Oleh Tim Wacana Nusantara
Kompleks Percandian Batujaya Berada di dua wilayah administratif, Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas situs Batujaya sendiri diperkirakan Sekitar Lima Km2 adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuna yang terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.
Dalam Radius lima km2 diperkirakan terdiri dari 24 lokasi candi, 13 lokasi berada di Desa Segaran dan 11 lokasi di Desa Telagajaya. Dari 24 lokasi ini, baru 10 lokasi yang digali dan diteliti dan baru 2 candi yang dipugar, serta baru satu yakni candi Jiwa yang sudah rampung, satunya lagi candi Blandongan belum rampung. Diyakini kompleks pencandian ini adalah berlatarkan agama Buddha. Situs percandian Batujaya ini diketemukan pada 1984 namun dipugar untuk pertama kalinya baru pada tahun 1996.
Penemuan Candi Batujaya pada tahun 1984 berdasarkan laporan penduduk setempat mengenai adanya penemuan benda-benda purbakala di sekitar gundukan-gundukan tanah di tengah-tengah sawah. Gundukan-gundukan ini oleh mereka disebut sebagai onur atau unur dan dikeramatkan oleh warga sekitar. Semenjak awal penelitian dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 telah ditemukan 31 tapak situs sisa-sisa bangunan. Penamaan tapak-tapak itu mengikuti nama desa tempat suatu tapak berlokasi, seperti Segaran 1, Segaran 2, Telagajaya 1, dan seterusnya.
Sampai pada penelitian tahun 2000 baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi) dan sampai saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandiannya. Meskipun begitu, dua candi di Situs Batujaya (Batujaya 1 atau Candi Jiwa, dan Batujaya 5 atau Candi Blandongan) telah dipugar dan sedang dipugar.
Ekskavasi dan penelitian dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan dibantu oleh EFEO (École Français d’Extrême-Orient) dan dukungan dana dari Ford Motor Company digunakan untuk kegiatan kajian situs ini.
Situs ini terletak di tengah-tengah daerah persawahan dan sebagian di dekat permukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (pantai Ujung Karawang). Batujaya kurang lebih terletak enam kilometer dari pesisir utara dan sekitar 500 meter di utara Ci Tarum. Keberadaan sungai ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keadaan situs sekarang karena tanah di daerah ini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim kemarau atau pun pada musim hujan.
Berdasarkan analisis radiometri Carbon 14 pada artefak-artefak peninggalan di candi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 Masehi dan yang paling muda berasal dari abad ke-12. Di samping pertanggalan absolut di atas ini, pertanggalan relatif berdasarkan bentuk paleografi tulisan beberapa prasasti yang ditemukan di situs ini dan cara analogi dan tipologi temuan-temuan arkeologi lainnya seperti keramik China, gerabah, votive tablet, lepa (pleister), hiasan dan arca-arca stucco dan bangunan bata banyak membantu dalam mengungkap kesejarahan situs Batujaya.
Situs Batujaya yang terletak di lokasi yang relatif berdekatan dengan Situs Cibuaya (sekitar 15km di arah timur laut), merupakan peninggalan bangunan Hindu, dan situs temuan pra-Hindu "kebudayaan Buni" yang diperkirakan berasal dari masa abad pertama Masehi. Kenyataan ini seakan-akan mendukung tulisan Fa Hsien yang menyatakan:
"Di Ye-po-ti (Tolomo/Taruma) jarang ditemukan penganut Buddhisme, tetapi banyak dijumpai brahmana dan orang-orang beragama kotor)".
Keterangan Fa Hsien memberikan beberapa gambaran bahwa pada masa kerajaan Taruma agama yang di anut oleh masyarakat setempat berbeda dengan agama/kepercayaan yang Ia anut, hal ini memberikan beberapa kemungkinan, bahwa kebudayaan yang ada pada masa Taruma bukan merupakan kebudayaan Budhis yang baru ada menjelang abad ke 4 Masehi, bisa saja Kebudayaan yang berkembang di Batujaya atau Tarumanegara merupakan Kebudayaan Asli bangsa Indonesia, akan tetapi, dari berbagai bukti yang ada telah menunjukan bahwa Hindu-lah yang berperan dalam pembentukan kebudayaan pada masa itu, sebagai mana yang tercatat dalam literatur kesejarahan Indonesia. Sebuah garis fakta yang sulit dibantahkan. Namun, jika kita cermati jauh lebih dari pada itu, timbul sebuah pertanyaan, bagaimana mungkin agama yang dibawa oleh hanya segelintir orang saja dapat membuat sebuah kebudayaan?. Bukanya kebudayan sangat erat hubungannya dengan masyarakat setempat!!
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat, bahkan menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Jika pengertian kebudayaan sebagai sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Lantas, dimanakah posisi Batujaya dan peninggalannya dalam konteks sejarah Nusantara?, apakah hasil sebuah imitasi dari kebudayaan lain, atau hasil sebuah proses panjang akulturasi kebudayaan asli dan kebudayaan pendatang? atau mungkin ada banyak kemungkinan lain yang menunggu untuk diungkap di Batujaya, Karawang-Jawa Barat.
Kepustakaan:Kompleks Percandian Batujaya Berada di dua wilayah administratif, Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas situs Batujaya sendiri diperkirakan Sekitar Lima Km2 adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuna yang terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.
Dalam Radius lima km2 diperkirakan terdiri dari 24 lokasi candi, 13 lokasi berada di Desa Segaran dan 11 lokasi di Desa Telagajaya. Dari 24 lokasi ini, baru 10 lokasi yang digali dan diteliti dan baru 2 candi yang dipugar, serta baru satu yakni candi Jiwa yang sudah rampung, satunya lagi candi Blandongan belum rampung. Diyakini kompleks pencandian ini adalah berlatarkan agama Buddha. Situs percandian Batujaya ini diketemukan pada 1984 namun dipugar untuk pertama kalinya baru pada tahun 1996.
