Rumah Gadang Ala Dorce Gamalama

Rumah bagi artis panggung serbabisa Dorce Gamalama menjadi perwujudan karakteristik pemiliknya. Tatanan ”Rumah Gadang” milik Dorce ini terasa sangat dinamis.

Bagi masyarakat Minangkabau, Rumah Gadang adalah satu di antara simbol budaya. Rumah Gadang yang berarti rumah besar bahkan menjadi milik berharga suatu kaum di Ranah Minang. Menurut pesan leluhur, mempertahankan Rumah Gadang adalah tugas mulia yang harus didahulukan.

Bangunan ini memiliki ciri bentuk persegi empat atau empat persegi panjang dan ditentukan oleh jumlah ruang di dalamnya yang selalu ganjil, yakni tiga, lima, tujuh, dan sembilan. Sisi yang membuat unik bangunan adat yang berbentuk rumah panggung ini melalui kehadiran atap lancipnya. Lengkungan pada atapnya juga mirip dengan bentuk tanduk kerbau.

Adapun badan rumahnya juga melengkung, landai seperti badan kapal. Untuk menaiki Rumah Gadang harus melalui tangga yang terletak di muka rumah. Di atas tangga ini diberi atap yang menjulang ke depan. Rumah Gadang juga merupakan bangunan induk dari sejumlah bangunan lainnya. Masing-masing adalah Balairung, Rangkiang, dan Musholla. Bentuk Rangkiang atau lumbung padi sangat mirip Rumah Gadang.

Rangkiang juga merupakan bangunan pelengkap Rumah Gadang yang berada tepat di halaman depan. Adalah Dorce Ashadi yang lebih akrab dikenal dengan nama panggung Dorce Gamalama, artis panggung serba bisa itu memilih menggunakan gaya tradisional Minangkabau untuk rumahnya yang berada di bilangan Jatibening, Bekasi. ”Karena nenek dan ibu saya tidak punya rumah, akhirnya saya membuat Rumah Gadang untuk mereka. Sampai saya ambil tenaga kerjanya langsung dari Solok, Sumatera Barat. Dengan begitu dapat memahami detail demi detail bangunannya,” ucapnya.

Guna melestarikan budaya Nusantara, bangunan huniannya dibuat selaras konsep sehingga membuat huniannya memiliki ciri khas yang membedakan tampilan hunian ini dengan hunian lain yang ada di sekitarnya. ”Dengan ciri menggunakan atap dari seng dan semua ornamen-ornamennya menggunakan kayu jati, jadi benar-benar menandakan Rumah Gadang,” tutur wanita yang menyantuni sekira 1.600 anak yatim piatu dan anak-anak dari keluarga tidak mampu yang tergabung dalam Yayasan Hj. Dorce Halimatussadiyah itu.

Rumah yang kini digunakan oleh ibunda empat anak angkat —Rizky Sutrisno, Siti Fatimah, Siti Khadijah, dan Abu Bakar— itu sebagai museum untuk koleksi pakaiannya. Mulai dari kebaya, busana muslim, dan pakaian sehari-hari dibuat dengan konsep selaras yang ingin dihadirkan. Tampak tatanan interior pun diselaraskan desain ruang dan arsitektur bangunannya.

Dengan menampilkan elemen-elemen tradisional utuh sesuai asal daerah yang digunakan, furnitur ditata berpadu dengan anyaman tikar. Tatanan ini menghadirkan sistem lesehan yang nyaman. Wanita yang telah meluncurkan buku biografi Perjalanan Kehidupan Dorce 7-40 Tahun itu menatanya selaras kebutuhan ruang. Karena itu tampak tatanan hunian ini terasa fungsional. Tampak penataan ruang publik yang dibuat bebas mengalir sehingga suasana rumah terasa ramah dan tidak kaku. Hal itu terwujud lewat seluruh runtutan ruang saling bersambungan nyaris tanpa menggunakan tembok pemisah yang ada di dalamnya.

Hal ini membuat seluruh orang yang ada di dalamnya merasa bebas bergerak atau duduk di mana saja. Kehadiran ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang tidur melengkapi hunian. Uniknya, di area basement, presenter Dorce Show yang akrab disapa Bunda Dorce ini menatanya dengan kehadiran sebuah museum yang memajang seluruh koleksi pakaian show beserta aksesori pendukungnya. Untuk memberi sentuhan natural hunian, tampak aneka batu alam digunakan untuk melapis dinding pagar, lantai, juga dinding bagian luar rumah.

Tatanan ini menghadirkan nuansa etnik Rumah Gadang ini terasa lebih menyatu dengan lingkungan sekitar. Di area samping hunian milik Dorce yang mulai dikenal publik ketika dia merambah dunia hiburan di Surabaya pada awal 1980-an itu terdapat sebuah kolam renang. Suara gemericik air di dalamnya menghadirkan efek menenangkan dan perasaan rileks bagi orang yang berada di tengah-tengahnya. Sementara itu untuk mengakomodasi kebutuhan wanita yang mampu menyanyikan lagu dalam berbagai irama dan bahasa itu, sebuah studio musik diletakkan di bagian lain huniannya.

Sumber : www.okezone.com