Esek-esek, Kesempatan Yang Tidak Akan Disia-Siakan

Kunjungan pejabat daerah ke Jakarta tidak akan disia-siakan begitu saja oleh pejabat tersebut. Hampir semua PNS dan Anggota Dewan menyukainya jika mereka mendapat kesempatan untuk melakukan studi banding, Bintek, menyelesaikan urusan dinas ke Jakarta.

Selama mereka berada di Jakarta, waktu yang sempit benar-benar dipergunakan untuk melakukan berbagai kegiatan. Hal positif mungkin terlihat jika pejabat tersebut datang ke Jakarta terkait urusan dinas dengan instansi lain di Jakarta, mereka bahkan bisa menyelesaikan urusan dinas tepat waktu. Diluar aktivitas resminya, banyak dari pejabat daerah yang memanfaatkan waktunya untuk melakukan plesir seantero Jakarta. Pejabat bergender Wanita acapkali memanfaatkan waktunya melakukan shopping di daerah tanah abang dan mangga dua, selebihnya pejabat Pria lebih senang menelusuri gemerlapnya dunia malam Jakarta.

Jika pejabat datang secara rombongan maka pada malam harinya mereka akan berkeliling Jakarta menikmati wisata malam. Tempat favorit pejabat NTB berada dikawasan “ Kota – Hayam Wuruk Jakarta”. Dilokasi ini terdapat puluhan tempat hiburan malam, dari CafĂ©, Diskotik, Spa, Panti Pijat sampai prostitusi terselubung.

Hasil investigasi Sumbawanews, pejabat NTB lebih menyukai salah satu pusat hiburan malam bernama “Stadium” yang beralamat di Hayam Wuruk 111 FF, GG, HH, II JJ, Jakarta. Stadium dengan motto “The Ultimate Nightlife Place In Indonesia.” Menyajikan hiburan malam yang sangat lengkap. Lantai pertamanya diisi kafe dan restaurant, lantai dua berisi Karaoke dan Small Disco dan lantai ketiga berisi pub & live music serta lantai keempat berisi diskotik dengan nama XXL Club.

Stadium yang mulai beroperasi sekitar jam 14.00 ramai didatangi tamu menjelang jam 19.00 malam. Dari empat lantai yang ada di Stadium, lantai tigalah yang menjadi tempat Favorit pejabat NTB. Dengan suasana remang pengunjung bisa menikmati live music sambil ditemani cewek-cewek muda belia yang sangat cantik. Saat tamu memasuki lantai 3, beberapa Mami ( sebutan perantara ) mendekati tamu tersebut dengan sapaan yang sangat sopan. “ Ingin ditemani…? Kami punya stok baru berumur belasan Tahun,” tawar mami kepada tamu yang datang. Jika tamu hanya ingin menikmati live music dan memesan minuman maka tamu tersebut akan berkata “maaf nanti saja.” Meskipun beberapa tamu coba menolak tawaran mami dengan halus, tapi biasanya mami lebih cerdik untuk menawarkan dagangannya. Tidak segan-segan mami membawakan beberapa wanita cantik untuk dipilih oleh sang tamu dan akhirnya tamu takluk dengan tawaran sang mami.

Wanita yang ditawarkan oleh mami biasanya duduk berjejer di meja pub yang melingkar, mereka mempunyai area tertentu dalam pub yang berukuran sekitar 10 m x 10 m tersebut. Area dibagi menjadi 2 bagian yakni kiri dan kanan, jika tamu masuk dan duduk disebelah kiri, maka mami yang menguasai sebelah kiri akan langsung menghampiri, jika tamu menolak tawaran mami maka mami yang menguasai area kanan diberi kesempatan untuk menawarkan dagangannya ke tamu tersebut.

Pengunjung yang sudah terbiasa datang biasanya sudah diketahui seleranya oleh dua orang mami yang menguasai area pub. Mami biasanya langsung membawa anak didiknya sesuai dengan selera langganannya.

Ketertarikan pejabat NTB ke stadium bukan saja karena fasilitasnya yang lengkap, namun Karena tamu bisa mengorder ke mami berdasarkan Kriteria yang diinginkan, misalnya tamu menginginkan gadis ramping, cantik dan bermuka oriental, maka dalam sekejap sang mami akan menyediakannya. Tarif yang dipatok oleh Mami untuk menemani tamu tidak begitu besar, jika tamu hanya ingin ditemani untuk mengobrol dan minum soft drink selama 30 menit – 1 jam, tamu bisa memberikan tips antara Rp.50 ribu – Rp.100 ribu. Namun kebanyakan tamu yang datang bukan untuk menikmati live music, kebanyakan tamu yang datang menikmati “tubuh” wanita muda yang mendampingi mereka.

