Sejarah Kabupaten Sintang

Daerah Sintang, pada masa pemerintahan Belanda (sekitar tahun 1936) merupakan daerah landschop di bawah naungan pemerin­tahan Gouvernement. Daerah Landschop ini terbagi menjadi 4 (empat) onderafdeling yang dipimpin oleh seorang controleur atau gesagkekber, yaitu:

1. Onderafdeling Sintang, berkedudukan di Sintang.
2. Onderafdeling Melawi,
berkedudukan di Nanga Pinoh.
3. Onderafdeling Semitau,
berkedudukan di Semitau.
4. Onderafdeling Boeven Kapuas,
berkedudukan di Putussibau.

Sedangkan daerah kerajaan Sintang yang didirikan oleh Demang Irawan (Jubair I) dijadikan daerah swapraja Sintang dan kerajaan Tanah Pinoh dijadikan neo swapraja Tanah Pinoh. Pemer­intahan Landschop ini berakhir pada tahun 1942 dan kemudian tampuk pemerintahan diambil alih oleh Jepang.

Pada masa pemerintahan Jepang ini, struktur pemerintahan yang berlaku tidak mengalami perubahan hanya sebutan wilayah kepala pemerintahan yang di-sesuaikan dengan bahasa negara yang memerintah ketika itu. Kepala negara disebut Kenkarikan (semacam Bupati sekarang) sedangkan wakilnya disebut Bunkenkari­kan dan di setiap kecamatan diangkat Gunco (Kepala Daerah).

Setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pihak Belanda kepada pihak Indonesia, kekuasaan pemerintahan Belanda yang disebut Afdeling Sintang diganti dengan Kabupaten Sintang, Onder­afdeling diganti dengan Kewedanan, Distric diganti dengan Kecama­tan. Demikian pula halnya dengan jabatan Residen diganti dengan Bupati, kepala Distric diganti dengan Camat dan yang menjadi Bupati Sintang pada waktu itu adalah Bapak L. Toding.

Untuk merealisir pelaksanaan UU No. 3 tahun 1953, UU No. 25 tahun 1956 dan UU No. 4 tahun 1956 tentang pembentukan DPRD dan DPR Peralihan, maka pada tanggal 27 Oktober 1956 dilaksanakanlah pelantikan keanggotaan DPRD Peralihan Kabupaten Sintang. Selanjutnya sesuai Keppres No. 6 tahun 1959 tanggal 6 Nopember 1959, maka azas dekonsentrasi dan desentralisasi sebagai realisasi pelaksanaan UU No. 3 tahun 1953 dihimpun kembali dalam satu tangan Bupati Kepala Daerah yang dibantu oleh Badan Pemerintahan Harian yang kemudian diatur lebih lanjut dalam UU No. 18 tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Selain itu, dengan instruksi Mendagri No. 3 tahun 1966 tanggal 1 Pebruari 1966 jalannya roda pemerintahan daerah di seluruh Indonesia mulai diarahkan dan disempurnakan.

Berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Sintang Nomor 14 tahun 2000 pemerintahan kabupaten Sintang dibagi menjadi 21 pemerintahan kecamatan kemudian disesuaikan kembali setelah adanya undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Melawi yang berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Sintang sehingga Kabupaten Sintang saat ini menjadi 14 pemerintahan kecamatan.

Daerah Pemerintahan Kabupaten Sintang pada tahun 2005 terbagi menjadi 14 Kecamatan, 6 Kelurahan dan 183 Desa, Kecamatan terluas adalah Kecamatan Ambalau dengan luas 29,52 persen Kabupaten Sintang sedangkan luas masing–masing Kecamatan hanya berkisar 1–29 persen dari luas Kabupaten Sintang.

Sintang, Sebuah Daerah dengan Sejarah Panjang
Belakangan ini, Bagian Hukum Pemkab Sintang dibingungkan ketiadaan data untuk menentukan hari jadi kota Sintang. Tak dapat di sangkal, Sintang adalah sebuah kota dengan sejarah panjang. Sayangnya, apa yang di ketahui sekarang masih berupa tutur-tinular( cerita yang berkembang dari mulut ke mulut ). Orang bijak berabad-abad lalu pun telah mengerti bahwa; Verba Volant, Scripta menent ( yang di ucapkan akan lenyap, yang tertulis akan tetap ada).

