Potensi Wisata Bahari Lingga, Menikmati Indahnya Terumbu Karang


Oleh: Muhammad Nur

Jarum jam baru menunjukkan pukul 08.30 WIB pagi itu, namun staf khusus Bupati Lingga Deddy Zulfriady Noor sudah tiba di bandara Hang Nadim. Ia menjemput tamu dari Jakarta.

Tamu-tamu tersebut antara lain, Direktur Pariwisata Akhyaruddin, Direktur Konservasi dan Taman Laut DKP Yaya Mulyana, Ihwanuddin dan Andrianti dari Bappenas, Bambang Priyono dan Abdul Mutalib dari Departemen Perhubungan, Asisten Deputi Pengembangan Daerah Tertinggal Kementrian PDT Andi Fathoni bersama rekannya Tulus—yang membidangi infrastruktur di PDT, dan pakar kehutanan UGM Prof Azwar serta sejumlah tamu penting lainnya, termasuk perwakilan dari Sampoerna serta beberapa tamu dari Batam.

Dengan menggunakan kapal feri Baruna, rombongan yang berjumlah 20 orang ini menuju Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang. Di pelabuhan ini, sudah menunggu speed boat carteran yang akan dipergunakan rombongan menuju Lingga.

Pukul 10.45 WIB, rombongan meninggalkan Pelabuhan Sri Bintan Pura. Sepanjang perjalanan, tamu dari Jakarta tak henti-hentinya melayangkan pandangan ke perairan Lingga yang biru dengan gugusan pulau-pulau kecil. Sesekali mereka membidik pulau-pulau kecil dengan kamera digital dan kamera ponsel yang mereka bawa.

Hanya satu jam perjalanan, rombongan tiba di Pulau Benan, Kecamatan Senayang. Pulau ini letaknya paling dekat dengan Batam. Dari pulau ini bisa dilihat dengan jelas Galang Baru. Bahkan, jika berangkat dari jembatan enam dengan menggunakan kapal barang, Pulau Benan bisa dicapai kurang dari satu jam. Jika menggunakan speed boat, sekitar 25 menit.

Pulau ini dihuni lebih dari 153 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk lebih 1.000 jiwa. Umumnya etnis Melayu dan Tionghoa. Meski berbeda ras dan suku, namun kehidupan masyarakat di pulau ini sangat harmonis. Mereka menyatu satu sama lainnya.

Pulau Benan sebenarnya masih satu desa dengan Medang. Namun, setelah pemekaran, Benan menjadi desa tersendiri yang dipimpin kepala desa bernama Kamaruddin. Pulau ini diterangi dengan pembangkit listrik tenaga diesel dan hanya nyala malam hari.

Melihat pulau Benan, lagi-lagi pujian mengalir dari tamu-tamu asal Jakarta. Indah pantainya. Pohon kelapa yang tinggi dengan nyiurnya melambai.

Menariknya lagi, meskipun rumah warga berada di bibir pantai, namun tak terlihat sampah. Pantainya tetap bersih. Sebelum speed boat merapat, ratusan warga Benan sudah menunggu di pelabuhan bertiang beton dan berlantai kayu yang panjangnya kurang lebih 300 meter menjorok ke laut. Alunan musik kompang pun menyambut rombongan.

Rombongan pun bergerak ke Sekretariat Kelompok Masyarakat Pengelola Terumbu Karang. Letaknya bersebelahan dengan Masjid An Nur. Begitu tiba di sekretariat, tamu disuguhkan kelapa muda yang baru dipetik dari pohonnya. “Wow, segar dan manisnya alami,’’ ujar Direktur Pariwisata, Akhyaruddin.

Tidak hanya kelapa muda yang dihidangkan, sajian hasil laut juga sudah menanti. Ada Ranga (baca: Range) sejenis Gonggong. Namun, ukurannya lebih besar dan beberapa bagian cangkangnya berbentuk seperti jemari. Selain nikmat, cangkangnya bisa dibuat kerajinan tangan (Handycraf). Juga ada Kepik, sejenis kerang, namun agak pipih dan ukurannya cukup besar. Ada juga Remis, Kimah, Kepiting Bakau, dan rajungan. “Di sini banyak sekali hasil laut seperti itu (Ranga, kepiting, kepik dan lainnya, red),’’ ujar Ketua RW I, Abdul Gani.

Warga Benan tak perlu jauh-jauh melaut, karena potensi hasil laut di kawasan ini masih melimpah. Kawasan ini jauh dari pencemaran atau eksploitasi hasil laut dengan cara-cara yang dilarang. Hasil laut itu dijual ke Batam dan Singapura. “Berapapun kita bawa ke sana (Singapura), laku semua,’’ kata Sarlan, seorang pedagang pengumpul yang biasa menjual hasil laut ke Singapura via Batam.

