Rasanya Ingin Mati Tua di Belitong

Oleh Ilham Khoiri

”Rasanya saya ingin mati tua di sini saja.” Seorang pelancong asal Inggris, Rod Swift (61), mengucapkan kata-kata itu dengan mimik serius. Mata lelaki itu tak henti memandangi pesona alam pantai di Pulau Belitong. Tanjung Kelayang adalah salah satu pantai di Pulau Belitong, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (sebutan resmi). Rod kerap berkunjung sejak beberapa tahun lalu dan selalu menemukan kedamaian. Begitu kepincut hatinya pada Belitong, sampai-sampai dia ingin menghabiskan masa tua di sana. Pemandangan di pantai itu memang menggoda. Apalagi, suatu siang pada akhir Juli lalu itu cerah. Langit biru-bersih. Pinggiran Pantai Tanjung Kelayang dihampari pasir putih yang lembut. Air laut jernih. Warna air berlapis biru-hijau-toska—mirip sepenggal lukisan surealis karya seniman asal Spanyol, Salvador Dali. Di pojok kiri, bergerombol batu granit abu-abu yang membentuk gugusan unik. Agak ke tengah laut, terlihat pulau kecil yang ditandai batu granit besar serupa kepala burung. Masyarakat setempat menyebutnya Pulau Burung.

Di Pantai Tanjung Tinggi, kita bakal menemukan pesona lebih menggetarkan. Di ujung kanan terdapat cekungan lebih kecil yang dibingkai bebatuan granit. Di cekungan yang disebut Pelabuhan Bilik inilah keindahan mengalir tiada habis. Bagian kiri bilik itu dihiasi batu granit bertumpuk-tumpuk yang menjorok ke tengah laut. Bagian tengah berupa hamparan pasir putih bersih mirip tepung gula. Beberapa pohon, dengan cabang dan ranting meliuk-liuk, tumbuh sekenanya tetapi pas. Di sebelah kanan terdapat susunan batu granit lebih banyak lagi. Batu itu besar-besar, bulat, keabu-abuan, membentuk komposisi mengejutkan, tapi harmonis. Di sela-sela bebatuan, air laut keluar-masuk, diantar laju ombak yang pelan. ”Banyak orang bilang, pantai ini mirip gambaran surga. Entahlah, yang pasti inilah keindahan ciptaan Tuhan. Saya tak pernah bosan berkunjung ke sini setiap akhir pekan,” kata Erdwin, pemuda asal Tanjung Pandan.

Anugerah
Pantai Tanjung Kelayang, Pulau Burung, dan Tanjung Tinggi hanya sebagian dari pesona alam di Pulau Belitong. Masih banyak pantai lain yang juga menarik. Pantai-pantai itu berada dalam garis pesisir pulau menghadap Laut China Selatan. Sejajar dengan dua pantai itu, kita bisa mengunjungi Pantai Bukit Berahu yang menghadap ke barat. Saat matahari terbenam, panoramanya cantik. Di tengah laut, berjarak sekitar 22 kilometer dari garis pantai, ada Pulau Lengkuas. Di pulau ini berdiri mercusuar yang dibangun Belanda tahun 1883. Jika mendaki sampai ke puncak menara, kita bisa melepaskan pandangan ke laut lepas, menatap jejeran pulau-pulau kecil lain, seperti Pulau Burung, Pulau Babi, dan Pulau Haji. Semuanya dipenuhi pepohonan dan susunan batu granit yang elok. Tak sepopuler pantai di Belitong, beberapa pantai di Belitong Timur juga mempunyai daya tarik tersendiri. Sebut saja, antara lain, Pantai Burung Mandi, Pantai Nyiur Melambai, atau Pantai Punai. Semua pantai itu juga dianugerahi pesona alam.

Masyarakat setempat punya cerita, konon nama Belitong, sebutan lama untuk Belitung, berasal dari kata ”Bali yang terpotong”. Namun, beberapa wisatawan malah berpendapat sebaliknya, pantai Belitong lebih menawan ketimbang Pantai Kuta atau Sanur di Bali. ”Saya banyak mendatangi pantai-pantai di Nusantara. Bagi saya, pantai-pantai di Pulau Belitong ini yang terindah,” papar Frans Ahnan (56), lelaki asal Manado yang menetap di Jerman. Keindahan pasir, air laut, dan batu granit di pulau makin memikat karena dibungkus dalam suasana yang alami alias belum banyak diutak-atik tangan manusia. Jika berkesempatan menyelam atau melongok dengan snorkeling, kita bisa menikmati terumbu karang yang memiliki aneka bentuk dan warna. Itulah rumah bagi berbagai jenis ikan lokal. ”Beruntung Belitong punya pantai seelok ini. Kalau di Eropa, pantai semacam ini pasti diserbu orang,” ujar Frans dengan mata berbinar.
Sarana

Pulau Belitong sebenarnya mudah dijangkau dari Jakarta. Penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara HAS Hanadjoeddin di Tanjung Pandan, Belitong, hanya sekitar satu jam. Jalan dari pusat kota menuju pantai-pantai itu dekat dan telah teraspal rapi. Dari Tanjung Pandan, Pantai Bukit Berahu berjarak sekitar 18 kilometer, Pantai Tanjung Kelayang berjarak 25 kilometer, dan Pantai Tanjung Tinggi berjarak 30 kilometer. Sayangnya, hingga kini belum ada transportasi umum yang rutin mengantarkan penumpang langsung ke pantai-pantai itu. Wisatawan harus mengandalkan fasilitas travel dengan menyewa kendaraan dari Tanjung Pandan.

Soal fasilitas penginapan, mungkin tidak terlalu merisaukan. Beberapa pantai, seperti di Tanjung Tinggi, Tanjung Kelayang, dan Bukit Berahu, dilengkapi hotel atau cottage. Di Pantai Kelayang, misalnya, ada Kelayang Beach Cottages. ”Meski fasilitas tidak mewah, suasana di sini tenang, indah, dan alami,” kata Rudi Helwansa, manajer cottage itu. Ketenangan, keindahan, dan kealamian itulah yang membuat banyak orang jatuh cinta pada pantai di Belitong. Suasana itu sungguh menenteramkan, terutama bagi orang-orang kota yang jenuh dengan rutinitas hidup. Wajar saja jika ada pelancong yang ingin mati tua di Belitong.

Sumber : http://travel.kompas.com