Kabupaten Kudus memang memiliki obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang cukup representatif untuk dikunjungi baik oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Selain obyek - obyek wisata yang sudah dikenal oleh banyak wisatawan pada umumnya seperti Menara Kudus, Museum Kretek, dan Colo, Situs Patiayam juga menarik untuk dikunjungi.
Di Indonesia telah banyak ditemukan berbagai tempat penemuan benda-benda purbakala serta fosil-fosil manusia purba khususnya di daerah Jawa termasuk di wilayah Kudus. Seperti yang kita ketahui sebelumnya telah ditemukan beberapa lokasi tempat penemuan benda-benda dan fosil-fosil purbakala tersebut. Seperti di Perning, Kedungbrubus, Sangiran, Sambung Macan, Trinil dan lain-lainnya. Berbagai penemuan benda-benda purbakala serta fosil-fosil manusia purba ditemukan disana.
Kini fosil-fosil manusia purba bahkan hewan-hewan purba telah ditemukan di Kota Kudus. fosil-fosil manusia purba dan hewan-hewan purba dapat dijumpai yaitu di kawasan gunung Slumprit, Patiayam Desa Terban Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Ditemukannya situs purbakala di Kota Kudus memang sempat menggemparkan masyarakat melalui berbagai media. Situs purbakala di Desa Terban kecamatan jekulo Kabupaten Kudus itu memang terbukti menyimpan jejak-jejak zaman purbakala. Peninggalan-peninggalan zaman purbakala ini bahkan dapat langsung kita lihat tersebar di permukaan tanah pertanian penduduk sekitar, seperti benda yang sama sekali tak berharga. Padahal benda-benda purbakala tersebut yang sekilas terlihat seperti batu biasa bagi penduduk sekitar, mempunyai petunjuk kehidupan prasejarah yang tak ternilai harganya.
Sebagai tempat yang mengandung fosil seperti diketahui bahwa gunung Muria dahulu bergabung dengan pulau Jawa hanya selama zaman glasial, yaitu sewaktu air laut surut. Dan sekarang bergabungnya gunung Muria dengan pulau Jawa adalah karena adanya pelumpuran di sepanjang daratan Semarang-Rembang. Di kaki selatan gunung Muria, terbentuk suatu pusat erupsi yang tersendiri yaitu Patiayam. Di daerah tersebut ditemukan endapan vulkano-sedomenter yang banyak mengandung fosil vertebrata yang berumur kurang lebih sekitar 800.000 tahun.
Patiayam berada di kaki gunung Muria, tepatnya di salah satu bukitnya, yaitu gunung Slumpit, terdapat konkresi breksi vulkanik yang diikuti oleh puluhan mater pasir dan lempung tufaan. Situs Patiayam itu sendiri merupakan bagian dari endapan purba hasil letusan gunung Muria. Temuan-temuan yang dihasilkan dari situs ini adalah sisa-sisa manusia purba Erectus yang berupa 1 buah gigi prageraham bawah dan 7 buah pecahan tengkorak manusia, yang diternukan oleh Dr. Yahdi Yain dari Geologi ITB Bandung tahun 1979. Temuan yang lain berupa tulang belulang binatang purba antara lain : Stegodon trigonochepalus (gajah purba), Elephas sp (sejenis Gajah), Rhinocecos sondaicus (badak), Bos banteng (sejenis banteng), Crocodilus, sp (buaya), Ceruus zwaani dan Cervus/Ydekkeri martim (sejenis Rusa) Corvidae (Rusa), Chelonidae (Kura-Kura), Suidae (Babi Hutan), Tridacna (Kerang laut), Hipopotamidae (Kudanil). Temuan fosil-fosil di Patiayam memiliki keistimewaan daripada fosil temuan di daerah lain. Hal ini dikarenakan sebagian situs yang ditemukan bersifat utuh.