Tarif kencan dengan durasi waktu satu jam, dipatok sekitar Rp. 300.000 ( tiga ratus ribu rupiah ) dan belum termasuk tips untuk wanita pendamping. Harga Rp.300 ribu termasuk ongkos kamar kencan selama 1 jam, 1 botol air mineral, fee untuk mami yang juga dibagi ke sang gadis. Sedangkan tips yang bisa diberikan ke wanita pendamping bervariasi, bisa dari Rp.50ribu sampai Rp.500ribu tergantung dari rayuan dan kerelaan sang tamu.

Diruangan berbeda, Stadium menyediakan sebuah etalase yang memajang gadis-gadis cantik, ibaratnya sebuah akuarium berisi ikan cantik, tamu tinggal memilih dan menunjuk mana yang diinginkan. Gadis yang dipilih boleh diajak ngobrol di area pub atau langsung menuju kamar yang telah disediakan oleh Stadium.

Stadium yang megah tidak terlihat sebagai tempat prostitusi di jantungnya Jakarta, dan kebanyakan pejabat daerah menyukai tempat ini karena harga yang pasti dan fasilitas yang lengkap. Begitu juga dengan para wanita yang dipajang ditempat tersebut jauh lebih menyukai pejabat dari daerah dibandingkan tamu-tamu yang berasal dari Jabotabek.

“Kalau tamu daerah, tips yang diberikan lebih besar dan mereka mudah dirayu.” Jelas Ayu ( nama samaran, red) saat ditanya mengenai suka dukanya berprofesi sebagai waitress plus di stadium.

Selain Stadium, tempat lainnya juga dilokasi yang sama yakni Club 1001. Club yang berada dilantai 4 hayam wuruk plasa ini juga menawarkan dunia malam yang tak kalah hebatnya dengan stadium. Bedanya harga yang dipatok oleh club 1001 lebih mahal dibandingkan dengan Stadium. Di club 1001 pengelolah menawarkan dua alternative esek-esek, pilihan pertama wanita local dan pilihan kedua wanita impor.

Tarif untuk wanita local sekitar Rp.900ribu, sedangkan untuk wanita Impor berkitar Rp.2,5 juta untuk 3 jam booking ditempat. Wanita Impor yang disediakan oleh Club 1001 berasal dari Cina, Usbekistan, Taiwan, Bangkok, Phippina dan beberapa negara lain.

Karena mahalnya tarif wanita di club ini, pejabat dari NTB yang acapkali datang biasanya berasal dari unsur kepala dinas dan pimpinan dewan, bahkan beberapa kepala daerah di NTB pernah terlihat dalam club ini.

Selain berselimut pub dan diskotik, tempat hiburan di wilayah Hayam wuruk Jakarta juga menggunakan label panti pijat. Posisi panti pijat berada kearah barat dan sedikit terlihat kumuh. Panti pijat yang sangat digemari oleh pejabat dari NTB yakni “Citra” yang berada pojokkan gang kawasan Hayam wuruk tersebut. Tarif panti pijat inipun hampir sama dengan tarif stadium yakni sekitar Rp.300ribu rupiah belum termasuk tips untuk wanita pendamping.

Selain kawasan Hayam Wuruk, Jakarta juga menyediakan hiburan malam di kawasan lokasari yang tidak jauh dari Hayam wuruk. Pub dan karaoke bertebaran dan dipastikan didalam ruangan berbeda terdapat kamar yang disediakan bagi para tamunya untuk berkencan. Tarif di kawasan Lokasaripun berkisar antara Rp.300 – Rp.500ribu.

Selain kawasan Hayam Wuruk, Pejabat dari daerah juga menyukai kawasan di jalan pramuka yang berada di perbatasan Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Disini terdapat hotel sentral dengan diskotiknya. Sangat nampak diluar hotel wanita-wanita muda coba merayu tamu yang datang. Untuk kencan di kawasan ini pihak diskotik tidak menyediakan ruangan khusus, tapi tamu biasanya langsung membooking di hotel tersebut atau membawa sang wanita kehotelnya.

Beberapa pejabat NTB yang mempunyai uang lebih biasanya lebih senang mengajak sang wanita ke hotel dimana mereka menginap. Wanita-wanita yang diajak tersebut biasanya didapatkan dari pinggir jalan yang berada di sepanjang jalan Hayam Wuruk atau jalan Pramuka. Sang wanita bisa melayani tamu hingga keesokkan harinya. Yang berbeda hanyalah tarif, jika tamu menggunakan fasilitas seperti halnya di stadium maka tarifnya sudah standar, berbeda dengan mengajak sang wanita ke hotel maka tarifnya berdasarkan kesepakatan dengan wanita tersebut. Untul tariff short time dengan waktu kencan 3 jam, tamu biasanya dikenakan tarif antara Rp. 300ribu – Rp.750 ribu, dan untuk long time atau sampai besok harinya antara Rp.750 ribu – Rp.1juta rupiah.

