Blambangan, yang telah dikuasai Inggris.
Dengan demikian jelas, bahwa lahirnya sebuah tempat yag kemudian menjadi terkenal dengan nama Banyuwangi, telah menjadi kasus-beli terjadinya peperangan dahsyat, perang Puputan Bayu. Kalau sekiranya Inggris tidak bercokol di Banyuwangi pada tahun 1766, mungkin VOC tidak akan buru-buru melakukan ekspansinya ke Blambangan pada tahun 1767. Dan karena itu mungkin perang Puputan Bayu tidak akan terjadi ( puncaknya ) pada tanggal 18 Desember 1771. Dengan demikian pasti terdapat hubungan yang erat perang Puputan Bayu dengan lahirnya sebuah tempat yang bernama Banyuwangi. Dengan perkataan lain, perang Puputan Bayu merupakan bagian dari proses lahirnya Banyuwangi. Karena itu, penetapan tanggal 18 Desember 1771 sebagai hari jadi Banyuwangi sesungguhnya sangat rasional.
Makna Bentuk Lambang
1. DAUN LAMBANG BERBENTUK PERISAI, di tengah- tengah lambang berdiri tegak lurus garis berwarna putih membelah dasar lambang secara simetris menjadi dua bagian sebelah kiri warna hitam, bagian sebelah kanan warna hijau.
2. DALAM LAMBANG TERTULIS PETA KABUPATEN BANYUWANGI, dengan dibatasi oleh gambar padi berbutir 17 sebelah kanan dan 8 buah kapas sebelah kiri. Selat Bali dan Samudra Indonesia serta Kawah Ijen dilukiskan dengan warna biru.
3. DI BAGIAN ATAS TENGAH, yakni di atas Peta Kabupaten Banyuwangi terlukiskan sebuah bintang bersudut lima dengan warna kuning emas melekat pada garis tegak lurus tersebut di atas. Bintang tersebut bersinar lima.
4. PITA KUNING, menghiasi bagian bawah dengan berisikan tulisan B A N Y U W A N G I, dengan warna merah.
5. PITA PUTIH SEBAGAI DASAR, pada bagian bawah di luar daun lambang dengan berisikan tulisan SATYA BHAKTI PRAJA MUKTI, berwarna hitam, yang menyatu garis tepi perisai.
Makna Bagian-Bagian Lambang
1. DAUN LAMBANG BERBENTUK PERISAI, adalah lambang keamanan dan ketentraman serta kejujuran melambangkan dasar dan keinginan hidup rakyat Kabupaten Banyuwangi.
2. BINTANG DENGAN WARNA KUNING EMAS, adalah lambang Ketuhanan Yang Maha Esa, bersudut lima dan bersinar lima dengan garis tegak berarti berdiri tegak atas dasar Pancasila yang merupakan dasar dan falsafah Negara yang senantiasa dijunjung tinggi serta selalu menyinari jiwa rakyat Kabupaten Banyuwangi. Bintang bersinar lima menyinari Peta Kabupaten Banyuwangi, padi dan kapas.
3. PADI DAN KAPAS, lambang sandang pangan yang menjadi kebutuhan pokok rakyat sehari-hari, gambar padi berbutir 17 buah dan kapas 8 buah melambangkan saat-saat kramat bagi Bangsa Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945.
4. PETA KABUPATEN BANYUWANGI, yang terdapat banyak sungai-sungai dilukiskan warna kuning dan hijau serta di lingkungan Selat Bali dan Samudra Indonesia melambangkan sumber kemakmuran daerah.
5. PITA BERISIKAN TULISAN BANYUWANGI, menunjukkan Daerah Kabupaten Banyuwangi.
6. PITA DASAR DENGAN WARNA PUTIH, berisikan tulisan SATYA BHAKTI PRAJA MUKTI menunjukkan makna selalu mengabdi kepada kebenaran demi kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat
Letak Geografis
Dengan luas sekitar 5.782,50 km² sebagian besar wilayah Kab. Banyuwangi masih merupakan daerah kawasan hutan. Area kawasan hutan ini diperkirakan telah mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen, daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen, dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dengan luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04 persen. Sedang sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain-lainnya.
Selain penggunaan luas daerah yang demikian itu, Kabupaten Banyuwangi me-miliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta jumlah Pulau ada 10 buah. Seluruh wilayah tersebut telah mem-berikan manfaat besar bagi kemajuan ekonomi penduduk Kabupaten Banyuwangi.
secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak diujung timur Pulau Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan yang datar dengan berbagai potensi yang berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.
Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7° 43’ - 8° 46’ Lintang Selatan dan 113° 53’ - 114° 38’ Bujur Timur. Secara administratif sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Samudera Indonesia serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso.
Umumnya daerah bagian Selatan, Barat dan Utara merupakan daerah pegunungan, sehingga pada daerah ini mempunyai tingkat kemiringan tanah dengan rata-rata mencapai 40 ° serta dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan daerah yang lain.
Daerah datar terbentang luas dari bagian Selatan hingga Utara yang tidak berbukit. Daerah ini banyak dialiri sungai-sungai yang bermanfaat guna mengairi hamparan sawah yang luas. Selain ketersediaan hamparan sawah yang cukup luas dan potensial itu, kontribusi Daerah Aliran Sungai (DAS) juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat kesuburan tanah. Berdasarkan banyaknya DAS di Kabupaten Banyuwangi ter-dapat 35 DAS yang sepanjang tahun cukup untuk mengairi hamparan sawah yang ada.
