Oleh : Mangara Silalahi
Upacara kemantan dilakukan dalam rangka penyembuhan penyakit yang dialami masyarakat Talang Mamak, suku asli yang tersebar di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Penyakit ini dikaitkan dengan pelanggaran aturan dan adat serta keserakahan manusia akan sumberdaya alam. Agar bisa hidup damai dan terlepas dari segala penyakit, mereka harus menyeimbangkan kosmos (antara dunia nyata dan gaib). Segala kejadian alam yang menimbulkan bahaya, bala dan penyakit merupakan akibat ketidakseimbangan kosmos.
Dalam konsep Orang Talang Mamak, alam dibagi dua : nyata dan gaib. Alam nyata ditempati mahluk seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Sedang alam gaib ditempati mahluk halus seperti dewa, orang bunian, datuk, orang keramat, dan mahluk halus lainnya. Alam gaib hanya dapat dilihat dukun atau orang tertentu.
Dalam konsepsi alam nyata dan gaib, Orang Talang Mamak menghubungkan antara gejala alam dan unsur-unsurnya. Kejadian alam dihubungkan dengan alam gaib : musibah banjir dan kekeringan terjadi karena dewa marah, gempa terjadi karena Dewa Nangui (babi berjenggot) —bumi dikonsepsikan berada di atas kepala nangui—bergerak akibat tertimpa kayu di hutan yang ditebang manusia yang serakah.
Nama dan istilah mahluk gaib dibedakan berdasarkan tipe alamnya. Di laut, air atau sungai disebut mambang peri/setan. Di rimba atau hutan disebut bunian, datuk, orang keramat, hantu, setan, jin, batak biuto dan bandan kelasih. Di pegunungan ada dewa-dewa dan jin. Di langit ada beruang langit. Di angin ada jin beribukala. Dan di paya-paya ada lombu buriang, batak biuto dan bandan kelasih. Menurut dukun atau kemantan, bentuk mahluk gaib bisa menyerupai manusia dan hewan. Bentuknya aneh dan elastis dan bisa menyerupai hewan, sehingga mereka mengkonsepsikan hewan-hewan tertentu sebagai keramat.
Asal-usul penyakit juga dikaitkan dengan perbuatan makhluk gaib, seperti pening-pening, letak, kolera dan lebam, penyebabnya karena melanggar aturan dan adat yang berlaku serta tidak menjaga keseimbangan alam. Penyakit yang disebabkan mahluk gaib bisa disembuhkan dengan menegakkan aturan dan adat, dengan memohon kepadanya melalui perantaraan kemantan.
Kemantan adalah dukun yang kedudukannya lebih tinggi dari dukun biasa. Ia akan mengobati penyakit yang tidak dapat disembuhkan dukun biasa. Puncak pengobatannya dilakukan melalui dukun kemantan yang disebut upacara kemantan. Dukun Kemantan tidak bisa berdiri sendiri: harus ada pembimbing, yakni penginang dan kubayu. Penginang harus wanita, yang melantunkan nyanyian panjang sebagai alat memanggil keramat betuah. Sedangkan kubayu harus pria karena akan menemani kemantan dan keramat betuah menari-nari. Penginang dan kubayu inilah yang mengetahui roh-roh datang, berkomunikasi dengan keramat betuah dan menyampaikan pesan kepada khalayak ramai.
Upacara kemantan bisa dilakukan karena beberapa hal: (1) Jika penyakit datang dan berkepanjangan, dan korbannya lebih dari 3 orang. (2) Harimau datang dan menyakiti seseorang yang dapat dilihat dengan bantuan "orang pintar". (3) Jika seseorang mendapat tuah menjadi kemantan dari datuk atau niniknya. (4) Pangkal tahun, yakni awal tahun menanam padi dengan memohon kepada keramat betuah agar mereka terbebas dari penyakit dan mendapatkan hasil panen yang lumayan. Jika doa ini terkabul, selesai panen di ujung tahun padi, upacara kemantan dilaksanakan.
Waktu upacaranya ditentukan berdasarkan mufakat tetua adat dan pemeliharanya. Biasanya dapat dilaksanakan jika seminggu menjelang kemantan tidak ada yang meninggal. Ada tiga tahapan dalam upacara ini: malam nan kocik, dengan tujuan meninjau peralatan dan pakaian kemantan (dondonan) pasda tahap berikut.
Malam nan godang, proses penyembuhan dengan memberikan peralatan yang diminta berdasarkan malam nan kocik. Undo di lambai, acara makan dan minum karena selama dua hari dua malam kemantan lelah bekerja. Pada tahap ini, pelaksana upacara membekali kemantan berupa keperluan sehari-hari: beras, gula, garam, minyak makan dan tembakau, sebagai ucapan terima kasih.
