Ukuran Candi Banyuniba relatif kecil, yaitu lebar 11 m dan panjang sekitar 15 m. Tubuh candi berdiri di atas 'batur' setinggi 2,5 m yang terletak di tengah hamparan batu andesit yang tertata rapi. Selisih luas batur dengan tubuh candi membentuk selasar yang cukup lebar untuk dilalui 1 orang. Dinding dan pelipit atas batur dipenuhi dengan hiasan bermotif sulur dan dedaunan yang menjulur keluar dari sebuah wadah mirip tempayan. Di setiap sudut kaki candi terdapat hiasan mirip kepala Kala yang disebut 'jala dwara". Hiasan ini berfungsi sebagai saluran pembuang air hujan. Atap candi berbentuk limasan seperti kubah (dagoba) dengan stupa di puncaknya.
Untuk naik ke selasar di permukaan 'batur' (kaki candi) terdapat tangga selebar sekitar 1,2 m, terletak tepat di depan pintu masuk bilik penampil. Pangkal pipi tangga dihiasi dengan kepala sepasang naga dengan mulut menganga lebar.
Pintu masuk dilengkapi dengan bilik 'penampil' beratap melengkung yang menjorok sekitar 1 m keluar tubuh candi. Sisi depan atap bilik penampil dipenuhi dengan hiasan bermotif sulur-suluran. Tepat di atas ambang pintu, terdapat hiasan Kalamakara tanpa rahang bawah. Di bagian dalam dinding, di atas ambang pintu, terdapat pahatan yang menggambarkan Hariti, dewi pelindung anak-anak, sedang duduk bersila diapit oleh dua ekor burung merak. Di sekeliling wanita itu terdapat anak-anak kecil yang mengerumuninya.
Pada dinding selatan bilik penampil terdapat relief yang menggambarkan Kuwera, dewa kekayaan, sedang duduk duduk dengan tangan kanan tertumpu paha. Di sebelah kirinya, agak ke belakang, seorang pelayan memegangi pundi-pundi berisi uang.
Pada dinding di keempat sisi tubuh candi terdapat jendela palsu, yaitu lubang yang terlihat seperti sebuah jendela, namun sesungguhnya lubang tersebut tidak menembus ke ruang dalam tubuh candi. Di atas ambang jendela palsu terdapat hiasan Kalamakara, sedangkan di kiri dan kanannya terdapat relung yang berisi pahatan sosok penghuni kayangan atau surga, seperti kinara dan kinari, hapsara dan hapsari, serta Hariti dan Avataka. Di antara kalamakara dan pelipit atas ambang jendela tersembunyi pahatan sosok pria yang sedang duduk seolah melongok ke bawah. Hiasan semacam ini disebut 'kudu'.
Tidak terdapat arca di ruangan dalam tubuh candi, namun dindingnya dihiasi dengan sosok anak dan lelaki dalam berbagai posisi. Ada pahatan yang menggambarkan seorang anak sedang bergantung pada dahan pohon, sederetan orang yang sedang duduk berpelukan, seorang lelaki duduk bersila, dan sebagainya.
Di halaman candi terdapat sepasang arca lembu dalam posisi duduk. Tidak didapat informasi apakah arca tersebut memang terletak di tempat aslinya atau sudah dipindahkan dari tempatnya semula.
Sumber : http://candi.pnri.go.id