Sementara itu, data-data tertulis masih bersemayam dengan apik tak terusik nun jauh di negeri Belanda sana. Kendati dalam cerita lisan, Perjalanan sejarah Kota Sintang seakan miskin gejolak dan peristiwa heroik, tentu ada hal lain yang menarik.

Memang, sebuah kotabersejarah tak harus di bangun hanya dengan peristiwa heroisme. Pada masa pemerintahan Bupati Simon Djalil langkah pertama untuk penggalian sejarah telah di ayunkan, dengan mengunjungi Royal Tropical Institut (Tropen musium) di negeri Belanda.

Dilanjutkan dengan terbentuknya ikatan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Sintang dengan Royal Tropical Institut. Cikal bakal suprastruktur untuk mengelola arsip-arsip sejarah.(Museum Budaya) nampaknya sudah mulai di persiapkan, dengan adanya internal recuiting, di lanjutkan dengan pendidikan khusus terhadap personil hasil recuiting tersebut. Langkah ke arah itu telah lebih siap lagi.

Sintang sebagai bakal calon Ibukota Propinsi, tentu harus punya predikat plus dari kota lainnya. Sintang berpeluang juga menjadi salah satu kota tujuan penelitian sejarah. Mengapa Demikian??

Kendati setiapa daerah memiliki riwayatnya sendiri-sendiri, namun kelengkapan data sejarah di suatu wilayah yang berdekatan, akan dapat menjadi pusat acuan untuk daerah lain, utamanya yang berkaitan dengan masa pemerintahan Nenderlandsch Indie dan masa pemerintahan Swapraja. Mudah-mudahan dalam perjalanan waktu, dapat pul adi temukan catatan Coornelis Van Djik atau BJ Boland, Sejarawan Belanda yang terkenal getol mencatat sejarah di pelososk-pelosok nusantara di era pasca kolonial di awal tahun 50-an. atau bahkan dapat bertemu langsung dengan Antropolog Coen Holtzappel, Seorang oeneliti sejarah pengembangan desa di masa kolonial dari Univercity of Amsterdam.

Dapat juga menelisik berita yang di tulis di tahun 1800-an. Pada harian yang sudah ada kal itu, seperti harian Nieuwe Courant atau De Java Bode. Siapa tahu dapat di temukan catatan Paul Vanter atau bahkan bisa di temukan catatan tentang De Tebidah Oorlog (Perang Taebidah) Kesamaan sistemadministrasi di wilayah yang berdekatan dapat saja terjadi.

Mengingat para Staatsamtenaar (Pejabat Negara) kalai tu, tentu haris berpedoman kepada Staatkunde (kebijakan politik) Kerajaan Belanda yang berlaku saat itu. Dan Borneo adalah bagian dari Staatsdomain (Wilayah Milik kerajaan) penjajahan Belanda, sesuai Regeringsreglement 1922.

Letak Geografis Sintang yang terletak di dua cabang sungai besar, pasti mempunyai nilai besar dan penting di mata pemeritahan Nenderlandsch Indie, Setidaknya dalam bidang ekonomi,. Asumsi ini di perkuat lagi dengan bukti berdirinya Staatsbedrijf (Perusahaan negara) di nanga jetak, kendati sebetulnya lebih merupakan staatsexploitatie (goverment exploitation). Nah, apakah kita hanya mengharpkan kapan sajaarsip tersebut dikirimkan ke sini, atau kita yang mengambil inisiatif dengn menjemputnya ke sana?

Nah, apabila akan di jemput, persoalannya kemudian adalah, siapa yang paling pas untuk di tunjuk sebagi duta sejarah guma menjemput duplikat data- data sejarah itu. Tentu tak cukup hanya menunjuk person yang hanya berbekal identitas sebagai pegawai negeri. Idealnya pemerintah mengutus person pewaris sejarah itu, misalnya Sultan Sintang, yang di dampingi wakil2 etnis utama, yaitu etnis yang sudah dominan pada masa kolonial dahulu. Tentu saja, apabila penjemputan duplikat data2 sejarah itu dapat terwujud, maka akan jadi peristiwa nasional yang monumental, dan merupakan bagian dari sejarah itu sendiri.