Penemuan Candi Batujaya pada tahun 1984 berdasarkan laporan penduduk setempat mengenai adanya penemuan benda-benda purbakala di sekitar gundukan-gundukan tanah di tengah-tengah sawah. Gundukan-gundukan ini oleh mereka disebut sebagai onur atau unur dan dikeramatkan oleh warga sekitar. Semenjak awal penelitian dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 telah ditemukan 31 tapak situs sisa-sisa bangunan. Penamaan tapak-tapak itu mengikuti nama desa tempat suatu tapak berlokasi, seperti Segaran 1, Segaran 2, Telagajaya 1, dan seterusnya.
Sampai pada penelitian tahun 2000 baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi) dan sampai saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandiannya. Meskipun begitu, dua candi di Situs Batujaya (Batujaya 1 atau Candi Jiwa, dan Batujaya 5 atau Candi Blandongan) telah dipugar dan sedang dipugar.
Ekskavasi dan penelitian dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan dibantu oleh EFEO (École Français d’Extrême-Orient) dan dukungan dana dari Ford Motor Company digunakan untuk kegiatan kajian situs ini.
Situs ini terletak di tengah-tengah daerah persawahan dan sebagian di dekat permukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (pantai Ujung Karawang). Batujaya kurang lebih terletak enam kilometer dari pesisir utara dan sekitar 500 meter di utara Ci Tarum. Keberadaan sungai ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keadaan situs sekarang karena tanah di daerah ini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim kemarau atau pun pada musim hujan.
Berdasarkan analisis radiometri Carbon 14 pada artefak-artefak peninggalan di candi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 Masehi dan yang paling muda berasal dari abad ke-12. Di samping pertanggalan absolut di atas ini, pertanggalan relatif berdasarkan bentuk paleografi tulisan beberapa prasasti yang ditemukan di situs ini dan cara analogi dan tipologi temuan-temuan arkeologi lainnya seperti keramik China, gerabah, votive tablet, lepa (pleister), hiasan dan arca-arca stucco dan bangunan bata banyak membantu dalam mengungkap kesejarahan situs Batujaya.
Situs Batujaya yang terletak di lokasi yang relatif berdekatan dengan Situs Cibuaya (sekitar 15km di arah timur laut), merupakan peninggalan bangunan Hindu, dan situs temuan pra-Hindu "kebudayaan Buni" yang diperkirakan berasal dari masa abad pertama Masehi. Kenyataan ini seakan-akan mendukung tulisan Fa Hsien yang menyatakan:
"Di Ye-po-ti (Tolomo/Taruma) jarang ditemukan penganut Buddhisme, tetapi banyak dijumpai brahmana dan orang-orang beragama kotor)".
Keterangan Fa Hsien memberikan beberapa gambaran bahwa pada masa kerajaan Taruma agama yang di anut oleh masyarakat setempat berbeda dengan agama/kepercayaan yang Ia anut, hal ini memberikan beberapa kemungkinan, bahwa kebudayaan yang ada pada masa Taruma bukan merupakan kebudayaan Budhis yang baru ada menjelang abad ke 4 Masehi, bisa saja Kebudayaan yang berkembang di Batujaya atau Tarumanegara merupakan Kebudayaan Asli bangsa Indonesia, akan tetapi, dari berbagai bukti yang ada telah menunjukan bahwa Hindu-lah yang berperan dalam pembentukan kebudayaan pada masa itu, sebagai mana yang tercatat dalam literatur kesejarahan Indonesia. Sebuah garis fakta yang sulit dibantahkan. Namun, jika kita cermati jauh lebih dari pada itu, timbul sebuah pertanyaan, bagaimana mungkin agama yang dibawa oleh hanya segelintir orang saja dapat membuat sebuah kebudayaan?. Bukanya kebudayan sangat erat hubungannya dengan masyarakat setempat!!
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat, bahkan menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Jika pengertian kebudayaan sebagai sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Lantas, dimanakah posisi Batujaya dan peninggalannya dalam konteks sejarah Nusantara?, apakah hasil sebuah imitasi dari kebudayaan lain, atau hasil sebuah proses panjang akulturasi kebudayaan asli dan kebudayaan pendatang? atau mungkin ada banyak kemungkinan lain yang menunggu untuk diungkap di Batujaya, Karawang-Jawa Barat.
Agustijanto I.S.S (2006).Komplek Percandian Batujaya Tempat Lahirnya Peradaban di Tatar Sunda
[online] http://www.budpar.go.id/filedat/858_125-situsbatujaya11.pdf . 4 April 2009.
Kompas (2001). Situs Batujaya Diduga Candi Tertua di Jawa www2.kompas.com/kompas-cetak/0103/01/.../situ09.htm. 12 April 2009
_______ . (2003). Situs Percandian Batujaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat (leaflet Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang Wilayah Kerja Propinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung).
_________. (2009). Candi Jiwa Diperkirakan Lebih Tua Dari Borobudur [online] http://www.ahmadheryawan.com/lintas-kabupaten-kota/kabupaten-karawang/4203-candi-jiwa-diperkirakan-lebih-tua-dari-borobudur.pdf Sumber: Harian Seputar Indonesia, Selasa 02 Juni 2009. 5 Juli 2009.
_____. (2009). Percandian Batujaya. [online] http://id.wikipedia.org/wiki/Percandian_Batujaya. 16 juli 2009Sumber: http://www.wacananusantara.org