Di Kampung Marunda, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, berdirilah Masjid Al-Alam atau Al-Aulia. Masjid ini lebih dikenal dengan nama Masjid Si Pitung karena pernah digunakan Pahlawan Betawi itu untuk belajar agama, beladiri, dan sembunyi dari kejaran opas dan kompeni. Masjid ini cukup terawat walau kondisi ketuaannya tak lagi bisa disembunyikan.
Patron eskterior bangunan utama masjid mengingatkan kita pada model Masjid Agung Demak. Ukurannya saja yang lebih kecil, hanya 64m². Masjid ini boleh dibilang mengandung tiga unsur budaya; Jawa, Arab, dan Eropa. Gaya Jawa jelas terlihat pada atap joglo bertingkat dua. Sedangkan gaya Arab terlihat pada lengkungan di mihrab yang mengambil pola ukiran kaligrafi. Sementara gaya Eropa terlihat dari bentuk empat tiang bulat yang menopang atap masjid.
Langit-langitnya terbuat dari multipleks menutupi atap aslinya yang sudah termakan usia. Ditopang empat pilar bulat pendek seperti kaki bidak catur, dengan mihrab terlihat gagah, karena menjorok ke dalam tembok didampingi tempat duduk khatib Jum’at yang elegan. Dengan tinggi plafon hanya 2m dari lantai dalam masjid, Friday Readers yang hendak masuk mesti sedikit membungkukkan punggung.
Bagian kiri bangunan dulunya merupakan kolam untuk mencuci kaki sebelum masuk ke masjid, seperti di Masjid Agung Banten. Kini kolam ini sudah tertutup ubin merah, sementara bekas sumurnya dikelilingi tembok melingkar dengan papan peringatan untuk tak lagi menggunakannya.
Tujuh tahun silam, halaman masjid seluas 200m² dilapis dengan keramik merah bata. Pada waktu itu pula, di sisi kiri masjid tua itu didirikan bangungan tambahan berupa pendopo berukuran 100m². Jika Friday Readers berada di atas pendopo ini, semilir angin laut yang menyejukkan dengan pemandangan biru laut Teluk Jakarta langsung menyergap. Di belakang masjid, terdapat beberapa makam tua para pendiri dan atau pengelola, yang tertata rapi diselingi rerumputan hijau hingga menambah kesan sejuk.
Entah siapa yang memulai, setiap hari Jum’at masjid ini kerap dikunjungi kaum Muslim dari penjuru tanah air. Kedatangannya, tidak lepas dari keistimewaan sejarah Masjid Al-Alam yang konon dibangun oleh Wali Songo. “Masjid ini dibangun Wali Songo dalam tempo semalam, saat menempuh perjalanan dari Banten ke Jawa. Sehingga, orang Marunda tak sedikit yang menyebutnya Masjid Aulia [para wali-red]. Tadinya berada di pinggir pantai, seperti halnya yang ada di seberang Cilincing sana,” kata Jamaludin, pengurus masjid. Ini senada dengan keterangan dari tokoh Betawi Alwi Shahab [2008], bahwa pendirinya adalah Fatahillah [Sunan Gunung Jati] dan pasukannya pada tahun 1527, setelah mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa.
Kecuali itu, seratus tahun kemudian [1628-1629], lanjut Alwi, ribuan prajurit Mataram pimpinan Bahurekso singgah di Marunda untuk mengatur siasat menyerbu markas VOC [kini gedung Museum Sejarah Jakarta]. Hal ini paralel dengan keterangan Jamaludin, tentang lubang kecil berbentuk setengah oval di bagian kiri masjid. Lubang itu, sering digunakan untuk mengintai bala tentara musuh.
Kunjungan Friday Readers ke masjid ini kurang bermakna jika tak menyempatkan diri menyambangi rumah panggung khas Betawi tempo dulu yang diklaim sebagai rumah Si Pitung. Berwarna merah mencolok di antara bangunan sekelilingnya, berdiri kokoh dengan tiang-tiang kayu bulat, dengan beberapa jendela jati yang dibiarkan terbuka, dan beratap genting tanah merah. Di belakangnya, terdapat sebuah saung khas Betawi. Konon, rumah ini hanyalah rumah yang dibuat belakangan dengan menempati tanah tempat rumah Si Pitung pernah berdiri.
Sejak tahun 1975, Masjid Al-Alam dan Rumah Si Pitung, dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya. Pemda DKI Jakarta rajin menyokong setiap upaya untuk melestarikan masjid ini. Di sekeliling masjid kini sudah dibuatkan pagar beton, berbentuk seperti pagar batas provinsi. Rumah Si Pitung pun terjaga dengan pagar besi yang mengelilinginya. Untuk menjangkau masjid dan rumah Si Pitung, dari Tanjung Priok ada angkutan umum yang menuju ke Pasar Cilincing. Dan dari Pasar Cilincing, pengunjung mesti berganti angkutan yang menuju ke arah Marunda. Dapat pula dipilih angkot jurusan Bulak Turi, yang melintas ke jalan masuk wilayah perkampungan Marunda. Atau, jika berkendaraan pribadi, Anda bisa langsung menuju ke Marunda.
Kegiatan Masjid
Kegiatan Masjid Si Pitung, layaknya sebuah masjid di perkampungan pada umumnya. Biasa melaksanakan Hari Besar Islam dan melaksanakan pengajian rutin setiap malam Jum’at. Sementara untuk Ramadhan, meski tetap melaksanakan kegiatan tarawih, tapi untuk acara buka puasa bersama dilakukan atas permintaan jamaah untuk menghormati keberadaan masjid bersejarah ini. Kamis 4 September lalu, Gubernur Fauzi Bowo menggelar buka puasa bersama dengan warga Kampung Marunda, sebagai wujud kebanggan atas keberadaan Masjid Al-Alam yang menyimpan banyak pesan tentang perjuangan bangsa.
Penitipan Alas Kaki
Di masjid ini tidak terdapat penitipan sepatu secara khusus. Tapi pengurus masjid biasanya akan menjaga setiap alas kaki para pengunjung. Setiap hari para pengurus selalu setia menemani para pengunjung masjid ini. Biasanya alas kaki jama’ah cukup disimpan di tempat-tempat yang tersedia di bibir tangga pendopo masjid dan bibir lantai masjid lainnya.
Tempat Wudhu dan Toilet
Tempat berwudhu yang awalnya terletak di dekat sumur, di halaman depan masjid, kini dipindahkan ke bangunan baru di halaman samping agak ke belakang dengan ukuran 12m2. Terdapat satu toilet, 6 urinoir, dan 15 titik air wudhu yang disediakan untuk jama’ah laki-laki maupun perempuan. Air yang tersedia di masjid ini meski berdekatan dengan bibir pantai [100 m], tapi rasanya tetap tawar.
Parkir Kendaraan
Di depan masjid ada areal parkir seluas 100m2 yang siap digunakan khusus untuk menampung 200 kendaraan roda dua. Area ini akan disulap menjadi tempat shalat Jum’at, karena ukuran masjid yang tidak mencukupi lagi. Jika Friday Readers berkenderaan roda empat, maka harus parkir di area seluas 250m? yang jaraknya 300m dari masjid ini. Tersedia puluhan tukang ojek di bibir pintu masuk menuju perkampungan nelayan Marunda tempat masjid dan Rumah Si Pitung berada.
Sumber: http://alifmagz.com