Situ Patenggang terletak di kaki Gunung Patuha, kabupaten Bandung. Secara administratif berada di desa Patengan, kecamatan Rancabali, kabupaten Bandung.
Kira-kira 50 km dari ibu kota kabupaten Bandung ke arah selatan, melewati Ciwidey suatu tempat persinggahan buat beli oleh-oleh makanan khas disana.
Selanjutnya ke Situ Patenggang akan melewati perkampungan dan perkebunan teh yang dinikmati sepanjang perjalanan. Luas kawasan wisata (danau/situ dan hutan) mencapai 150 ha.
Di dalam danau terdapat berbagai jenis ikan, antara lain mujair, nila, ikan mas, nilem, lele, paray dan beunteur.
Di sekitar danau hidup berbagai burung berparuh panjang, yang oleh masyarakat setempat dinamai burung blekek, tikukur, dan kaca mata.
Di sekitar danau terdapat hutan lindung yang ditumbuhi rumput dan pepohonan khas Jawa Barat sejenis puspa (Scima waliechi), saninten (Castanopsisargentia), dan pasa (Cuercus sp).
Konon disana masih terdapat binatang surili (Presbytis comata) yang kini diambang kepunahan.
Ada kerancuan nama objek wisata alam ini, ada yang menyebut Patengan, juga ada yang menyebut Patenggang.
Dilihat dari etimologi nama Patengan berasal dari pateang-teang (saling mencari), menjadi pateangan (menunjukkan tempat pencarian) hingga akhirnya menjadi Patengan.
Sedangkan nama Patenggang artinya adalah terpisah oleh jarak atau kondisi. Hingga kini dua nama tersebut tetap dipakai.
Namun jika melihat nama desa dimana danau itu berada adalah desa Patengan, kawasan Rancabali. Kawasan ini memiliki sebuah legenda sehingga muncul nama Situ Patenggang.
Sejarah atau mitos tentang situ ini muncul disebabkan karena seorang pangeran bernama Ki Santang, keponakan Prabu Siliwangi, menjalin cinta dengan seorang gadis gunung yang sangat jelita bernama Dewi Rengganis.
Namun perjalanan cinta tidak semulus dan seindah seperti yang dibayangkan oleh keduanya. Mereka dipisahkan karena suatu keadaan peperangan, sehingga air mata mereka membentuk sebuah situ atau danau.
Selanjutnya danau itu dinamai Situ Patenggang. Pada akhirnya mereka dapat berkumpul kembali pada sebuah batu di nanau tersebut yang kini diberi nama Batu Cinta.
Konon siapapun yang pernah berkunjung dengan pacarnya ke batu tersebut, maka cinta mereka akan abadi. Situ Patenggang merupakan sebuah objek wisata alam di daerah Bandung Selatan. Berada pada ketinggian 1600 m dari permukaan laut, memiliki panorama yang indah memikat.
Hamparan hijau kebun teh bagaikan karpet alam, ditambah lagi dengan udara yang dingin dan bersih serta pancaran matahari yang hangat, memberikan kesan damai dan tenteram bagi para pengunjungnya sebelum mereka sampai ke Situ Patenggang. Dulunya kawasan ini merupakan kawasan cagar alam atau taman nasional. Namun pada tahun 1981 telah resmi berubah menjadi sebuah taman wisata alam.
Untuk menikmati objek wisata Situ Patenggang ini, tersedia fasilitas perahu yang bisa disewa untuk mengelilingi sebuah pulau kecil yang berada di tengah danau. Pulau tersebut dinamakan Pulau Sasuka.
Pulau ini tampak rindang karena ditumbuhi berbagai pepohonan tinggi. Biaya masuk ke Situ Patenggang per orangnya Rp4.500,-. Sedang biaya mobil masuk dan parkir sekitar R10.000,-. Relatif murah, karena objek wisata alam ini telah tertata baik.
Fasilitas lumayan lengkap antara lain tersedia warung makan, warung souvenir, serta fasilitas toilet yang cukup bersih. Sebetulnya tidak jauh dari Objek Wisata Situ Patenggang ini, ada objek wisata lain yang cukup menarik bagi wisatawan, yaitu Kawah Putih Gunung Patuha, perkebunan teh Walini yang dijadikan Tea Walk, pemandian air panas Cimanggu, serta bumi perkemahan Ranca Upas.
Dan ada satu lagi yaitu Objek Wisata Agro Strawberry, yang terletak beberapa kilometer dari Ciwidey arah ke Situ Patenggang. Wisata petik strawberry saat ini merupakan wisata yang sangat digemari oleh wisatawan. Strawberry merupakan produk agrowisata unggulan kabupaten Bandung, khususnya di daerah Ciwidey.
