Museum La Galigo Provinsi Sulawesi Selatan


Latar Belakang
Museum Lagaligo yang terletak di komplek Benteng Ujung pandang ini memiliki gaya bangunan bercorak klasik. Nama La Galigo merupakan nama seorang sastrawan besar Sulawesi Selatan yang juga merupakan cikal bakal Raja-raja Sulawesi Selatan.

Awal kehadioran museum di Sulawesi Selatan pada tahun 1938, yaitu dengan didirikannya Celebes Museum oleh Pemerintahan Nederlands Indie (Hindia Belanda) di Kota Makassar. Kepala Museum pada saat itu adalah Tuan Nees. Museum ini menggunakan salah satu bangunan dalam komplek Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam), yaitu bekas kediaman Admiral C. Speelman.

Pada tanggal 1 Mei 1970, Museum La Galigo resmi dinyatakan berdiri sesuai dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tk.I Sulawesi selatan No. 182/V/1970. Pada tanggal 24 Februari 1974, Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. I.B. Mantra meresmikan gedung no. 5 dengan luas 2.211 m² sebagai ruang pameran tetap dan ruang pembinaan. Selanjutnya pada tanggal 28 Mei 1979 berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 093/0/1979 Museum La Galigo resmi menjadi Museum La Galigo Propinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 1988 Direktur Jenderal Kebudayaan melalui Direktur Permuseuman Jakarta mengeluarkan keputusan tentang penyeragaman nama museum negeri tingkat propinsi seluruh Indonesia, yaitu mendahulukan nama propinsinya kemudian diikuti nama lokal, sehingga museum La Galigo menjadi Museum Negeri Propinsi Sulawesi Selatan La Galigo. Pada era otonomi daerah Museum Negeri Propinsi Sulawesi Selatan La Galigo berubah nama menjadi UPTD Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan dengan SK. Gubernur No. 166 tahun 2001 tanggal 28 Juni 2001.

Bangunan
Bangunan-bangunan yang terdapat didalam benteng selain digunakan sebagai kantor, dan pusat pelayanan informasi di lingkungan dinas Pariwisata, juga ada yang difungsikan sebagai museum dan diberi nama "Museum Negri Provinsi Sulawesi Selatan La Galigo, yang diambil dari Nama seorang tokoh Budayawan, Sastrawan, Dan Negarawan pada masa priode klasik masyarakat Sulawesi Selatan lagaligo juga merupakan nama dari sebuah karya sastra klasik yang didalamya mengungkapkan mengenai berbagai seni Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Sulawesi Selatan.

Sebagai mana fungsinya sebagai sebuah museum yakni melestarikan dan memanfaatkan warisan alam dan Budaya maka didalam museum LA Galigo dapat dijumpai benda-benda prasejarah atau Arkeologi. Kilas balik masa lampau dapat dikaji melalui situs- situs yang terpanjang, misalnya masa transisi megalitik yang muncul setelah adanya tradisi ini ditandai dengan pendirian bangunan batu besar yang digunakan sebgai saran pemujaan berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang meninggal terutama kepercayaan bahwa ada pengaruh yang kuat dari yang telah meninggal terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Pada ruangan prasejarah arkeologi museum LA galigo dapat ditemukan bukti-bukti sejarah masa lampau. Seperti masa berburu dan mengumpulkan makanan. Masa ini disebut paleolitik sebagai awal adanya kebudayaan. Museum Lagaligo menyimpan koleksi antara lain :

Koleksi
Museum ini memiliki koleksi sebanyak kurang lebih 4999 buah yang terdiri dari koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi etnografi terdiri dari berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Museum juga memiliki benda-benda yang berasal dari kerajaan-kerajaan lokal dan senjata yang pernah digunakan pada saat revolusi kemerdekaan.

  1. Koleksi Mata Uang
    Didalam Museum Lagaligo terdapat koleksi mata uang yang pernah beredar dan berlaku di indonesia yakni pada masa klasik Hindu Budha pada abad ke -5-15 masa Islam pada abad 13. masa Kolonial abad ke 16. masa Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.
  2. Koleksi Nusantara
    Disalah satu ruangan museum La Galigo anda dapat jumpai replika dari beberapa situs atau cagar budaya di Indonesia, seperti bangunan candi , Arca, dan bentuk bentuk nisan yang banyak ditemukan pada makam - makam kuno.
  3. Koleksi Keramik
    Diruangan Koleksi Keramik terdapat berbagai jenis keramik kuno dari berbagai dinasti seperti Dinasti Sung abad 13-14 Dinasti Swaton abad 16-18, Dinasti cing abad 17-19, Dinasti Yuan terjan abad 14-16, Dinasti Annamese abad 14-16 Keramik - keramik ini berasal dari China, Vietnam, Thailand ,Siam dan Jepang
  4. Alat - alat Tradisional Perikanan dan Kelautan
    Pada Bangunan lain Museum Lagaligo anda akan menjumpai koleksi Perangkat Tradisional para pelaut dan nelayan bugis Makassar terdapat replika Perahu Pinisi yang terkenal sampai ke manca negara berbagai jenis peralatan nelayan untuk mengkap ikan yang umumnya masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyrakat pesisisr hingga saat ini.
  5. Sepeda Dan Bendi
    Tidak Hanya peralatan tradisional nelayan yang terpanjang di ruangan ini anda pun dapat melihat bendai, Sepeda ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional yang terdapat dalam useum lagaligo ini adalah bukti sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu bangsa indonesia khususnya masyarakat Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai masyarakat yang bercocok tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutama tanaman padi sebagai bahan makanan pokok.
  6. Koleksi peralatan menempa besi dan hasilnya
    Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka anda dapat mengkajinya melalui koleksi trdisional menempa besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis senjata tajam, baik untuk penggunan sehari - hari maupun untuk perlengkapan upacara adat.
  7. Koleksi Peralatan Tenun Tradisional
    Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerah seperti leang - leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat - serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan manusia pada zaman itu mulai Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat pemintal tenun dangan bahan baku benang kapas. Dari sinilah mulai tercipta berbagai jenis corak kain saung dan pakaian tradisional.
  8. Koleksi Pakaian Nusantara
    Pada salah satu ruangan dalam, Museum LA galigo, terdapat koleksi pakaian pengantin adat dari beberapa suku dan daerah indonesia. Koleksi religius dipenghujung jelajah kita dimuseum La Galigo, kita akan berada dalam suatu ruangan yang yang menyimpan berbagai koleksi yang kental dengan islam, mulai dari potret para tokoh islam, Al-quran, tasbih dari masa permulaan masuknya ajaran islam di Sulawesi Selatan.

Alamat Museum La Galigo
Komplek Benteng Ujung Pandang
Jl. Ujung Pandang No, 1 Makassar
Telp. 0411 321305

Waktu Kunjung Museum
Setiap hari : 08.00 – 15.30 WITA

Tiket Masuk Museum

Dewasa : Rp. 3.000,-
Anak-anak : Rp. 2.000,-

Sarana
- Ruang Pamer Tetap
- Ruang Auditorium
- Laboratorium
- Ruang Kurator
- Ruang Edukasi
- Ruang Bengkel/Preparasi
- Ruang Administrasi
- Mushola
- Kantin

Jarak Tempuh
Dari Bandara Hasanuddin ke Museum : 20 km
Dari Pelabuhan Soekarno Hatta ke Museum : 1 km
Dari Terminal Bis Daya Makassar ke Museum : 12 km

Sumber :
http://www.museum-indonesia.net
http://kotadaeng.net
Photo : http://tutinonka.files.wordpress.com