Lokasi hotel untuk tempat menginap yang menjadi favorit pejabat NTB selain berada di kawasan Kota, juga berada dikawasan Menteng. Salah satu hotel yang cukup murah yakni hotel Mega Proklamasi yang beralamat di Jl. Proklamasi No. 40 - 42 Jakarta Pusat. (lihat boks tariff hotel proklamasi ). Begitu juga dengan Hotel Maharaja yang berada di Jakarta Selatan, menjadi alternative lain jika pejabat bersangkutan lebih banyak berurusan diwilayah Jakarta selatan. Hotel Aston Atrium di kawasan senen juga merupakan salah satu tempat favorit untuk menemukan pejabat dari NTB.

Bagi pejabat yang menginap di wisma NTB Jl. Garut Menteng Jakarta, dipastikan mereka tidak akan berani membawa wanita penghibur ke Wisma NTB. Mereka akan memanfaatkan fasilitas seperti yang tersedia di Stadium atau bahkan mereka membooking kamar hotel untuk menyalurkan hasrat kelakiannya.

Beberapa pejabat yang sering ke Jakarta mempunyai kontak khusus dengan beberapa mami yang menyediakan wanita pendamping dan beberapa diantara mereka selalu menggunakan wanita yang sama saat berada di Jakarta. Pejabat tersebut bisa memesan lewat mami yang telah dikenalnya atau langsung menghubungi wanita yang sebelumnya di kencaninya.

Sesama pejabat yang menjalani ritual esek-esek di Jakarta biasanya mereka bergurau "we...selama ta ka tu nu ke bote."- Bahasa Sumbawa, ( selama ini kita tidur dengan "monyet" ; mengumpamakan istrinya bermuka monyet.) ungkapan ini mengambarkan betapi cantik dan mulusnya wanita yang dikencaninya selama berada di Jakarta.

Maraknya perilaku pejabat NTB yang sangat menyukai hiburan malam di Jakarta, dibenarkan oleh beberapa warga NTB berdomisili di Jakarta.

Sebut saja “Senja ( nama samaran)” seorang pria asal Dompu yang berperan sebagai pendamping, hampir tiap minggu menemani pejabat dari NTB melewatkan waktunya di tempat hiburan malam.

“Lumayan mas, tiap mereka datang dan saya temani ketempat hiburan malam, saya diberikan sedikit tips oleh mereka.” Tuturnya sambil menuturkan bahwa para pejabat tersebut sering membooking cewek nakal ke hotel dimana mereka menginap.

Dari Investigasi yang dilaksanakan Sumbawanews dalam kurun waktu Tahun 2007 – 2009, ditemukan banyak sekali pejabat asal NTB yang berkunjung ke tempat-tempat hiburan di atas, bahkan beberapa Kepala Daerah terlihat secara sembunyi-sembunyi mengunjungi lokasi hiburan malam. Yang tidak aneh lagi jika kita mengenal anggota DPRD se NTB di pastikan akan menemukan mereka di salah satu lokasi hiburan diatas.

Tidak ada jaminan, politisi dengan berlatar belakang partai dakwah menolak nikmat surga dunia yang ditawarkan Jakarta. Mereka sama saja tatkala sudah berada di Jakarta, bedanya mereka menampilkan diri dalam bentul sok “Jaim” alias jaga Imeg.

Fenomena ketertarikan pejabat bermain api dengan wanita penghibur juga dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk memeras dan memanfaatkan pejabat bersangkutan. Cara yang dipergunakan oleh pengusaha atau penghubung sebut saja X yang berdomisili di Jakarta biasanya mengenalkan para pejabat yang masih awam kedunia gemerlap tersebut. Pejabat diajak menikmati minuman keras kemudian di sodorkan wanita-wanita pendamping yang sudah tentu untuk tahap awal ini gratis dan ditanggung oleh pengusaha atau penghubung. Jika pejabat tersebut tertarik dan memanfaatkan tawaran si X maka dipastikan pejabat tersebut akan mempunyai hutang budi dan perasaan was-was jika perselingkuhannya dibuka ke public.

Saat itulah si X akan terus mengawasi dan menjalin komunikasi dengan pejabat bersangkutan, bahkan tidak segan-segan si X meminta dana bahkan proyek sebagai kompensasi agar perilaku pejabat di Jakarta tidak dibuka ke public.

Nah..dengan pola dan kerjaan pejabat di Jakarta dipastikan akan berimbas pada kebijakan yang dibuatnya di NTB. Masyarakat bisa menilai apakah pejabat yang memegang kekuasaan selama ini lebih pro rakyat atau hanya mengutamakan kelompok tertentu, benang merahnya bisa ditemukan dalam perselingkungan yang terjadi di Jakarta.

Pegalaman mengantar pejabat kebeberapa tempat hiburan juga diungkapkan oleh Direktur Sumbawa Center Amir Mahmmud.

“Selama saya kuliah di Jakarta, saya sering diminta menemani mereka kedaerah Daan Mogot Jakarta Barat untuk sekedar melepas penat ditempat Karaoke.” jelas Amir (Arif & Fajar)
Majalah Sumbawanews edisi Perdana September 2009

Sumber : http://www.sumbawanews.com