Kesenian Debus Garut


Debus adalah salah satu jenis kesenian tradisional rakyat Jawa Barat yang terdapat di daerah Pameungpeuk Kabupaten Garut ini tercipta kira-kira di abad ke 13 oleh seorang tokoh penyebar agama Islam. Pada waktu itu di daerah tersebut masih asing dan belum mengenal akan ajaran islam secara meluas. Tokoh penyebar agama Islam disebut Mama Ajengan.

Nama Ajengan berpikir dalam hatinya bagai manakah caranya untuk dapat menyebar luaskan atau mempopulerkan ajaran agama Islam karena pada waktu itu sangat sulit sekali karena banyak kepercayaan-kepercayaan dan agama lain yang dianut oleh masyarakat setempat, sedangkan ajaran agama Islam pada waktu itu masih belum dipahami dan dimengerti maknanya.

Pada tengah malam bulan purnama si Mama Ajengan mengumpulkan para santrinya untuk bersama-sama menciptakan sambil dengan belajar menabuh seperangkat alat-alat yang terbuat dari pohon pinang dan kulit kambing sehingga dapat mengeluarkan bunyi dengan irama yang sangat unik sekali yang kemudian kesenian tersebut dinamakan Debus. Dengan cara menyajikan kesenian ini, diharapkan dapat menarik masa yang banyak.

Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan dalam menjalankan tugas menyebarluaskan ajaran agamanya nanti dan mungkin akan banyak rintangan - rintangannya maka disamping belajar kelihaian menabuh alat-alatnya diajarkannya pula ilmu-ilmu kebatinan baik rohani maupun jasmani dipelajarinya pula ilmu - ilmu kekebalan/kekuatan dalam dirinya masing-masing umpamanya tahan pukulan benda-benda keras seperti batu bata , kayu, kebal terhadap golok-golok tajam dsb. Menjalani dan mendalami berbagai ilmu - ilmu kebatinan tersebut untuk menjaga apabila terjadi dikemudian hari sewaktu mereka mempopulerkan ajaran agamanya.

Didalam rangka mempertunjukan kesenian Debus tersebut Mama Ajengan dan para santrinya yang telah mahir dan dibekali oleh ilmu-ilmunya masuk, keluar kampung bahkan ke berbagai kota mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat umaro tua muda, laki-laki perempuan sambil memasukkan pengaruh ajaran agamanya lewat kesenian yang dipertunjukannya itu dengan membawakan lagu-lagu solawatan dan berjanji yang mengambil dari kitab suci Al-Quran yang isinya mengajak masyarakat banyak untuk dapat memahami dan melaksanakan ajaran agama Islam.

Demikianlah yang dilakukan setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan oleh Mama Ajengan dengan para santrinya dalam rangka mempopulerkan ajaran agama Islam lewat kesenian Debus sehingga berhasil meningkatkan para pengikutnya hampir di seluruh daerah dengan didirikannya pesantren-pesantren, mesjid-mesjid/surau untuk menampung pengikutnya.

Sampai sekarang secara turun-temurun kesenian Debus masih dipergunakan sebagai media untuk menghibur para tamu yang datang ke daerah tersebut disamping itu sering disajikan pada acara hajatan (kenduri) umpamanya hajat khitanan, hajat perkawinan atau upacara hari besar Umat Islam. Yang sangat unik, sampai sekarang masih diperingati tiap terang bulan purnama tanggal 14 oleh keturunan Mama Ajengan.

Sumber : http://garutpedia.garutkab.go.id
Foto : http://ypptbangunan199.blogspot.com