Lambang Daerah

Berdasarkan Perda No. 1 Tahun 1971 mengenai bentuk, warna dan makna lambang daerah Kabupaten Sintang.

Lambang Daerah Kabupaten Sintang terbagi atas 4 bagian yaitu :

  1. Bentuk Lambang secara keseluruhan adalah Perisai bersudut lima.
  2. Perisai, Mandau, Sumpit bertombak, gunung, buah karet, buah tengkawang dan ikan.
  3. Padi, kapas, dan bintang bersudut lima.
  4. Tulisan Kabupaten Sintang diatas pita berliku.

Bentuk keseluruhan dari lambang daerah ialah Perisai bersudut lima yang berarti Pancasila dimaksudkan Kabupaten Sintang adalah bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

  • Warna yang dipakai pada lambang daerah ada 7 yaitu : hijau tua, biru muda, biru tua, kuning emas, merah, putih perak dan hitam.
  • Warna dasar adalah hijau tua dan biru muda.
  • Hijau Tua menunjukkan kesuburan tanahnya, biru muda menunjukkan kesuburan air/sungai.
  • Warna Perisai dan sumpit bertombak adalah hitam berpinggir putih perak dimaksudkan bahwa pusaka-pusaka ini mengandung kekuatan dan suci murni.
  • Warna Mandau adalah putih perak berarti bahwa pusaka ini suci dan hanya digunakan untuk membela kebenaran.
  • Perisai, mandau dan sumpit bertombak adalah melambangkan pusaka dan kebudayaan putera-putera daerah Kabupaten Sintang.
  • Gunung melambangkan Bukit Kelam yang menjadi kebanggaan dan keagungan rakyat Kabupaten Sintang.
  • Buah karet, buah tengkawang dan ikan melambangkan suatu sumber penghidupan rakyat Kabupaten Sintang disamping bertani.
  • Padi dan Kapas melambangkan tujuan rakyat Kabupaten Sintang khususnya dan tujuan negara kesatuan Republik Indonesia umumnya untuk cukup sandang dan pangan. Padi berjumlah 17 buah dan kapas berjumlah 8 buah menunjukkan tanggal Kemerdekaan Negara Kesatuan republik Indonesia.
  • Bintang Bersudut Lima melambangkan Pancasila yang berarti bahwa Pancasila merupakan falsafah dan ideology yang tertanam dalam setiap jiwa rakyat Kabupaten Sintang khususnya dan Bangsa Indonesia Umumnya.
  • Tulisan Kabupaten Sintang dengan warna hitam diatas dasar warna kuning mengandung arti bahwa masyarakat dan pemerintah Kabupaten Sintang mempunyai pendirian kuat, teguh dan sentosa baja untuk membawakan rakyat/masyarakat Kabupaten Sintang dari alam kegelapan menuju alam yang terang penuh keagungan.
  • Di bawah tulisan Kabupaten Sintang terdapat bintang bersudut lima yang melambangkan bahwa masyarakat dan pemerintah Pemerintah Kabupaten Sintang tetap berdasarkan Pancasila.
  • Liku-liku pada pita-pita kain sutra berwarna kuning emas menunjukkan liku-likunya perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila..
Peta Geografi Sintang
Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Propinsi Kalimantan Barat atau diantara 1°05’ Luntang Utara serta 1°21’ Lintang Selatan dan 110°50’ Bujur Timur serta 113°20’ Bujur Timur.

Kabupaten Sintang dengan luas 21.638 Km 2, menempati posisi strategis baik dalam konteks Nasional, Regional dan Internasional. Kabupaten Sintang berbatasan langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur) serta berlanjut ke Brunei Darussalam. Dengan demikian kawasan ini akan menjadi gerbang keluar masuk barang dan orang (outlet) dari dan ke Sarawak maupun Brunei Darussalam melalui jalan darat.