Sumber : www.warsi.or.id
Upacara kemantan dilakukan dalam rangka penyembuhan penyakit yang dialami masyarakat Talang Mamak, suku asli yang tersebar di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Penyakit ini dikaitkan dengan pelanggaran aturan dan adat serta keserakahan manusia akan sumberdaya alam. Agar bisa hidup damai dan terlepas dari segala penyakit, mereka harus menyeimbangkan kosmos (antara dunia nyata dan gaib). Segala kejadian alam yang menimbulkan bahaya, bala dan penyakit merupakan akibat ketidakseimbangan kosmos.
Dalam konsep Orang Talang Mamak, alam dibagi dua : nyata dan gaib. Alam nyata ditempati mahluk seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Sedang alam gaib ditempati mahluk halus seperti dewa, orang bunian, datuk, orang keramat, dan mahluk halus lainnya. Alam gaib hanya dapat dilihat dukun atau orang tertentu.
Dalam konsepsi alam nyata dan gaib, Orang Talang Mamak menghubungkan antara gejala alam dan unsur-unsurnya. Kejadian alam dihubungkan dengan alam gaib : musibah banjir dan kekeringan terjadi karena dewa marah, gempa terjadi karena Dewa Nangui (babi berjenggot) —bumi dikonsepsikan berada di atas kepala nangui—bergerak akibat tertimpa kayu di hutan yang ditebang manusia yang serakah.
Nama dan istilah mahluk gaib dibedakan berdasarkan tipe alamnya. Di laut, air atau sungai disebut mambang peri/setan. Di rimba atau hutan disebut bunian, datuk, orang keramat, hantu, setan, jin, batak biuto dan bandan kelasih. Di pegunungan ada dewa-dewa dan jin. Di langit ada beruang langit. Di angin ada jin beribukala. Dan di paya-paya ada lombu buriang, batak biuto dan bandan kelasih. Menurut dukun atau kemantan, bentuk mahluk gaib bisa menyerupai manusia dan hewan. Bentuknya aneh dan elastis dan bisa menyerupai hewan, sehingga mereka mengkonsepsikan hewan-hewan tertentu sebagai keramat.
Asal-usul penyakit juga dikaitkan dengan perbuatan makhluk gaib, seperti pening-pening, letak, kolera dan lebam, penyebabnya karena melanggar aturan dan adat yang berlaku serta tidak menjaga keseimbangan alam. Penyakit yang disebabkan mahluk gaib bisa disembuhkan dengan menegakkan aturan dan adat, dengan memohon kepadanya melalui perantaraan kemantan.
Kemantan adalah dukun yang kedudukannya lebih tinggi dari dukun biasa. Ia akan mengobati penyakit yang tidak dapat disembuhkan dukun biasa. Puncak pengobatannya dilakukan melalui dukun kemantan yang disebut upacara kemantan. Dukun Kemantan tidak bisa berdiri sendiri: harus ada pembimbing, yakni penginang dan kubayu. Penginang harus wanita, yang melantunkan nyanyian panjang sebagai alat memanggil keramat betuah. Sedangkan kubayu harus pria karena akan menemani kemantan dan keramat betuah menari-nari. Penginang dan kubayu inilah yang mengetahui roh-roh datang, berkomunikasi dengan keramat betuah dan menyampaikan pesan kepada khalayak ramai.
Upacara kemantan bisa dilakukan karena beberapa hal: (1) Jika penyakit datang dan berkepanjangan, dan korbannya lebih dari 3 orang. (2) Harimau datang dan menyakiti seseorang yang dapat dilihat dengan bantuan "orang pintar". (3) Jika seseorang mendapat tuah menjadi kemantan dari datuk atau niniknya. (4) Pangkal tahun, yakni awal tahun menanam padi dengan memohon kepada keramat betuah agar mereka terbebas dari penyakit dan mendapatkan hasil panen yang lumayan. Jika doa ini terkabul, selesai panen di ujung tahun padi, upacara kemantan dilaksanakan.
Waktu upacaranya ditentukan berdasarkan mufakat tetua adat dan pemeliharanya. Biasanya dapat dilaksanakan jika seminggu menjelang kemantan tidak ada yang meninggal. Ada tiga tahapan dalam upacara ini: malam nan kocik, dengan tujuan meninjau peralatan dan pakaian kemantan (dondonan) pasda tahap berikut.
Malam nan godang, proses penyembuhan dengan memberikan peralatan yang diminta berdasarkan malam nan kocik. Undo di lambai, acara makan dan minum karena selama dua hari dua malam kemantan lelah bekerja. Pada tahap ini, pelaksana upacara membekali kemantan berupa keperluan sehari-hari: beras, gula, garam, minyak makan dan tembakau, sebagai ucapan terima kasih.
Sumber : www.warsi.or.id