Daratan yang datar tersebut sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15° diikuti rata-rata curah hujan yang cukup memadai, sehingga akan bisa menambah tingkat kesuburan tanah. Dari gambaran kondisi alam yang demikian itu menjadikan Kabupaten Banyuwangi pernah mendapat peringkat sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang merupakan daerah lumbung padi. Selain itu menurut data statistik juga memberikan adanya indikasi kuat sebagai kabupaten potensi pertanian yang relatif besar setelah Kabupaten Malang dan Jember, bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi Jawa Timur.
Dengan demikian berdasar-kan keadaan geografisnya, Kabupaten Banyuwangi me-rupakan daerah yang subur bagi tanaman bahan makanan, berpotensi besar bagi peningkat an produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta mempunyai peluang besar bagi upaya-upaya positif yang mengarah pada peningkatan potensi kelautan. Hampir sepanjang garis pantai yang ada, merupakan daerah potensi perikanan laut dan biota lain yang masih belum dikelola secara optimal
Batas-batas wilayah Kabupaten Banyuwangi :
1. Utara Kabupaten Situbondo dan Bondowoso
2. Timur Selat Bali
3. Selatan Samudera Indonesia
4. Barat Kabupaten Jember dan Bondowoso
Luas Kabupaten Banyuwangi 578.250 Ha atau 5.782,50 Km2 yang terdiri dari :
1 | Hutan | 180.937,78 Ha |
a. Hutan Lindung | 36.570,40 Ha | |
b. Hutan Produksi | 78.926,13 Ha | |
c. Hutan Konservasi | ||
- Taman Nasional | 65.451,25 Ha | |
- Cagar alam | 1.514,25 Ha | |
- Taman Wisata | 102,00 Ha | |
d.Hutan Kritis | 0,00 Ha | |
2 | Persawahan / Sawah | 66.487,00 Ha |
- Sawah Irigasi Teknis | 63.589,00 Ha | |
- Sawah Irigasi ½ Teknis | 2.068,00 Ha | |
- Sawah Irigasi Sederhana | 830,00 Ha | |
- Sawah Tadah Hujan | 0,00 Ha | |
3 | Lahan Kering | 230.094,78 Ha |
- Tegalan | 16.215,33 Ha | |
- Kebun Campuran | 2.161,10 Ha | |
- Perkebunan Rakyat | 31.097,30 Ha | |
- Perkebunan Besar | 51046,33 Ha | |
- Pemukiman | 127.454,22 Ha | |
- Tambak | 1.782,50 Ha | |
- Tanah Rusak / Tandus | 338,00 Ha | |
4 | Lain-lain | 100.730,44 Ha |
Kondisi Fisik dan Potensi
Jenis Tanah di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai susunan / struktur geologi sebagai berikut :
No. | Struktur Geologi | Luas | |
Ha | % | ||
1. | Alivium | 134.525,00 | 23,27 |
2. | Hasil G. Api Kwarter Muda | 170.310,50 | 29,43 |
3. | Hasil G. Api Kwarter Tua | 59.283,00 | 10,26 |
4. | Andesit | 47.417,75 | 8,20 |
5. | Miosen Falses Semen | 89.177,25 | 15,43 |
6. | Miosen Falses Batu Gamping | 77.536,50 | 13,41 |
Keadaan Jenis Tanah di Kabupaten Banyuwangi :
No. | Jenis Tanah | Luas | |
Ha | % | ||
1. | Regosol | 138.490,87 | 23,96 |
2. | Lithosol | 39.031,88 | 6.75 |
3. | Lathosol | 14.109,30 | 2,44 |
4. | Podsolik | 348.684,75 | 60,30 |
5. | Gambut | 37.433,70 | 6,55 |
Keadaan Hidrologi
Kabupaten Banyuwangi mempunyai lereng dengan kemiringan lebih dari 40% meliputi lebih kurang 29,25% dari luas daerah yang mempunyai tinggi tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut.
Beberapa sungai besar maupun kecil yang melintas Kabupaten Banyuwangi mulai bagian Utara ke Selatan sehingga merupakan daerah yang cocok untuk pertanian lahan basah, yaitu meliputi :
* Sungai Bajulmati (20 km), melewati Kecamatan Wongsorejo.
* Sungai Selogiri (6,173 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
* Sungai Ketapang (10,26 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
* Sungai Sukowidi (15,826 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
* Sungai Bendo (15,826 km), melewati Kecamatan Glagah.
* Sungai Sobo (13,818 km), melewati Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Glagah.
* Sungai Pakis (7,043 km), melewati Kecamatan Banyuwangi.
* Sungai Tambong (24,347 km), melewati Kecamatan Glagah dan Kecamatan Kabat.
* Sungai Binau (21,279 km), melewati Kecamatan Rogojampi.
* Sungai Bomo (7,417 km), melewati Kecamatan Rogojampi. Sungai ini merupakan perbatasan antara Kecamatan Rogojampi dengan Kecamatan Srono dan Kecamatan Muncar.
* Sungai Setail (73,35 km), melewati Kecamatan Gambiran, Kecamatan Purwoharjo, dan Kecamatan Muncar.
* Sungai Porolinggo (30,70 km), melewati Kecamatan Genteng.
* Sungai Kalibarumanis (18 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Kecamatan Glenmore.
* Sungai Wagud (14,60 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
* Sungai Karangtambak (25 km), melewati Kecamatan Pesanggaran.
* Sungai Bango (18 km), melewati Kecamatan Bangorejo dan Kecamatan Pesanggaran.
* Sungai Baru (80,70 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Kecamatan Pesanggaran.
Sumber : http://www.banyuwangikab.go.id
Peta : http://rajaknalpot.files.wordpress.com