Museum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam


ACEH atau lebih dikenal dengan julukan Serambi Mekah merupakan garda terujung dari khasanah budaya Indonesia. Provinsi yang sarat dengan nuansa tradisi Islam ini memiliki segudang nama-nama besar pembela tanah air dan memiliki budaya yang khas dan unik. Untuk mengetahui lebih jauh tentang sejarah dan budaya masyarakat Aceh dari masa ke masa, datanglah ke Museum Negeri Nanggroe Aceh Darussalam yang dikenal masyarakat dengan nama "Rumoh Aceh." Museum yang menjadi kebanggaan masyarakat Aceh tersebut menyimpan berbagai macam koleksi yang mencerminkan keanekaragaman budaya dan sejarah provinsi Aceh sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keberadaan Museum Aceh
Bangunan megah berarsitektur rumah tradisional Aceh (Rumoh Aceh) yang terletak di Jalan Alaidin SA Mahmudsyah, Banda Aceh itulah sebenarnya alat paling ampuh untuk menyatukan rakyat Aceh. Museum megah yang dilengkapi fasilitas auditorium dan ruang pameran berlantai empat ini mencerminkan suatu potensi budaya yang luar biasa dari masyarakat Aceh. Dari latar sejarahnya, Museum Negeri Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) didirikan pada masa Hindia Belanda atas perintah Gubernur Sipil dan Militer Aceh Jenderal H.N.A. Swart pada tahun 1915. Pada awalnya museum yang berbentuk Rumoh Aceh tersebut hanya menyimpan beberapa koleksi emas, perak, perunggu, dan piagam penghargaan yang dipajang di Pavilliun Aceh di Semarang. Berkat prestasi dari pertunjukan koleksi tersebut, Stammeshaus mengusulkan kepada Gubernur Aceh untuk dijadikan koleksi Museum Aceh. Tepatnya pada tanggal 31 Juli 1915, Swart gubernur Aceh meresmikan Museum Aceh yang berlokasi di sebelah timur lapangan udara Blang Padang di Kutaraja (kini bernama Banda Aceh). Pada saat itu museum berada dalam penguasaan militer/sipil Aceh dan F.W. Stammeshaus ditunjuk sebagai kurator pertama. Setelah Indonesia merdeka, Museum Aceh menjadi milik Pemerintah Daerah Aceh dan dikelola oleh Pemda Tk II Banda Aceh. Pada tahun 1969, museum dipindahkan ke tempat yang baru dan dipertahankan hingga kini. Setelah pemindahan tersebut, pengelolaan museum diserahkan kepada Badan Pembina Rumpun Iskandar Muda (BAPERIS) Pusat. Selanjutnya sejak tahun 1974 melalui program PELITA pemerintah menerapkan program pengembangan kebudayaan, di dalamnya termasuk permuseuman sehingga percepatan pembangunan fisik gedung, pengadaan koleksi dan penelitian bisa diwujudkan.

Koleksi Museum
Koleksi Museum NAD menghiasi gedung pameran yang terdiri dari Rumah Aceh (rumoh Aceh) dan gedung pameran tetap berlantai tiga. Rumoh Aceh melambangkan pola kehidupan masyarakat Aceh yang tercermin dalam fungsi-fungsi ruang yang ada. Bangunan tradisional mirip rumah panggung tersebut sangat kokoh dan memiliki ragam hias ukiran kayu tradisional Aceh berupa pola, pola simetris, belah ketupat, dan kaligrafii. Pada dinding-dinding terpajang koleksi yang bersifat master piece atau unggulan. Misalnya di dinding bagian utara terpampang lukisan para pahlawan pejuang bangsa, antara lain: Sultan Iskandar Muda, Tengku Chik Di Tiro, Cut Nyak Dien, Teuku Nyak Arif, Teuku Umar Johan Pahlawan, dan Cut Mutia. Selain itu terdapat pula pajangan alat musik rapai (sejenis drum) dalam ukuran besar kecil tersusun berjajar di dinding yang tinggi disertai dengan hiasan permadani, tanduk rusa penyangkut topi, tombak dan kepala rusa, serta lukisan-lukisan lainnya.

