Candi Surawana

Candi Surawana terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, sekitar 25 km arah timur laut dari Kota Kediri. Candi yang nama sesungguhnya adalah Wishnubhawanapura ini diperkirakan dibangun pada abad 14 untuk memuliakan Bhre Wengker, seorang raja dari Kerajaan Wengker yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Raja Wengker ini mangkat pada tahun 1388 M. Dalam Negarakertagama diceritakan bahwa pada tahun 1361 Raja Hayam Wuruk dari Majapahit pernah berkunjung bahkan menginap di Candi Surawana.

Ukuran Candi Surawana tidak terlalu besar, hanya 8 X 8 m2. Candi yang seluruhnya dibangun menggunakan batu andesit ini merupakan candi Syiwa. Saat ini seluruh tubuh dan atap candi telah hancur tak bersisa. Hanya kaki candi setinggi sekitar 3 m yang masih tegak di tempatnya. Untuk naik ke selasar di atas kaki candi terdapat tangga sempit yang terletak di sisi barat. Menilik letak tangga, dapat disimpulkan bahwa candi ini menghadap ke barat.

Seperti yang terdapat di Candi Rimbi, kaki Candi Surawana tampak seperti bersusun dua, terbagi oleh pelipit yang menonjol keluar. Bagian kaki yang terletak di atas pelipit agak menjorok ke dalam sehingga ukurannya menjadi kebih kecil dibandingkan dengan kaki bagian bawah.

Berbeda dengan yang terdapat di Candi Rimbi, panel-panel relief yang memuat berbagai cerita tidak hanya terjajar rapi di sekeliling kaki candi bagian bawah. Kaki candi bagian atas bahkan dipenuhi oleh panel-panel relief dalam ukuran yang lebih besar dan dengan pahatan yang lebih halus.

Relief di kaki bagian bawah menceritakan kisah-kisah Tantri, sedangkan yang terdapat pada bagian atas kaki memuat kisah Sri Tanjung, Arjunawiwaha, serta kisah Bubuksah dan Gagak Aking. Kisah-kisah semacam itu terdapat pada candi-candi yang dibangun untuk tujuan peruwatan, seperti Candi Bajangratu di Trowulan dan Candi Tegawangi, yang letaknya juga di Pare.

Melihat lingkungannya yang telah tertata apik, tampaknya candi Surawana telah pernah mengalami pemugaran. Akan tetapi, hasilnya masih jauh dari sempurna, mengingat bahwa saat ini hanya bagian kaki candi yang tersisa. Di halaman candi masih banyak bebatuan dan arca yang belum berhasil dikembalikan ketempatnya semula. Batu-batu dan arca tersebut ditata rapi di atas lajur-lajur yang terbuat dari semen untuk menghambat proses kerusakan oleh resapan air.

Sumber : http://candi.pnri.go.id
Photo : http://farm3.static.flickr.com