Tak hanya itu, ikan beragam jenis dan ukuran juga disajikan warga Benan. Tamu-tamu dari Jakarta terkagum-kagum. “Tidak salah lagi. Kawasan ini sangat potensial untuk wisata bahari dan perikanan,’’ kata Ihwanuddin dari Bappenas.

“Letaknya juga sangat strategis, dekat dengan Batam yang juga berarti dekat dengan Singapura. Saya menyarankan kawasan Pulau Benan dan sekitarnya jadi titik awal pengembangan wisata bahari,’’ katanya lagi.

Usai menikmati hasil laut Pulau Benan, rombongan dari Jakarta kemudian diberi kesempatan melihat langsung objek wisata bahari di beberapa titik di kawasan Senayang. Antara lain, objek wisata terumbu karang di Kawasan Pulau Benan, kemudian kawasan Temiang, Manu, Berjung, Penaah, Sekanak dan Lembong.

Di kawasan Pulau Benan ada satu pulau yakni Pulau Katang Lingga yang memiliki terumbu karang Indah. Tidak perlu menyelam untuk melihat keindahan karang di pulau ini, cukup menatap dari atas boat, akan ditemui aneka karang yang sangat indah. Apalagi airnya saat rombongan ini berkunjung ke pulau itu jernih, sehingga dengan mudah menyaksikan keindahan alam bawah laut, lengkap dengan aneka jenis ikan, baik besar maupun kecil.

“Ini sangat potensial untuk wisata menyelam (diving),’’ kata Ketua Lembaga Pengelola Terumbu Karang (LPTK) yang merupakan ujung tombak dari Coral Refrehabilitation & Managment Program (Coremap), Amran, sambil menunjuk ke dasar laut yang terumbu karangnya tumbuh subur. “Masyarakat Benan dan sekitarnya kompak menjaga aset wisata bahari ini,’’ kata Amran lagi.

Hal ini juga dibenarkan oleh Direktur Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (Coremap) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Yaya Mulyana. “Kawasan ini masuk wilayah kerja Coremap dan sekarang udah tahap II,’’ katanya.

“Saya hanya bisa mengatakan The best in the World,’’ kata Yaya beberapa kali.

Tidak hanya di wilayah Pulau Benan dan sekitarnya yang memiliki terumbu karang yang masih asli dan terjaga, banyaknya pulau di Lingga juga berpotensi besar. Jumlah pulau di Lingga mencapai 531 pulau. Yang berpenghuni baru 92 pulau, sisanya belum berpenghuni.

Ihwanuddin dari Bappenas menyarankan, jika Kabupaten Lingga ingin maju, pembangunannya harus fokus. Ia merekomendasikan pariwisata dan perikanan sebagai motor penggerak percepatan pembangunan Lingga. Bahkan, ia menyarankan, pengembangan wisata diawali di kawasan Benan. Selain potensi alamnya bagus, juga punya kedekatan dengan Batam dan Singapura. Ia juga menyarankan pada Kepala Dinas Pariwisata Lingga, Ishak, agar secepatnya membuat Rencana Induk Pariwisata.

“Tidak perlu menunggu RUTR dan RTRW rampung. Kalau menunggu itu kapan pariwisatanya maju,’’ ujar Ihwanuddin.

Bahkan, Ihwanuddin menantang pemerintah Lingga untuk berani melakukan terobosan bidang pariwisata. Salah satunya dengan menyewakan pulau pada investor untuk pengembangan wisata. “Berani tak menyewakan pulau selama 70 tahun pada investor? Harus beranilah, mana ada investor mau menyewa kalau hanya diberi waktu 20 tahun,’’ katanya.

Menurutnya, membangun pariwisata dan perikanan Lingga, tidak mesti dengan diawali ketersediaan anggaran yang besar. Tapi, bisa diawali dengan regulasi atau kebijakan.

“Kebanyakan orang Indonesia berfikir membangun harus dengan dana besar dulu. Alasannya selalu anggaran. Padahal bisa dengan regulasi. Caranya, berikan kemudahan bagi investor untuk masuk, bisa dengan rentang sewa pulau yang lama dan kemudahan perizinan lainnya,’’ katanya.

Menanggapi hal ini, Bupati Lingga Daria mengatakan, saat ini pihaknya sedang melobi investor yang akan membangun pariwisata di Lingga. Salah satunya Hano Bali yang sejak 2004 sudah mengajukan proposal untuk membangun pariwisata di Lingga. “Rencananya awal Desember ini mereka akan datang melihat lokasi,’’ katanya, yang dibenarkan Ishak dan Deddy.

Usai menyaksikan terumbu karang di kawasan Benan, speed boat kemudian bergerak ke Daik Lingga. Sepanjang perjalanan, lagi-lagi rombongan disajikan dengan keindahan pulau-pulau kecil yang menyebar di wilayah Lingga.

Sumber :http://batampos.co.id
Foto : http://cache.virtualtourist.com