Baru-baru ini juga ditemukan fosil tulang paha manusia purba, diperkirakan fosil tulang paha tersebut merupakan tulang manusia purba yang sezaman dengan fosil gading gajah purba (Stegodon) hal ini berarti fosil tulang paha tersebut hidup pada masa Pleistosen-Pleistosen yang terdapat suatu masa hidup manusia purba Pithecantropus erectus dan Homo erectus. Menurut teori evolusi dari Charles Darwin kedua makhluk purba ini adalah asal usul manusia modern.
Temuan-temuan tersebut berasal dari batu lapisan batu pasir tufaan (Tuffaccorrs Sandstones), yaitu yang menurut Prof. Dr. Sartono dkk, merupakan jenis litologi dari formasi Slumprit yang terbentuk kala plestozen bawah. Oleh karena itu, fosil-fosil tersebut menunjukkan usia antara 700.000 tahun hingga 1 juta tahun. Dalam peninjauan ini juga ditemukan fragmen-fragmen fosil vertebrata yang diendapkan dalam lapisan tufa konglomeratan, jenis litologi penyusun formasi Slumprit. Fosil-fosil binatang dari formasi Kedungmojo ini jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dari formasi Slumprit dan ditafirkan berusia kala Plestosen tengah, sektiar 500.000 tahun lalu. Oleh karena itu, fosil-fosil yang ditemukan di Situs Patiayam ini menunjukkan bentang usia dari 1 juta tahun hingga 500.000 tahun yang lalu.
Dari berbagai temuan fosil yang telah disebutkan ada fosil yang menjadi kebanggan dari situs Patiayam yaitu penemuan-penemuan gading gajah yang sangat panjang ukurannya yaitu sekitar 3 meter lebih. Kedua gading ini tidak berasal dari satu gajah walaupun panjangnya hampir sama tetapi lekung dan besarnya berbeda. Fosil gading gajah ini ditemukan di hutan petak no. 21 Desa Terban Kecamatan Jekulo kabupaten Kudus. Sekarang, benda tersebut menjadi
Selain ditemukan berbagai macam fosil-fosil manusia purba dan hewan-hewan purba, Situs Patiayam juga ditemukan berbagai macam alat-alat batu manusia purba seperti Serut, Kapak Perimbas ( Chopper) ,dan Gigantolith.
Sejauh ini peninggalan fosil-fosil manusia purba dan hewan-hewan purba masih disimpan di rumah penduduk sekitar Situs Patiayam dan di Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Kudus.
Menurut Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Harry Widiarto yang formasi lapisan di situs Patiayam ada 4 yaitu nilai sejarah yang tinggi adalah ditemukannya gigi dan tujuh buah fragmen tengkorak manusia purba berjenis hitecanthropus erectus. Menurut beliau lokasi tempat ditemukannya fosil-fosil di situs Patiayam dapat dibagi menjadi empat formasi. Formasi berarti satuan dari lapisan barjan yang terdapat di kawasan yang begitu luas, keempat formasi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Formasi Jambe (Meosin Akhir)
Terbentuk pada saat dahulu Muria dan Pulau Jawa terpisah, itulah keadaan yang terjadi yaitu ketika zaman meosin akhir terbentuk. Ini terbukti dengan ditemukannya sumur yang airnya asin di sekitar daerah patiayam salah satunya di daerah gondoharum. Pada zaman inilah formasi di Patiayam merupakan formasi Jambe. Pada formasi jambe biasanya bantuan yang menyusun lapisan adalah bantuan lempung.
b. Formasi Kancilan
Dari daerah yang tadinya merupakan komposisi lempung tadi kemudian terbentuknya formasi kancilan yang diakibatkan karena adanya pengangkatan daratan pada masa plestosen dan aktivitas gunung Muria. Batuan yang ada pada masa itu merupakan campuran dari batuan lempung dan breksi. Keadaan ini terjadi hingga akhir masa plestosen.