Secara administratif, batas Kabupaten Sintang adalah :

  • Utara : Serawak (Malaysia Timur)
  • Selatan : Kabupaten Melawi
  • Timur : Kabupaten Kapus Hulu
  • Barat : Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Ketapang


Sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan wilayah perbukitan dengan luas sekitar 22.392 km2 atau sekitar 69,37 persen dari luas Kabupaten Sintang (32.279 km2). Kabupaten Sintang merupa kankabupaten terbesar kedua di Propinsi Kalimantan Barat setelah Kabupaten Ketapang. Daerah Pemerintahan Kabupaten Sintang terbagi menjadi 14 wilayah kecamatan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Ambalau dengan luas 19,79 persen Kabupaten Sintang sedangkan luas masing – masing kecamatan hanya berkisar 2-7 persen dari luas Kabupaten Sintang.

Kabupaten Sintang dialiri 2 sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi, diman Sungai Kapuas melewati daerah Sepauk, Tempunak, Sintang dan Kentungau, sedangkan Sungai Melawi melewati kota Sintang, Dedai, sampai Ambalau dan menuju ke Propinsi Kalimantan Timur.

Kabupaten Sintang merupakan daerah Khatulistiwa dengan intensitas curah hujan cukup tinggi. Curah hujan rata-rata sebesar 243,1 milimeter per bulan sedangkan kecepatan angin setiap bulannya rata-rata berkisar antara 1 knots / jam sampai dengan 3 knots / jam dengan rata-rata temperature udara berkisar antara 26,0° C dan temperature udara tertinggi sebesar 35,7° C.

Kependudukan
Perkembangan penduduk yang cukup pesat merupakan satu phenomena yang menjadi perhatian serius Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, permasalahan yang paling esensial adalah yang berkaitan dengan penyediaan lapangan kerja / usaha serta penyediaan bahan pangan.

Faktor yang sangat umum yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu daerah antara lain adalah angka kelahiran, angka kematian, dan angka migrasi (migrasi datang dan migrasi masuk). Kejadian ini biasa disebut dengan kejadian vital penduduk.

Para pemakai data penduduk, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang ber-kesinambungan dari tahun ke tahun. Sementara sumber data yang menghasilkan data penduduk yang dapat dipakai dan dipercaya hanya menyediakan secara periodik lima tahunan, yaitu sensus penduduk pada tahun-tahun yang berakhiran angka nol dan survei penduduk antar sensus pada pertengahan dua sensus berurutan. Walaupun ada sumber data kependudukan yang lain yaitu registrasi penduduk, tetapi cakupan pencatatannya masih belum bagus sehingga angka ini belum dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan. Sehingga untuk mengetahui keadaan jumlah penduduk di luar tahun sensus dibuatlah angka proyeksi atau estimasi penduduk.

Di dalam pola dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Sintang yang selaras dengan pola dasar Pembangunan Nasional, kebijaksanaan kependudukan di-arahkan pada pengembangan penduduk sebagai sumber daya manusia yang dapat menunjang jalannya pembangunan Daerah dan Nasional.

Berdasarkan angka proyeksi tahun 2005, penduduk Kabupaten Sintang berjumlah 341.146 atau rata–rata jumlah penduduk per desa sebanyak 1.805 jiwa. Jika di-bandingkan dengan tahun sebelumnya rata-rata jumlah penduduk per desa mengalami penurunan sebanyak 8 orang. Penurunan ini terjadi disebabkan hasil perhitungan penduduk yang telah memisahkan Kabupaten Melawi, jadi bukan terjadi penurunan yang sebenarnya. Dengan kepadatan penduduk seperti tersebut maka daerah Kabupaten Sintang dikatakan mempunyai penduduk yang masih jarang.

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sintang selama kurun waktu 2000-2005 tercatat rata-rata 2,34 persen. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun sebelumnya (2004) yang besarnya rata-rata 1,91 persen per tahun. Jika dilihat dari laju pertumbuhan penduduk (lpp) kecamatan maka akan terlihat ada beberapa kecamatan yang mengalami pertumbuhan minus, seperti kecamatan Ambalau lpp-nya minus 0,52 persen, fenomena ini diduga dari banyaknya karyawan (orang) yang pindah keluar daerah yang berkaitan dengan perusahaan tutup/tidak beroperasi lagi.

