Candi Sambisari

Lokasi dan Proses Penemuan
Candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Dari pusat Kota Yogyakarta kurang lebih jaraknya 12 kilometer. Candi ini baru ditemukan pada tahun 1966. Oleh karena itu, belum banyak yang mengetahuinya. Lokasinya berdekatan dengan Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan Candi Sari. Jika seseorang ingin berkunjung kesana, maka ia dapat menggunakan jasa angkutan umum yang berupa bus jurusan Yogyakarta-Solo, kemudian turun di kilometer 10 dan diteruskan dengan ojek atau dokar dengan jarak kurang lebih 2 kilometer.

Candi Sambisari ditemukan oleh seorang petani yang bernama Karyoinangun pada bulan Juni 1966 di ladangnya. Waktu itu, ketika sedang berladang, mata cangkulnya membentur batu yang keras. Setelah diperhatikan dan digali lebih dalam ternyata batu tersebut berukir dan tidak hanya satu. Menindaklanjuti penemuan tersebut, maka Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN) di Prambanan pun melakukan penelitian dan penggalian. Hasilnya menunjukkan bahwa tempat tersebut merupakan sebuah situs dari peninggalan masa lalu yang berupa kompleks percandian. Oleh karena itu, dilestarikan keberadaannya (dilindungi, dikembangkan, dan dimanfaatkan).

Penelitian Pra Pemugaran
Langkah awal yang dilakukan oleh cabang LPPN yang ada di Prambanan adalah membebaskan tanah yang merupakan kompleks peninggalan masa lalu itu (seluas 16.900 meter persegi) secara berangsur-angsur. Kemudian, sejak 1 September 1966 ekskavasi (penggalian) dengan bantuan tenaga mahasiswa. Peralatan yang digunakan dalam ekskavasi tersebut berupa cangkul, linggis, sekop, cetok, sudip bambu, pengki, keranjang, sandat, pikulan, gerobak dorong, waterpas, kompas, theodoleit, lot, roll meter serta tekel berkemampuan satu ton. Pasir yang bercampur dengan abu yang terangkat dalam kegiatan penggalian ini mencapai 55.912 m3. Pasir dan abu yang berlapis-lapis itu diperkirakan merupakan endapan perairan dan letusan gunung Merapi (Letak Candi Sambisari yang tidak begitu jauh dari Gunung Merapi, membuat lokasi ini sangat berdebu dan panas pada musim kering. Namun, pada musim hujan akan tergenang air, sebab letaknya yang berada di bawah tanah).

Dari penggalian tersebut terkumpul data bangunan yang terletak pada kedalaman 6-6,50 meter di bawah permukaan tanah sekarang (Berdasarkan penelitian geologis terhadap batuan candi dan tanah yang telah menimbunnya selama ini, candi setinggi 6 meter ini telah terbenam oleh material Gunung Merapi dalam letusan yang hebat pada tahun 1006 Masehi).

Bangunan ini dikelilingi oleh dua lapis tembok yang di dalamnya terdapat empat buah candi yang terdiri dari satu candi induk dan tiga candi perwara (candi pengiring yang lebih kecil). Selain itu, ditemukan pula benda-benda lepas seperti arca, lingga, yoni, umpak kotak peripih, tembikar, cermin logam, prasasti lempengan emas, dan perhiasan.

Berdasarkan arca-arca yang ditemukan seperti Durga, Agastya, Ganesha. dan longga-yoni membuktikan bahwa candi ini dibangun dengan konsepsi agama Hindu. Hal ini diperkuat dengan temuan tulisan Jawa kuno pada lempengan logam yang berbunyi “Omsiwastana.../.../...” yang berarti tempat bagi Dewa Siwa. Bentuk atau gaya tulisan ini menurut beberapa ahli (Boechari dan Soediman) menunjuk ke sekitar permulaan abad ke-9 Masehi yang masih ada hubungannya dengan pemerintahan Rakai Garung (Raja Kerajaan Mataram Hindu).

Rekonstruksi
Setelah mengetahui letak candi dan sisa-sisa bangunannya, akhiranya pada tahun 1975 diputuskan untuk membangun kembali kompleks candi di tempat aslinya, yakni pada kedalaman 6,50 meter di bawah permukaan tanah sekarang. Rekonstruksi tersebut dilaksanakan dengan anggaran pembangunan Direktorat Sejarah dan Purbakala (DSP) melalui Program Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.

Rekonstruksi dimulai dari candi induk, candi-candi lainnya, pagar kelililing, talut, dan akhirnya candi perwara. Pagar keliling dibuat dalam rangka pengeringan, kemudian talut dibuat sebagai penguat tebing untuk menahan agar tanah pasir di sekeliling candi tidak longsor dan menimbun halaman candi. Sedangkan, untuk pembuangan air yang menggenang dibuat saluran berkeliling dan disalurkan ke sungai terdekat yang lebih rendah. Selain itu, untuk memperindah kompleks Candi Sambisari, juga dibuat taman dan rumah jaga.

Pada tahun 1987 pemugaran dan rekontruksi ulang terhadap kompleks Candi Sambisari dapat diselesaikan sebagian dengan tetap mempertahankan posisi candi pada kedalaman 6,5 meter dari permukaan tanah. Oleh karena posisinya yang demikian, maka candi ini sering dijuluki sebagai candi bawah tanah.

Data Bangunan
Kompleks Candi Sambisari berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 50 x 48 meter dengan empat buah bangunan candi. Seluruh halaman candi dikelilingi oleh pagar yang terbuat dari batu putih, sedangkan candi-candinya berbahan batu andesit. Pintu masuk ke dalam kompleks Candi Sambisari terdapat di keempat sisinya. Diperkirakan kompleks candi bisa lebih luas jika diadakan penggalian lebih lanjut, namun dikhawatirkan tidak dapat menyalurkan air untuk dibuang karena posisinya lebih rendah daripada sungai yang ada di sebelah baratnya.

