Kesenian Ngabedug


Pengertian
Nama Kesenian Ngabedug diambil dari istilah "bedug" yang berarti alat dengan bentuknya seperti kohkol atau sejenis kentongan terbuat dari kayu dengan penampang ditutupi kulit lembu/kerbau. Bedug ini biasanya di daerah-daerah digunakan sebagai alat untuk memberitahukan datangnya waktu shalat (Subuh, Dluhur, Ashar, Magrib, Isa). Di Banten yang namanya bedug terdiri atas Bedug Kecil, Bedug Besar, dan Tong Trong, adapun di Priangan yang namanya Ngabedug atau Ngadulag terdiri atas waditra bedug dan kohkol.

Maksud dan Fungsi Kesenian
Kesenian Ngabedug dimaksudkan untuk hiburan sekaligus sosial religus. Fungsi hiburan dalam Kesenian Ngabedug dapat disaksikan pada saat pertunjukkan. Semua yang rnenyaksikan mulai dari anak-anak, remaja, dan orang tua hanyut dalam kegembiraan dan

kemeriahan. Adapun fungsi sosial religius yaitu dilaksanakannya kesenian ini hanya pada bulan Ramadlan dan menyambut Idul Fitri dan Idul Adha atau hari Lebaran.

Sejarah Perkembangan
Bedug pertama kali diciptakan oleh Sunan Gunung Jati, salah seorang walisanga. Beliau menciptakan Bedug adalah untuk syiar atau dakwah Islam. Dengan upayanya ini, Sunan Gunung Jati dapat mengislamkan tatar Sunda (Banten, Jawa Barat, DKI) dalam waktu relatif singkat pada abad ke-13, begitu juga Walisanga sukses mengislamkan Nusantara. Padahal Islam sudah datang dari abad ke-7 dengan ditemukannya makam Syaikh Mukaiddin di Barus Tapanuli (Sumatra) dan Kerajaan Kalingga dengan rajanya Ratu Shima di Jawa. Selama 500-600 tahun Islam sangat lambat sekali diterima di Indonesia.

Keberhasilan Walisanga disebabkan mereka sangat memahami kebudayaan Nusantara. Walisanga sangat adaptif dengan budaya-budaya yang hidup dan berkembang di Nusantara. Mulanya diilhami dari alat musik "dog-dog" yang dikenal saat itu sebagai media informasi untuk mengumpulkan masyarakat baik untuk kepentingan peribadatan maupun kepentingan lainnya, di sebagian besar masyarakat Nusantara. Terpikir oleh Sunan Gunung Jati, untuk menggunakan "dog-dog" di masjid dengan "dog-dog" yang lebih besar yang kemudian dinamakan Bedug.

Mulai dari saat itu masyarakat berbondong-bondong datang ke mesjid dan sangat gembira menyaksikan dog-dog yang lebih besar, Bedug. Tidak sembarang orang boleh memukul bedug, hanya orang-orang tertentu yang diberi kepercayaan oleh Kiai.

Sefak bedug diperkenalkan oleh Wabsanga, diperkirakan Kesenian Ngabedug mulai lahir. Hingga sekarang tradisi Ngabedug sudah mengakar menjadi bagian dari budaya Islam, khususnya di Banten. Di setiap Masjid di Banten pada bulan Ramadhan selalu ada pertunjukkan Ngabedug. Hal ini membuktikan bahwa penyebaran. Kesenian Ngabedug di Provinsi Banten merata ke seluruh Masjid yang ada.

Pola Permainan
Pertunjukkan Kesenian Ngabedug dimulai dengan memukul tong trong, kemudian bedug kecil disusul dengan menabuh bedug besar. Selanjutnya, tong trong dan bedug besar ditabuh mengikuti irama bunyi bedug kecil.

Kesenian Ngabedug dipertunjukkan setiap selesai melaksanakan salat tarawih, setiap malam di bulan Ramadhan, selain itu dipergelarkan juga pada saat Idul Fitri dan Idul Adla. Pertunjukkan kesenian ini menghabiskan waktu satu jam, kecuali dalam rangka menyambut Idul Fitri dan Idul Adha menghabiskan waktu semalam suntuk, hingga datangnya waktu Subuh. Pemain yang sudah merasa capai diganti oleh rekannya, demikian seterusnya.

Pemain dan Waditra
Pemain Kesenian Ngabedug terdiri atas tiga orang yaitu penabuh tong trong, penabuh bedug kecil, dan penabuh bedug besar. Waditranya pun tiga yaitu tong trong, bedug kecil, dan bedug besar. Tong trong adalah sejenis kentongan yang terbuat dari kayu dengan ukuran lebih besar begitu pula lubang di tengah-tengahnya. Alat pemukul trong trong terbuat dari kayu seukuran pentungan. Selain sebagai waditra yang dipukul bersama dengan bedug kecil dan bedug besar, fungsi tong trong adalah untuk pembuka pertunjukkan. Bedug besar merupakan sejenis alat musik yang terbuat dari kayu bulat besar, panjang, dan berlubang di tengahnya. Penampangnya yang besar ditutup dengan kulit kerbau. Adapun bedug kecil ukuran bulatan penampangnya lebih kecil dari bedug besar. Bedug besar berfungsi sebagai pengiring bedug kecil dan tong trong: Adapun bedug kecil fungsinya adalah untuk pemandu bunyi bedug besar dan tong trong.

Pakaian
Pakaian pemain Kesenian Bedug adalah pakaian sehari-hari pada waktu melaksanakan salat seperti kain sarung atau celana panjang, baju lengan panjang atau pendek, dan peci.

Para Tokoh Penyebar
Para ulama yang ikut serta dalam proses pengislaman Banten dapat dikatakan sebagai tokoh Kesenian Ngabedug. Merekalah yang diduga sebagai mata rantai hidupnya pertunjukkan Kesenian Ngabedug di tengah-tengah masyarakat Banten.

Sumber : Masduki Aam dkk. 2005 Kesenian Tradisional Provinsi Banten Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung

Photo : http://www.batamevent.com