Penyebaran penduduk Kabupaten Sintang tidak merata antar kecamatan yang satu dengan kecamatan lainnya. Kecamatan Sintang memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu 52.276 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 5,52 persen selama kurun waktu 2000-2005, sedangkan yang menjadi posisi kedua yaitu Kecamatan Sepauk dengan penduduk sebanyak 42.273 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,96 persen, yang menjadi urutan ketiga adalah kecamatan Sungai Tebelian dengan jumlah penduduk 26.037 jiwa serta lpp sebesar 0,91 persen.

Objek Wisata
Ada sekian banyak obyek wisata yang menarik dan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi obyek wisata andalan di Sintang, Kalimantan Barat. Keadaan alam yang masih relatif alami dan sungguh indah untuk dikunjungi.

Arum Jeram
Obyek wisata yang cukup menantang lainnya adalah terletak disektor Selatan yaitu berupa Jeram kecil yang bertingkat tingkat yang oleh penduduk setempat dinamakan Riam.

Salah satu jalur sungai yang banyak riamnya adalah Sungai Pinoh. Gelombang Riam dilatarbelakangi oleh bukit bukit dan trebing tebing yang ditumbuhi pohon pohon yang merupakan perpaduan alam yang sangat serasi dan menarik. Wisata ini sangat asyik sebagai permandian dan olah raga arung jeram dapat dinikmati dengan menggunakan Loang Boat.

Cara menjangkau :

Nama objek : Arung Jeram
Dijangkau dari : Disepanjang sungai Pinoh
Kendaraan : Kendaraan darat dan sungai
Fasilitas : -
Keterangan :
Dari kecamatan Nanga Pinoh sampai Kec. Nanga Pinoh

Bukit Matuk
Bagi anda yang ingin menikmati pemandangan alam berupa tanaman agro industri yang berskala besar, anda dapat menikmatinya dari atas puncak bukit Matuk kecamatan Belimbing.

Dari puncak bukit tersebut akan terlihat celah berdinding batu yang sangat tinggi. Untuk mencapai bukit tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan umum 40 Km dari kota Sintang.

Cara menjangkau :

Nama objek : Bukit Matuk
Dijangkau dari : Sintang
Kendaraan : Kendaraan darat
Fasilitas : -
Keterangan : 40 Km dari Sintang

Danau Jemelak dan Kebiau

Hutan Wisata Baning
Hutan Wisata Baning, yaitu hutan yang sangat orisinil yang terletak ditengah-tengah Kota Sintang. Luasnya ± 215 ha, merupakan hutan tropis dengan ditumbuhi tumbuh dipuncak bak serumpun bunga beribu-ribu macam pohon besar, beraneka macam anggrek dan kantong semar. Hutan ini termasuk yang masih utuh. Hutan ini kaya dengan aneka ragam Flora, seperti :

a. Bunga Kantong Semar
b. Berbagai jenias Anggrek Hutan

Dan Fauna seperti :

a. Kelasi
b. Berbagai jenis burung

Kenyamanan udara segar dibawah rindangnya dedaunan akan dpaat diperoleh cukup dengan berjalan kaki dari ibukota Kabupaten.

Cara menjangkau :

Nama objek : Hutan Wisata Baning
Dijangkau dari : Ditengah tengah kota Sintang
Kendaraan : Kendaraan umum
Fasilitas : Jembatan kayu membelah kawasan hutan
Keterangan :
- dapat dijangkau dari semua jurusan
- 80 Km dari Sintang

Istana Kerajaan Sintang
Sintang merupakan eks sebuah kerajaan dengan sebuah istana sebagai peninggalannya. Istana ini dibangun pada tahun 1839 dan sampai sekarang masih utuh terdiiri dari satu buah bangunan induk dan dua buah paviliun. Bekas Istana Kerajaan Sintang saat ini dikelola oleh Pemkab Sintang tersebut terletak dipinggir Sungai Kapuas dan dimanfaatkan untuk menyimpan benda-benda peninggalan sejarah baik benda bersejarah peninggalan kerajaan maupun peninggalan lainnya.