Adapun gedung pameran tetap yang berlantai empat merupakan bangunan dengan perpaduan arsitektur tradisional dan modern. Pada bagian depan gedung terdapat taman dan beberapa meriam besi peninggalan Belanda abad 17. Lantai satu menyajikan koleksi-koleksi prasejarah, lingkungan alam, dan flora serta fauna daerah Aceh. Lantai II (dua) menyajikan koleksi sistem mata pencaharian masyarakat Aceh yang terdiri dari peralatan berburu, alat angkut/transportasi, alat pengolah hasil bumi, peralatan pertanian, dan peralatan penangkap ikan. Di lantai III (tiga) tersaji koleksi senjata, alat musik, keramik, serta motif-motif ragam hias. Sedangkan lantai IV (empat) merupakan tempat menyimpan koleksi pakaian adat, hasil tenunan, peralatan upacara adat, perhiasan, serta pelaminan Aceh.

Koleksi yang sangat khas Aceh seperti miniatur rumah Aceh, batu nisan, mata uang, kaligrafi, naskah-naskah Islam, dan stempel kerajaan menghiasi ruang pamer lantai satu. Begitu pula dengan Peudeuna (guci besar) dan prasasti (batu bersurat) serta beberapa meriam juga ada di ruang lantai satu.
Bagaimana Berkunjung ke Museum?
Museum sebagai pusat budaya dan sumber pengetahuan yang tiada ternilai harganya, layak dikunjungi oleh setiap insan. Pemahaman budaya yang cukup menjadikan orang bangga akan budaya bangsa sendiri sehingga timbul rasa memiliki dan keinginannya untuk melestarikan warisan budaya bangsa. Begitu pula dengan Museum Aceh, bukan semata-mata milik masyarakat Aceh melainkan bagian dari budaya bangsa Indonesia. Bila anda ingin berkunjung, museum ini sangat strategis, berada di tengah kota. Dari Bandara Blang Padang hanya 16 km, dari Pelabuhan Laut Pantai Cermin, Ulee Lheu hanya berjarak 6 km dan dari Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya berjarak 31 km. Apabila perjalanan via darat bus antarprovinsi dari Terminal Setui hanya berjarak 2 km, dan bila dari Terminal Provinsi "Terminal Peuniti" hanya 400 m dan Terminal Angkutan Kota atau Terminal Pasar Aceh hanya 600 m.

Lokasi Museum
Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah No.12
Kec. Baiturrahman, Banda Aceh 23241

Telp. : (0651) 23144, 23352 Faks. : (0651) 21033

Peta Lokasi

Peta Lokasi

Transportasi

Jarak tempuh dari : - Bandara ke Museum : 16 Km
- Pelabuhan ke Museum : 6 Km (Ulee - I heue)
- Terminal ke Museum : 2 Meter (Terminal Setui)

Harga Tiket Masuk
a. Dewasa : Rp. 750,-
b. Anak-anak : Rp. 250,-
c. Romb. Dewasa : Rp. 250,-
d. Romb. Anak-anak : Rp. 100,-

Fasilitas Museum
Luas Tanah / Luas Bangunan : 10.788 m2 / 3.788 m2

Terdiri dari : - Ruang Pameran Tetap
- Ruang Pameran Temporer
- Ruang Auditorium
- Ruang Perpustakaan
- Ruang Laboratorium/Konservasi
- Ruang Penyimpanan Koleksi
- Bengkel/Preparasi
- Ruang Administrasi
- Audio Visual
- Kantin/Cafetaria
- Toilet

Organisasi
Jumlah Pegawai Museum Negeri Propinsi NAD berjumlah 49 orang PNS dan 6 orang tenaga Honorer.

Terdiri dari tenaga : - Kurator : 3 orang
- Konservator : 3 orang
- Preparator/T. Pameran : 4 orang
- Bimbingan edukasi : 15 orang
- Bagian Administrasi : 16 orang
- Keamanan : 5 orang
- Cleaning Service : 8 orang

Program Museum
Program Museum Negeri Propinsi NAD adalah Pameran Khusus, Pameran Keliling.

Sumber :
http://www.pelita.or.id
http://www.museum-indonesia.net
Photo : http://www.indonesia.go.id