Di daerah ini banyak sekali kebun strawberry yang tradisional sampai dengan kebun yang dilola secara profesional. Kita bisa bebas memilih kebun mana yang kita senangi dan memetik sendiri langsung. Ada hal menarik tentang objek wisata alam Kawah Putih. Di puncak Gunung Patuha terdapat kawah Saat yang berada di bagian barat, dan dibawahnya terdapat Kawah Putih dengan ketinggian 2.194 m diatas permukaan laut.
Kedua kawah itu terbentuk akibat letusan gunung Patuha pada abad ke X dan XII silam. Keajaiban alam akan selalu muncul, bila malam hari sekitar jam 21.00, saat langit cerah dengan dihiasi bintang-bintang. Dari danau Kawah Putih akan terlihat pancaran cahaya terang kehijau-hijauan menghiasi kawah.
Dari bias cahaya berwarna hijau itu terbentuklah sebuah lingkaran sinar yang mampu menerangi seluruh lokasi kawah. Seolah-olah kita tidak akan percaya menyaksikan keanehan ini. Pemandangan yang menakjubkan.
Misteri keindahan danau Kawah Putih baru terungkap pada tahun 1837, oleh seorang ilmuwan Belanda peranakan Jerman, DR Franz Wilhelm Junghuhn. Beliau yang telah berjasa membawa bibit kina dari Amerika Selatan dan ditanam di Indonesia.
Tertarik adanya cerita misteri Kawah Putih yang menurut masyarakat setempat dikatakan sangat angker karena dihuni oleh mahluk-mahluk halus jin, dan tempat bersemayamnya roh para leluhur di Gunung Patuha.
Junghuhn tidak percaya, dan dia melanjutkan perjalanan menembus hutan belantara hingga akhirnya menemukan sebuah danau kawah yang indah. Objek wisata Kawah Putih ini dikelola oleh PT Perhutani KPH Bandung Selatan, sudah dikenal oleh kalangan wisatawan.
Namun hingga saat ini belum tampak adanya upaya pengembangan dan penambahan sarana yang memadai. Sarana jalan menuju ke puncak kawah cukup kecil, hingga hanya bisa dilalui oleh satu mobil.
Sementara angkutan ontang-anting yang mengantarkan pengunjung dari pintu masuk ke puncak kawah hanya tersedia 2 unit dengan kapasitas 14 orang.
Kalaupun ada pengunjung yang datang secara rombongan satu bus, maka harus bergantian menunggu giliran. Mudah-mudah hal ini menjadi perhatian para pengelola objek wisata.
Sumber : http://www.kabarindonesia.com
Photo : http://www.my-indonesia.info
Kira-kira 50 km dari ibu kota kabupaten Bandung ke arah selatan, melewati Ciwidey suatu tempat persinggahan buat beli oleh-oleh makanan khas disana.
Selanjutnya ke Situ Patenggang akan melewati perkampungan dan perkebunan teh yang dinikmati sepanjang perjalanan. Luas kawasan wisata (danau/situ dan hutan) mencapai 150 ha.
Di dalam danau terdapat berbagai jenis ikan, antara lain mujair, nila, ikan mas, nilem, lele, paray dan beunteur.
Di sekitar danau hidup berbagai burung berparuh panjang, yang oleh masyarakat setempat dinamai burung blekek, tikukur, dan kaca mata.
Di sekitar danau terdapat hutan lindung yang ditumbuhi rumput dan pepohonan khas Jawa Barat sejenis puspa (Scima waliechi), saninten (Castanopsisargentia), dan pasa (Cuercus sp).
Konon disana masih terdapat binatang surili (Presbytis comata) yang kini diambang kepunahan.
Ada kerancuan nama objek wisata alam ini, ada yang menyebut Patengan, juga ada yang menyebut Patenggang.
Dilihat dari etimologi nama Patengan berasal dari pateang-teang (saling mencari), menjadi pateangan (menunjukkan tempat pencarian) hingga akhirnya menjadi Patengan.
Sedangkan nama Patenggang artinya adalah terpisah oleh jarak atau kondisi. Hingga kini dua nama tersebut tetap dipakai.
Namun jika melihat nama desa dimana danau itu berada adalah desa Patengan, kawasan Rancabali. Kawasan ini memiliki sebuah legenda sehingga muncul nama Situ Patenggang.
Sejarah atau mitos tentang situ ini muncul disebabkan karena seorang pangeran bernama Ki Santang, keponakan Prabu Siliwangi, menjalin cinta dengan seorang gadis gunung yang sangat jelita bernama Dewi Rengganis.
Namun perjalanan cinta tidak semulus dan seindah seperti yang dibayangkan oleh keduanya. Mereka dipisahkan karena suatu keadaan peperangan, sehingga air mata mereka membentuk sebuah situ atau danau.
Selanjutnya danau itu dinamai Situ Patenggang. Pada akhirnya mereka dapat berkumpul kembali pada sebuah batu di nanau tersebut yang kini diberi nama Batu Cinta.