Cara menjangkau :

Nama objek : Istana Kerajaan Sintang
Dijangkau dari : Di ibukota Kabupaten
Kendaraan : Jalur Sungai
Fasilitas : -
Keterangan : 10 menit menyeberangi sungai Kapuas

Kawasan Wisata Bukit Kelam
Kawasan Wisata Bukit Kelam yang berada di wilayah Kecamatan Kelam Permai. Daya tarik objek wisata alam perbukitan khususnya kawasan wisata alam Bukit Kelam dapat dilihat dari kondisi perbukitan itu sendiri yang memiliki keindahan yang khas. Hutan wisata Bukit Kelam berada diantara dua sungai besar yaitu Sungai Melawi dan Sungai Kapuas dan termasuk didalam SdubDAS Melawi dimana keberadaan hutan wisata tersebut merupakan kawasan sumber air yang mengalir sebagai sungai yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk keperluan air minum, MCK dan irigasi.

Berdasarkan pengamatan diketahui kualitas baik perairan sungai di hutan wisata didominasi oleh perbukitan dan hutan wisata ini sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata alarn dan untuk lokasi terbang layang dan panjat tebing karena terletak pada ketinggian 50 - 900 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 15° - 40° serta kemiringan diatas 45°. Pohon yang tumbuh dikaki bukit umumnya berbatang tinggi, sedangkan dipuncaknya ditumbuhi semak semak. Pada dinding bukit jarang ditumbuhi tumbuhan karena terdiri dari batu terjal sehingga pepohonan yang yang tumbuh dan tertata rapi didalam jambangan.

Di Bukit ini juga terdapat tumbuh-tumbuhan langka seperti Kantong Semar Raksasa yang oleh masyarakat setempat dipergunakan sebagai wadah untL*k menanak nasi, selain itu juga terdapat Anggrek Hitam. Saat ini kawasan Bu-kit Kelam sudah direnopasi dan kawasan ini dijadikan sebagai Pusat Perkemahan bagi pramuka. Untuk mencapai puncak Bukit Kelam saat ini sudah dibangun sebuah tangga dengan ketinggian ± 90 m yang terletak disebelah barat. Kawasan Bukit Kelam saat ini terus dikembangkan karena punya rentetan perbukitan lainnya seperti Bukit Luit dan Bukit Rentab. Selain itu juga kawasan ini sangat baik jika dibangun tempat peristirahatan yang nantinya dapat

dikembangkan menjadi desa wisata yang menarik dan unik.

Hal ini juga tidak terlepas dari keberadaan dua rumah panjang didekat lokasi perbukitan ini yaitu Rumah Panjang Ensaid Pendek dan Ensaid Panjang.

Bagi pengunjung yang suka bertualang menghadapi tantangan alam dan merindukan pemandangan alam yang asli maka Bukit Kelam adalah tempat yang cocok dalam memenuhi selera anda. Pendakian ke puncak bukit dapat ditempuh melalui dua cara :

  1. mengunakan tangga
  2. melalui Tebing Batu yang sangat terjal dan menantang.

Dari Puncak Bukit dapat terlihat pemandangan alam yang sangat indah seperti :

  1. Hutan tropis dan berbagai jenis tanaman langk.
  2. Dua aliran sungai yang mengapit Kota kabupaten
  3. Tata Kota Sintang dan persawahan yang ada dibawahnya.

Yang kesemuanya merupakan pemandangan alam yang sangat menakjubkan dan panorama alam yang sangat nyaman, dapat dikunjungi melalui transportasi darat dengan jarak dari Kota 18 Km.

