Malam itu, taksi yang membawa kami dari Jalan Ahmad Yani,
Seperti itulah penawaran bisnis esek-esek yang dilakukan pria-pria itu kepada setiap pengunjung yang datang ke Gang Dolly. Jika si tamu berminat, dia langsung diantar menuju kamar bersama wanita yang dipilihnya itu. Namun, jika belum berminat, pengunjung bebas memilih wanita di rumah bordil lainnya yang memang banyak terdapat di Gang Dolly.
Nama Gang Dolly merupakan sebuah legenda yang sudah identik dengan nama Kota Pahlawan ini. Bahkan, konon sudah terkenal sampai ke Asia Tenggara, khususnya di kalangan lelaki hidung belang.
Berbicara Gang Dolly, kita sedikit menengok ke belakang tentang asal muasalnya. Dari informasi, semua ini berawal dari berdirinya sebuah rumah bordil bernama Bandara pada tahun 1882. Lokasinya terletak di Jalan Jakarta dengan 9 mucikari. Namun kehadiran tempat pelacuran itu mendapat protes dan perlawanan masyarakat setempat, sehingga pengelolanya menyingkir dan berpencar ke berbagai tempat seperti Kremil, Bangunrejo, dan Dupak. Dari sinilah awal hiruk-pikuk tempat lokalisasi di Surabaya-hingga muncullah nama Dolly yang terkenal itu.
Dolly, sebuah potret lokalisasi prostitusi high class untuk kompleks pelacuran
Menyangkut servis jangan ditanya.
Yang membuat tamu merasa nyaman, lanjut sopir taksi itu, meskipun Gang Dolly jelas-jelas tempat lokalisasi, namun tidak perlu cemas digerebek petugas keamanan. "Pokoknya tamu bebas kencan di
Yang menggeliat tak hanya Dolly, ada kompleks pelacuran Kampung Jarak. Kedua lokalisasi PSK letaknya berdekatan. Bedanya para PSK yang praktek di lokalisasi Jarak umumnya sudah "STW" di atas 25 tahun.
Dalam menjaring tamu, para PSK ini cukup menampakkan dan menjajakan dirinya di depan wisma-wisma tinggalnya. Dengan cara seperti ini memberikan kemudahaan dan keleluasaan kepada lelaki hidung belang memilih pasangan yang sesuai dengan seleranya.
Satu hal lagi yang membedakan kedua tempat pelacuran ini adalah tarif. Di Dolly berlaku harga pas, kalau pun bisa ditawar paling hanya bergeser sedikit saja dari harga semula. Sedangkan di Jarak dibutuhkan kemampuan tawar menawar. Rata-rata tarif sekali kencan dengan wanita di Jarak berkisar antara Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu.
Persamaan antara Dolly dengan Jarak adalah keduanya tidak berlaku short time maupun long time. Pembayaran dilakukan setiap melakukan "permainan". Jadi, jika si tamu ingin "nambah" atau mengulangi permainannya dengan wanita itu, ia harus menambah biaya kencannya sebesar harga semula yang ditawarkan.
Lokasisasi Jarak, selain menyediakan kamar-kamar untuk check-in berukuran 1 x 2 meter, juga terdapat ruang karaoke. Di sini pelanggan bebas memilih lagu-lalu yang disukainya sambil ditemani menyanyi wanita-wanita itu.
Memang, siapapun wanitanya, tidak pernah bercita-cita untuk masuk dan terjerumus dalam kubangan dosa. Impian yang dibangun semasa kecil ternyata tidak seindah kenyataan yang dihadapi. Biasanyanya dengan alasan ekonomi yang membuat wanita-wanita itu jatuh menjadi pemuas nafsu lelaki hidung belang.
Rima (bukan nama sebenarnya), salah seorang penghuni lokalisasi Dolly tidak pernah terbayang sebelumnya kalau dirinya menghabiskan masa mudanya di tempat ini.
Wanita cantik tamatan SLTA di Jombang ini awalnya bekerja di salah satu perusahaan di
Kehidupan para pekerja seks komersial sebenarnya secara psykologis sangat menderita. Tawa dan senyum yang diumbar hanya sebagai sandiwara untuk menutupi penderitaan yang ditanggungnya. "Kalau mau jujur, sebenarnya saya atau wanita yang ada di sini, sangat menderita mas. Mencari uang itu memang susah, apalagi di zaman seperti sekarang ini," keluhnya.
Irma yang mengaku sudah setahun menjadi anak buah mami di wisma M, mengaku hanya bisa pasrah menjalani profesinya sebagai wanita penghibur. Guratan wajahnya menampakkan penderitaan. Sesekali terlihat pandangannya menerawang, sepertinya sedang memikirkan masa depannya yang semakin kelam. (Syarifudin)