Pengertian Tayuban
Ronggeng Tayuban adalah kesenian yang menggunakan ronggeng sebagai pengibing dan bisa ngibing bersama dengan penonton yang diiringi tabuhan gamelan yang dalam proses pementasannya ada yang disebut kawitan, baksa, dan soderan.
Fungsi Tayuban
Fungsi pertama adalah fungsi ritual dalam pernikahan yaitu dilakukan pada saat mempelai pria dipertemukan dengan mempelai wanita yang disela-sela acara ini penari/ronggeng tayub mempersilakan mempelai pria untuk ngibing bersamanya. Adegan tari bersama yang kadang disertai ciuman merupakan perlambang hubungan kekuatan pria dan wanita yang dalam perkawinan dipercaya menghadirkan kekuatan magis simpatetis, bahkan ada yang menganggap bahwa ronggeng tayub memiliki kekuatan layaknya dukun untuk memberikan sarana penyembuhan. Sedangkan fungsi ritual tayuban yang berkaitan dengan pertanian diselenggarakan bila panen telah usai yang diselenggarakan di pebdopo atau balai desa atau dilaksanakan di pinggir sawah.
Pengibing pertama yang mendapat kehormatan biasanya adalah kepala desa atau ketua kampung. Bila fungsi ritual ini telah dilalui, barulah fungsi hiburan muncul dimana para pengunjung baik yang diundang maupun yang tidak diundang dapat naik ke panggung untuk ngibing dengan ronggeng atau penari tayuban.
Sejarah Tayuban
Tayuban sudah ada sejak lama dan tidak jelas kapan dimulainya, kesenian ini merupakan kesenian rakyat Pulau Jawa, mulai Jawa Timur sampai daerah Banten. Seni ini merupakan seni yang berlangsung lama karena dipandang mampu menghibur dimana saja dan kapan saja bahkan Thomas Stanford Raffless yang pernah menjabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam History of Java menyebutkan bahwa penari ronggeng dalam pertunjukan tayub sangat digemari oleh semua kalangan masyarakat Jawa terutama Jawa Barat termasuk sebagian wilyah Banten. Bahkan Umar Kayam menggambarkan penari ronggeng tayuban itu sangat merangsang, bahkan menurut Serat Chentini, sebuah karya sastra Jawa terkenal menjelaskan bahwa para penari ronggeng ngibing dengan pria dalam pertunjukan tayub yang ugal-ugalan dan nakal. Dalam buku Gatotkacasraya tayuban ini sebagai kesenian yang berfungsi sebagai hiburan pribadi.
Sekarang ini seni Tayuban dilakukan untuk kepentingan hiburan baik dilaksanakan dalam upacara pernikahan ketika mempertemukan pengantin pria dengan mempelai wanita maupun ketika telah akad nikah dilaksanakan, juga digunakan pasa saat syukuran khitanan maupun pada saat telah panen padi. Di era globalisasi sekarang ini tayu telah mampu menyusup ke hotel-hotel berbintang dan ternyata sangat diminati oleh wisatawan mancanegara.
Penari dan Waditra Seni Tayuban
Seni Tayuban adalah seni pertunjukan yang diperankan oleh penari perempuan, biasanya dalam sebuah pegelaran diikuti oleh lebih dari satu penari bahkan biasanya sampai mencapai lama penari. Penari ini diiringi musik seperti musik ubrug atau wayang golek yaitu berbentuk gamelan dengan para nayaganya. Disamping itu ada juru soder yang akan menyerahkan "soder" kepada ronggengnya, lalu ronggeng/penari mengajak penonton yang dikehendakinya dengan cara menyelendangkan soder kepada penonton yang dikehendakinya tersebut. Pasangan penari dengan si ronggeng/penari bergantian sesuai dengan kehendak ronggeng itu sendiri.
Permainan Seni Tayuban
Urutan penyajian dalam pementasan kesenian Ronggeng Tayub adalah sebagai berikut:
Tatalu adalah persembahan musik gamelan sebelum ronggeng memasuki arena pertunjukan. Tatalu juga dimaksudkan untuk mengisi waktu sambil menunggu para undangan atau para peronggeng hadir.
Karawitan adalah saat masuknya penari ke arena pertunjukan, dilanjutkan dengan pemberian hormat kepada penonton, lalu dilanjutkan dengan tarian pembukaan.
Baksa yaitu tarian yang memikat para hadirin setelah baksa ini juru soder akan segera menyerahkan soder kepada ronggeng untuk diselendangkan kepada penonton yang dikehendakinya. Biasanya penonton yang mendapat giliran soder adalah orang yang dianggap terhormat atau yang punya hajat dahulu, baru kemudian penonton lainnya. Yang mendapat giliran soder mau tidak mau harus menari dengan ronggeng.
Soderan adalah berlangsungnya tarian yang dilakukan oleh ronggeng tersebut. Setelah seseorang selesai menari dengan ronggeng boiasanya orang tersebut memberikan uang kepada ronggeng yang disebut pakacir atau masak. Pemberian uang ini biasanya dimasukkan wadah "Baskom", akan tetapi bila pertunjukan semakin malam uang tersebut dimasukkan/diselipkan pada kemben penari.
Busana yang Digunakan dalam Seni Tayuban
Penari menggunakan busana yang cukup merangsang bagi mata laki-laki; selembar kain panjang membalut dengan ketat tubuh bagian bawah. Adapun dadanya memakai kemben yaitu kain ciut yang panjang yang membungkus dengan kencang sebagian dari dadanya, hingga bagian dada tas sedikit menyembul ke atas. Kepala penari dihiasi sanggul yang dihias dengan bunga. Selembar selendang dengan warna mencolok tergantung di pundak kanan merupakan asesoris tari yang sangat penting. Apabila melangkah maka lipatan kain yang berada di depan tubuh penari sesekali diangkat sehingga betisnya terlihat. Sedangkan busana yang dikenakan para nayaga adalah seragam adat daerah setempat.
Penyebaran dan Ketokohan Seni Tayuban
Kesenian ini sudah sulit dicari kelompok perkumpulan seninya di wilayah Banten, meskipun penggemarnya masih ada, kemungkinan karena masyarakat Banten yang religius kurang berkenan melihat pertunjukan yang dipandang agak nakal yang ditampilkan oleh ronggeng dengan pennton yang menjadi pasangan narinya, oleh karena itu meskapun masih ada pertunjukan Tayuban, kelompok seni tersebut didatangkan dari luar wilayah Banten, misalnya saja dari Jawa Barat, seperti dari karawang, Subang dan Indramayu. Oleh karena itu ketokohannyapun sudah tidak terdengar lagi. Namun apabila ditelusuri akar sejarahnya, kesenian ini pernah hidup subur di daerah-daerah pertanian pantai utara seperti di sekitar Mauk, Balaraja Tangerang dan sebagainya
Sumber : Masduki Aam dkk. 2005 Kesenian Tradisional Provinsi Banten Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional