PELESTARIAN MUSIK BUTABUH SEBAGAI SALAH SATU UNSUR KEBUDAYAAN LAMPUNG

OLEH : Drs. NURDIN DARSAN, P.Si

Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang kaya akan seni dan budayanya, hal ini terbukti dengan dimilikinya tulisan atau aksara Lampung yang sampai saat ini masih kita lestarikan dan disosialisasikan baik kepada anak-anak didik ataupun masyarakat luas, sihingga diharapkan salah satu kekayaan seni dan budaya lampung dapat menjadi identitas di negerinya sendiri.

Demikian juga halnya dengan kesenian Lampung yang kental dengan seni tradisinya dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu unsur seni tradisi yang ada di masyarakat Sai Batin dan seni tradisi yang ada di masyarakat Pepadun . Pada masyarakat Sai Batin seni tradisi baik seni tari, musik maupun sastra lisan sampai dengan saat ini masih sering kita lihat atau kita jumpai seperti seni tari hali bambang, tari sai batin, tari batin, tari kipas, tari sekura, dan sebagainya.

Demikian juga dengan seni musiknya seperti gamolan balak atau talo balak, gambus lunik atau gambus anak buha, serdam, tembangan, gamolan pring atau lebih dikenal dengan cetik butabuh atau hadra.

Untuk sastra lisan atau sastra tutur seperti muayak, hahiwang, ngehahedo, bubandung, butetah, segata.

Demikian juga, kesenian yang berkembang dimasyarakat Pepadun. Seni tari seperti ; tari cangget, tari melinting, musik talo balak, gitar klasik, sastra lisan ringget, pisaan, pepancokh, yang sampai saat ini pula masih sering kita dengar dan kita lihat baik melalui pementasan festival atau pementasan yang dilaksanakan melalui media elektronik.

MUSIK BUTABUH ATAU HADRA

Musik butabuh atau hadra merupakan salah satu musik tradisional Lampung dan jenis musik tradisi ini lebih sering kita jumpai di daerah Lampung yang letaknya di daerah pesisir, hal ini memiliki latar belakang seiring dengan sejarah dan perkembangannya sebagai salah satu sarana syiar agama Islam di Provinsi Lampung. Dengan sarana dan alat musik seperti tembangan atau kerenceng serta lantunan lagu syair berdzanji musik butabuh atau hadra ini ditampilkan.

Hadra terdiri dari 2 bagian atau kelompok yaitu hadra baru dan hadra lama demikian juga dengan zikirnya yaitu zikir baru dan zikir lama.

Hadra lama atau zikir lama merupakan kesenian tradisional Lampung yang bernafaskan Islam, di samping alat musik dan syair-syairnya pun seutuhnya merupakan syair-syair berdzanji atau pujian-pujian terhadap Rosul dan para Syekhnya.

Hadra atau zikir baru merupakan seni Islam yang sudah dikombinasikan dengan syair-syair atau pantun daerah Lampung baik pantun melayu ataupun pantun daerah Lampung itu sendiri.

Hadra dan zikir ini sering kita jumpai pada saat acara pesta adat atau nayuh dan biasanya dilantunkan pada saat malam hari menjelang satu hari dalam pelaksanaan pesta atau begawi dan yang membawakannya pun orang tua atau bapak-bapak yang usianya sudah berumur (usia lanjut).

Seiring dengan pelestarian musik hadra sebagai salah satu unsur kebudayaan Lampung diharapkan kepada generasi muda untuk dapat mengenal dan mempelajari serta melestarikan kesenian tradisi ini sehingga pada masa-masa yang akan datang kesenian tradisi Lampung akan tetap lestari dan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.


Contoh Lagu Tabuh Hadra :

TOHAL ARBI

Tohal arbiii ……………………………….
Allah nasbiii ………………………………
Allah ………………………………………
Assalamualaikum …………………………
(Tabuh Yahum)

Mansolu alaihiii …………………………..
Lil fadlil hu…………. bi …………………
Allah ………………………………………
Alaikum salam Tabuh Yahum
(Tabuh Pandian)

Alaihissalam Allah Alaihissalam 2x
Alaihissalam Allah Alaihissalam 2x
Satu di kali Satu Delapan kali delapan
Kami mintak Bantu
Saudara kiri kanan (Tabuh kuluman)

C C C C D 2x
Alaihissalam Allah Alaihissalam 2x
(Tabuh Ketipung)

(Liter)
Alaihissalam, Alaihissalam pitaulid dawam
Yamaulalmawalli ya allim biha
A a a llim …………… (tabuh takhu yahum)

Alaihisa…….. a a laam
Ya mulai dari ngulu
Pigangan tanjung lubuk
Allah …………………
Pigagan pulau kambang (Tabuh duk tang)

C D C C D 2x
Iya maulai, maulai mawalli
Iya a alim, a allim bi halli
Allim bi tajma, robul alamin 2x
Yahu Ya maulai
(Tabuh ketibung dalam)
(Tabuh penutup)

Sumber :
Makalah disampaikan pada Kegiatan Penayangan Film dan Diskusi Nilai Budaya yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung bekerjasama dengan Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Propinsi Lampung di Ruang Abung Balai Keratun Kantor Pemda Propinsi Lampung Sabtu, 21 Juli 2007