Ini baru satu rencana yang bakal diterapkan Pemerintah Srilanka, mulai tahun depan, yaitu tentang wilayah red light, istilah keren dari lokalisasi para pekerja seks komersial
Dunia pariwisata memang tak lepas dari sun-shop-sex atau biasa disingkat 3S, artinya di Srilanka dan belahan dunia manapun istilah sun ialah kegiatan pariwisata yang di dalamnya melulu menjual keindahan alam, termasuk juga kegiatan surfing.
Untuk pariwisata Srilanka masalah peluang belanja sama baiknya dengan kegiatan penawaran keindahan alam (eco-tourism).
Hampir di semua tempat para turis dapat berbelanja baik cenderamata, makanan, permata, dan tidak lupa tentang kegiatan judi kasino
Tapi untuk masalah esek-esek termasuk tabu, yaitu hanya orang-orang tertentu (kelompok masyatakat kelas atas) baru bisa menemukan. Menurut sumber yang dapat dipercaya masalah pariwisata seks adalah satu dilema karena kultur kebudayaan di
Menguras kocek
Desakan timbul karena selama ini setiap penertiban kegiatan ilegal seks itu selalu menguras kocek pengusahanya, yaitu tebusan damai yang besarnya tidak masuk akal
Padahal, kegiatan seks pariwisata itu sendiri akan memasuki industri hiburan hotel, cafe, diskotek dan judi.
Bahkan untuk menjamin kesehatan dalam kegiatan seks pariwisata di Srilanka tersebut nantinya para turis yang ngebet menyalurkan hasrat syahwatnya diwajibkan memeriksa kesehatan terlebih dulu dan wajib menggunakan sarung atau helm (kondom).
"Jadi, di tempat pelacuran yang bakal beroperasi secara resmi tahun depan itu akan steril dari penyakit, karena selain pramusaji syahwatnya dicek juga pelakunya diperiksa," papar sumber tersebut