Konon siapapun yang pernah berkunjung dengan pacarnya ke batu tersebut, maka cinta mereka akan abadi. Situ Patenggang merupakan sebuah objek wisata alam di daerah Bandung Selatan. Berada pada ketinggian 1600 m dari permukaan laut, memiliki panorama yang indah memikat.
Hamparan hijau kebun teh bagaikan karpet alam, ditambah lagi dengan udara yang dingin dan bersih serta pancaran matahari yang hangat, memberikan kesan damai dan tenteram bagi para pengunjungnya sebelum mereka sampai ke Situ Patenggang. Dulunya kawasan ini merupakan kawasan cagar alam atau taman nasional. Namun pada tahun 1981 telah resmi berubah menjadi sebuah taman wisata alam.
Untuk menikmati objek wisata Situ Patenggang ini, tersedia fasilitas perahu yang bisa disewa untuk mengelilingi sebuah pulau kecil yang berada di tengah danau. Pulau tersebut dinamakan Pulau Sasuka.
Pulau ini tampak rindang karena ditumbuhi berbagai pepohonan tinggi. Biaya masuk ke Situ Patenggang per orangnya Rp4.500,-. Sedang biaya mobil masuk dan parkir sekitar R10.000,-. Relatif murah, karena objek wisata alam ini telah tertata baik.
Fasilitas lumayan lengkap antara lain tersedia warung makan, warung souvenir, serta fasilitas toilet yang cukup bersih. Sebetulnya tidak jauh dari Objek Wisata Situ Patenggang ini, ada objek wisata lain yang cukup menarik bagi wisatawan, yaitu Kawah Putih Gunung Patuha, perkebunan teh Walini yang dijadikan Tea Walk, pemandian air panas Cimanggu, serta bumi perkemahan Ranca Upas.
Dan ada satu lagi yaitu Objek Wisata Agro Strawberry, yang terletak beberapa kilometer dari Ciwidey arah ke Situ Patenggang. Wisata petik strawberry saat ini merupakan wisata yang sangat digemari oleh wisatawan. Strawberry merupakan produk agrowisata unggulan kabupaten Bandung, khususnya di daerah Ciwidey.
Di daerah ini banyak sekali kebun strawberry yang tradisional sampai dengan kebun yang dilola secara profesional. Kita bisa bebas memilih kebun mana yang kita senangi dan memetik sendiri langsung. Ada hal menarik tentang objek wisata alam Kawah Putih. Di puncak Gunung Patuha terdapat kawah Saat yang berada di bagian barat, dan dibawahnya terdapat Kawah Putih dengan ketinggian 2.194 m diatas permukaan laut.
Kedua kawah itu terbentuk akibat letusan gunung Patuha pada abad ke X dan XII silam. Keajaiban alam akan selalu muncul, bila malam hari sekitar jam 21.00, saat langit cerah dengan dihiasi bintang-bintang. Dari danau Kawah Putih akan terlihat pancaran cahaya terang kehijau-hijauan menghiasi kawah.
Dari bias cahaya berwarna hijau itu terbentuklah sebuah lingkaran sinar yang mampu menerangi seluruh lokasi kawah. Seolah-olah kita tidak akan percaya menyaksikan keanehan ini. Pemandangan yang menakjubkan.
Misteri keindahan danau Kawah Putih baru terungkap pada tahun 1837, oleh seorang ilmuwan Belanda peranakan Jerman, DR Franz Wilhelm Junghuhn. Beliau yang telah berjasa membawa bibit kina dari Amerika Selatan dan ditanam di Indonesia.
Tertarik adanya cerita misteri Kawah Putih yang menurut masyarakat setempat dikatakan sangat angker karena dihuni oleh mahluk-mahluk halus jin, dan tempat bersemayamnya roh para leluhur di Gunung Patuha.
Junghuhn tidak percaya, dan dia melanjutkan perjalanan menembus hutan belantara hingga akhirnya menemukan sebuah danau kawah yang indah. Objek wisata Kawah Putih ini dikelola oleh PT Perhutani KPH Bandung Selatan, sudah dikenal oleh kalangan wisatawan.
Namun hingga saat ini belum tampak adanya upaya pengembangan dan penambahan sarana yang memadai. Sarana jalan menuju ke puncak kawah cukup kecil, hingga hanya bisa dilalui oleh satu mobil.
Sementara angkutan ontang-anting yang mengantarkan pengunjung dari pintu masuk ke puncak kawah hanya tersedia 2 unit dengan kapasitas 14 orang.
Kalaupun ada pengunjung yang datang secara rombongan satu bus, maka harus bergantian menunggu giliran. Mudah-mudah hal ini menjadi perhatian para pengelola objek wisata.
Sumber : http://www.kabarindonesia.com
Photo : http://www.my-indonesia.info