c. Formasi Slumprit
Formasi ini terbentuk sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Setelah aktivitas gunung Muria mulai merdeka. Saat inilah terjadi pengendapan sungai dimana terdapat batuan pasir oleh karena itu di situs ini banyak ditemukan sehingga fosil vertebrata dan molusca air tawar. Fosil vertebrata yang ditemukan adalah gajah, rusa, ikan, dan kadal. Inilah yang kemudian dinamakan formasi yang paling banyak ditemukan fosil-fosil tadi. Sayangnya, zaman di mana formasi slumprit terjadi harus berakhir ketika pada akhir berakhir pada masa plestosen tengah.
d. Formasi Suko Bubuk
Terbentuk pada akhir plestosen tengah, terjadi erosi gunung Api Muria Muda. Endapan lahar yang ada adalah bersifat affloforat. Pada masa inilah disebut dengan formasi Solo Bubuk. Empat formasi itulah yang merupakan pusat penemuan jejak-jejak masa lampau di situs tersebut. Hal inilah yang membuat situs ini kaya akan segala macam jenis fosil.
Situs Patiayam juga memiliki nilai-nilai penting. Antara lain :
1. Merupakan salah satu dari sedikit situs manusia purba di
2. Mampu memberikan gambaran mengenai evolusi lingkungan purba tanpa terputus selama dua juta tahun terakhir.
3. Mewakili fase kehidupan manusia selana satu tahun terakhir.
Menurut hasil penelitian tahun 2006 Situs Patiayam merupakan situs terlengkap. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya :
1. Manusia purba (Homo Erectus)
2. Fauna vertebrata dan fauna invertabrata
3. Alat-alat batu manusia dari hasil budaya manusia purba ditemukan dalam satu aeri pelapisan tanah yang tidak terputus sejak minimal satu juta tahun yang lalu.
Patiayam merupakan sebuah perbukitan di kaki gunung Muria yang banyak ditemukan fosil manusia purba dan binatang purba sebagai Benda Cagar Budaya (BCB), sehingga kawasan tersebut mamerlukan perlindungan dan penyalamatan. Perlindungan dan penyalamatan bertujuan agar BCB tersebut dapat dimanfaatkan untuk memajukan kebudayaan dan pendidikan Bangsa
Sejauh ini masterplan yang merupakan acuan dalam pengembangan dan pelestarian kawasan situs Patiayam sebagai Pusat Pengembangan Sejarah Kepurbakalaan dan atraksi Wisata di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah belum ditindak lanjuti secara optimal. Hal ini dikarenakan karena kondisi sarana prasarana pendukung utamanya dalam hal dana belum tersedia. Selain itu belum turunnya izin penggunaan tanah dari Menteri Kehutanan sebab secara administratif Situs Patiayam tanahnya masih milik Perhutani KPH Kabupaten Pati.
Situs Patiyam merupakan tempat yang tempat untuk melakukan perjalanan kembali ke masa prasejarah. Banyak hal yang bisa dipelajari di situs ini, antara lain tentang kehidupan di masa lalu dan tentang misteri evolusi makhluk hidup yang sangat menarik untuk diungkap. Semoga penjelasan ini bisa memberikan gambaran bagi para pembaca bahwa ada dunia menakjubkan di balik SitusPatiayam. Pengetahuan ini perlu disebarluaskan kepada para generasi penerus supaya mereka ikut melestarikan warisan dunia yang menakjubkan ini. Dan Situs Patiayam dapat dijadikan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) dan berpotensi untuk wisata sejarah dan budaya di Kabupaten Kudus.
Daftar Pustaka
Biro Pusat Statistik Kabupaten Kudus. 2005. Kudus Dalam Rangka 2004. Kudus
Kerjasama BPS dengan Kantor Litbanglahtaspida Kabupaten Kudus.
Clark Howell, F. 1997. Pustaka Alam Rife : Manusia Purba.
Waridah, Siti. 2004. Sejarah Nasional I,
Kuntowijoyo. 1994. Ilmu Sejarah.
Rowse, A.L. 1973. The Use Of History. Penguin Books.
Notosusanto, Nugroho. 1964. Sejarah dan Sejarawan.
Sumber : http://www.kudusterkini.com
Photo : http://4.bp.blogspot.com