Museum Negeri Adityawarman


Latar Belakang dan Sejarah
Museum Negeri Adityawarman Sumatera Barat adalah salah satu museum yang terletak di Kota Padang. Nama Adityawarman diambil dari nama seorang Raja besar yang pernah berkuasa di Minangkabau, sezaman dengan Kerajaan Majapahit pada masa Patih Gajah Mada. Museum Negeri Adityawarman diresmikan pada tanggal 16 Maret 1977 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Dr. Syarif Thayeb). Pembangunan museum privinsi ini dilakdanakan melalui Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum merupakan garis kebijaksanaan dan Program Perluasan Museum di Indonesia, yang ditangani oleh Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan. Pembangunan museum ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap konsultasi, konsolidasi dan pemantapan.

Pada tahap konsultasi dilakukan penelitian terhadap luas daerah, jumlah penduduk dan kekayaan warisan budayanya. Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya segera dibangun wadah pemeliharaan warisan budaya sebagai salah satu usaha untuk membendung mengalirnya benda-benda warisan budaya daerah Sumatera Barat ke luar wilayah, yang dapat berakibat pemiskinan kekayaan warisan budaya yang ada.

Pada tahap konsolidasi disesuaikan dengan kebijakan Direktorat Permuseuman dengan data tentang Sumatera Barat, dengan ketegasan bahwa museum yang akan dibangun harus terletak di Ibukota provinsi. Kebijakan ini mendapat sambutan dari Pemerintah Daerah Tk. II Kota Padang dan langsung menunjuk Lapangan Tugu sebagai lokasi pendirian museum provinsi. Kemudian diiringi pula dengan instruksi Gubernur Kepala Daerah Tk. I Provinsi Sumatera Barat, bahwa prinsip dasar bangunan haruslah bangunan tradisional. Maka struktur bangunan museum yang akan didirikan harus disesuaikan dengan bentuk arsitektur tradisional Minangkabau yaitu Rumah Bergonjong.

Keistimewaan
Museum Adityawarman merupakan museum budaya terpenting di Sumatera Barat. Museum tersebut berfungsi sebagai tempat menyimpan dan melestarikan benda-benda bersejarah seperti cagar budaya Minangkabau, cagar budaya Mentawai dan cagar budaya Nusantara. Untuk menjaga kelestarian koleksi benda-benda bersejarah tersebut, pemerintah setempat membentuk tim kecil yang bertugas sebagai tenaga educator, konservator, preparator dan pustakawan.

Koleksi utama yang terdapat di Museum Adityawarman dikelompokkan ke dalam sepuluh macam jenis koleksi, yaitu: Geologika/Geografika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Historika, Numismatika /Heraldika, Filolo­gika, Keramologika, Seni Rupa dan Teknalogika. Dari sepuluh macam jenis koleksi tersebut dapat dirinci sebagai berikut. Jenis Geologika/Geografika, terdiri dari beraneka ragam Permata, Granit, Andesit Peta, dan alat pemetaan. Jenis Biologika, terdiri dari beberapa rangka manusia purba, rangka hewan dan tumbu­h-tumbuhan. Jenis Etnografika, terdiri dari benda-benda bersejarah yang menggambarkan suatu kegiatan budaya dan identitas suatu etnis. Jenis Arkeologika terdiri dari benda-benda bersejarah hasil budaya yang dihasilkan pada masa pra-sejarah hingga masa masuknya budaya Barat. Jenis Historika koleksinya terdiri dari benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan keorganisasian, tokoh dan negara. Jenis Numismatika /Heraldika koleksinya terdiri dari beraneka ragam jenis mata uang atau alat tukar, tanda jasa berupa pangkat, cap dan stempel. Jenis kolesi Filolo­gika koleksinya terdiri dari naskah-naskah kuno. Jenis Keramologika koleksinya terdiri dari barang-barang pecah belah peniggalan masa lalu. Jenis kelompok seni rupa koleksinya terdiri dari seni pengalaman artistik yang dapat dilihat melalui objek-objek 2 dimensi dan 3 dimensi. Terakhir jenis kelompok Teknalogika, koleksinya yang terdiri dari benda-benda peninggalan yang menggambarkan perkembangan teknologi dari tradisional sampai modern.

Koleksi pendukung yang dimiliki museum Adityawarma adalah benda purbakala peninggalan Kerajaan Dharmasraya, yaitu berupa duplikat patung Bhairawa dan patung Amoghapasa. Di samping itu juga ada koleksi pending yang terbuat dari perak yang dilapisi emas tua seberat 17,5 gram dan dilengkapi permata berwana putih mengkilat pada bagian tengahnya. Pending sering dipakai oleh penghulu pada setiap upacara adat di Minangkabau.

Koleksi museum terletak dalam sebuah bangunan rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang) dengan satyle bangunan Gajah Maharam. Di depan bangunan museum tersebut, terdapat dua buah lumbung padi sebagai pelengkap bangunan Rumah Gadang, kemudian dipadukan dengan miniatur pedati, bendi dan pesawat perang sisa peninggalan perang dunia ke-II.

Lokasi
Museum Negeri Adityawarman menempati areal dengan luas tanah 2,6 ha, dan luas bangunan 3.493 m2, beralamat di Jl. Diponegoro - Lapangan Tugu, Kelurahan Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

Peta Lokasi dan Denah

Peta Lokasi dan denah

Transportasi
Untuk menuju museum dapat ditempuh dengan melalui darat, laut adapun jarak tempuhnya yaitu:

- dari Bandara Internasional Minangkabau ke museum 20 km
- dari pelabuhan Teluk Bayur ke museum 8 km
- dari terminal bus ke museum 10 km
- dari stasiun kereta api ke museum 5 km.

Waktu Kunjung Museum
Hari Selasa - Minggu pukul 08.00 - 16.00

Karcis masuk museum
1. Dewasa Rp 1.550,-
2. Anak-anak Rp. 800,-

Fasilitas
Museum ini memiliki sarana antara lain:
1. Ruang Pameran tetap
2. Ruang Pameran temporer
3. Ruang Auditorium
4. Ruang Perpustakaan
5. Ruang Konservasi/Laboratorium
6. Ruang Ruang Penyimpanan koleksi
7. Ruang Bengkel/preparasi
8. Ruang administrasi

Organisasi

Organisasi

Program Museum
1. Pameran keliling 2 kali setahun
2. Pameran khusus 2 kali setahun
3. Diskusi 4 kali setahun
4. Workshop 1 kali setahun
5. Penerbitan 6 judul buku 3000 eks.
6. Lomba/festival 5 kali setahun
7. Wisata sejarah/budaya 5 kali setahun.

Sumber :
http://www.javatoursandtravel.co.id
http://www.museum-indonesia.net