Seperti candi-candi yang lain, setiap candi di kompleks Candi Sambisari terdiri atas tiga bagian, yaitu: kaki, badan dan atap. Pada bangunan candi utama (terbesar) berbentuk bujur sangkar yang berukuran 15,65 x 13,65 meter dengan tinggi 7,5 meter. Sedangkan, badan candi berukuran 5 x 5 meter. Apabila diamati secara seksama, memperlihatkan bahwa alas dan kaki candi utama ini menjadi satu bagian (tidak mempunyai kaki candi sebenarnya dan hanya bertumpu pada alas yang sekaligus berfungsi sebagai kaki candi). Hal ini mengakibatkan bangunan tampak gemuk dan pendek, dan relung-relung pada tubuh candi terletak hampir rata dengan lantai selasar. Pintu masuk Candi Sambisari menghadap ke arah barat. Tangga untuk masuk dilengkapi dengan sayap yang di setiap ujungnya terdapat relief yang disangga oleh dua belah tangan makhluk kate.

Pada bagian luar badan candi terdapat relung-relung untuk menaruh patung. Yang masih ada kini adalah patung Durga di sebelah utara, patung Ganesha di sisi timur, dan patung Agastya di bagian selatan. Dua relung lain yang ada di kanan dan kiri pintu sudah kosong. Diperkirakan untuk patung dewa penjaga pintu, yaitu Mahakala dan Nadisywara. Sedangkan, pada bilik di dalam badan candi terdapat patung Siwa, Yoni dan Lingga berukuran besar. Selain itu, di depan candi induk (sekitar 8 meter) ada 3 buah candi perwara atau candi pendamping. Ukuran dasarnya 4,8 x 4,8 meter, dengan tinggi 5 meter. Namun candi-candi perwara itu belum direkonstruksi ulang secara sempurna. Sedangkan di seputar candi terdapat pagar tembok batu putih berukuran 50 m x 48 m. Saat ini saluran pembuangan air telah selesai dibangun, sehingga selama musim hujan candi tidak tergenang air.

Candi Sambisari adalah candi Hindu Siwaistis. Candi ini berfungsi sebagai monumen dan tempat pemujaan, sampai sekarang candi ini juga masih dipakai sebagai tempat pemujaan atau berdoa dan tempat penyelenggaraan upacara keagamaan bagi pemeluk agama Hindu. Candi Sambisari yang terbuat dari batu andesit ini merupakan kompleks percandian yang mempunyai 1 candi induk dan 3 buah candi perwara di depannya. Candi induk menghadap ke barat. Candi ini tidak punya kaki candi. Alas candi juga berfungsi sebagai kaki candi. Di bagian badan candi terdapat relung-relung. Di atas relung-relung tersebut terdapat hiasan kepala Kala di atasnya. Di dalam setiap relung terdapat sebuah patung. Kompleks candi Sambisari ini dikelilingi batu putih berukuran 50 x 48 meter. Di teras candi terdapat 12 batu (8 batu persegi dan 4 batu bulat) di sekeliling bilik pemujaan.

Patung Agasya
Patung Agastya ( di relung selatan ). Patung ini digambarkan berbentuk orang tua dalam posisi berdiri, berlengan dua, berkumis, berjanggut lebat dan berperut buncit. Patung Agastya yang terdapat di candi Sambisari ini bertasbih ( Aksamala ) yang dikalungkan di lehernya, di bahu kirinya ada camara ( penghalau lalat ).

Patung Durga Mahissasuramardini
Patung Durga Mahissasuramardini ada di relung utara. Patung Durga yang ada di candi ini mempunyai 8 lengan, 4 lengan kanannya memegang cakra, anak panah, pedang dan trisula, sedangkan 4 lengan kirinya memegang busur, gada, perisai dan camara. Patung Durga ini merupakan simbol dari pertarungan gelap (kejahatan) melawan terang (kebaikan).

Patung Ganeca
Patung Ganesha ada di relung timur. Ganesha adalah anak dari dewa Siwa dan Parwati. Ganesha ini digambarkan sebgai manusia yang berkepala gajah dan merupakan simbol dari dewa pengetahuan dan penolak rintangan. Patung ini sering ditempatkan di tempat-tempat yang berbahaya. Patung Ganesha di candi Sambisari ini ada dalam posisi duduk di atas padmasana, berkalung Kastanya (Upawita) berbentuk ular naga (Nagapasa), kedua telapak kakinya bertemu, berlengan 4. Kedua lengan kanannya memegang Aksamala dan taring yang patah, sedangkan kedua tangan kirinya memegang mangkok dan Parashu (kapak). Belalainya menjulur menyedot isi mangkok. Hal ini merupakan simbol kehausan akan ilmu pengetahuan.

Selain patung Durga, Agastya dan Ganesha, di kiri ¨C kanan pintu masuk dulu juga terdapat 2 patung penjaga pintu candi, yaitu Mahakala dan Nandiswara, tapi sekarang sudah hilang dicuri.

Candi Sambisari ini punya satu bilik kecil. Di dalam bilik itu terdapat Lingga dan Yoni. Lingga merupakan perwujudan dari dewa Siwa, sedangkan Yoni merupakan perwujudan dari sakti ( istri ) dewa Siwa. Kesatuan Lingga dan Yoni ini adalah simbol dari totalitas dan juga kesuburan.

Sumber :

http://www.wacananusantara.org

http://bulletin.alambahasa.com