Cara menjangkau :

Nama objek : Bukit Kelam
Dijangkau dari : Ibu kota Kabupaten
Kendaraan : Kendaraan umum
Fasilitas : Jalan lingkar bukit, Tangga untuk mencapai bukit
Keterangan :
- dari ibukota Kabupaten : 19 Km
- dari jalan lingkar bukit : 10 Km

Makam Raja-raja
Makam Raja – Raja Sintang terdapat di Kelurahan Kapuas Kanan Hulu dan Kelurahan Kapuas Kiri Hilir. Disana dimakamkan seluruh Raja beserta keluarganya seperti :

a. Makam Jubair
b. Makam Aji Melayu
c. Makam Pangeran Prabu

Cara menjangkau :

Nama objek : Makam Raja Raja
Dijangkau dari : Di Ibukota Kabupaten
Kendaraan : Kendaraan darat
Fasilitas : -
Keterangan : 1 Km dari terminal bis Sei Durian Sintang

Museum Dara Juanti
Di museum ini disimpan dan dipelihara benda-benda seperti gundukan tanah yang berasal dari kerajaan Majapahit, Meriam Raja Suka, Meriam Anak Raja Suka sebanyak 7 buah , Meriam Raja Beruk, Kampak Batu, Alat Musik Suku Dayak yaitu Kecapi dan lainlain.

Museum Kapuas Raya

Putung Keempat dan Lingga Muka

Taman Nasional Bukit Raya Bukit Baka
Taman Nasional Bukit baka merupakan Kawasan hutan tropika basah pada daerah pegunungan dengan luas kawasan kurang lebih 181.090 Ha dan 1.617 m dari permukaan laut.

Sebagai perwakilan ekosistem hutan hujan tropis. Taman Nasional Bukit Baka memiliki fungsi ekologis, hidrologis dan sebagai tempat tingal yang sangat cocok sebagai saranan penelitian dan wisata alam.

Cara menjangkau :

Nama objek : Taman Nasional Bukit Raya Bukit Baka
Dijangkau dari :
a. Sintang - Nanga Pinoh
b. Nanga Pinoh - Log Pond PT. Sari Bumi Kusuma
c. Log Pond – Popai (Kawasan Taman Nasional)

Kendaraan :
Jalur udara dan sungai darat (a), jalan sungai(b), jalan darat (c)

Fasilitas : -
Keterangan :
- 80 km dari Sintang
- 0.5 jam dengan kendaraan roda empat


Luas : 520 Ha
Letak : Kabupaten Sintang
Penunjukan kawasan : Tahun 1992

Taman Wisata Alam Bukit Kelam
Taman Wisata Alam Bukit Kelam merupakan salah satu di antara dua kawasan konservasi yang berstatus Hutan Wisata Alam. Terletak di Kabupaten Sintang, ±15 Km dari Kota Sintang.

Assesibilitas
Pencapaian kawasan dapat dengan mudah dilakukan dengan menggunakan kendaraan umum (Bus) atau kendaraan pribadi.

Rute perjalanan menuju kawasan :

NO.
RUTE PERJALANAN
KENDARAAN
WAKTU
(JAM)
1
Pontianak - Sintang
6
2
Bus
Pesawat Udara
2
Sintang - Kawasan
1,5
Kendaraan Umum

Potensi Wisata
Sebagai kawasan Hutan Wisata, keberadaan obyek rekreasi dan wisata menjadi peranan penting untuk menghadirkan pengunjung. Beberapa obyek menarik tersebut adalah panorama alam yang menampakkan sebuah tebing terjal setinggi ±600 meter yang diselingi hutan lebat di kaki gunung dan puncaknya, terdapat pula air terjun dan gua alam.

Flora yang paling unik di dalam kawasan ini adalah terdapatnya jenis Kantong Semar Merah (Nephentes sp) yang merupakan tumbuhan endemik kawasan ini.

Fasilitas Wisata
Dalam rangka pengembangan dan pengadaan sarana wisata kawasan, Sub Balai Konservasi Sumber Daya bekerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah Tingkat II Sintang, membangun beberapa fasilitas:

  1. Jalur wisata permanen yang dapat dengan mudah dipergunakan oleh pengunjung untuk mencapai obyek-obyek di dalam kawasan.
  2. Sebuah bangunan permanen yang telah disiapkan sebagai balai pertemuan dan pusat informasi kawasan.

Dalam pengembangan kawasan ini lebih lanjut akan diupayakan penyediaan prasarana dan sarana pendukung kegiatan rekreasi dan wisata seperti Program Interpretasi Kawasan, papan petunjuk dan himbauan pelestarian kawasan dan pemandu yang akan membantu menghubungkan obyek dan pengunjung.

Sumber : http://www.sintang.go.id