Saat ini, sebagian candi di empat gugusan candi itu hanya meninggalkan reruntuhan, bahkan hilang. Yang tersisa, gugusan Candi Arjuna yang terdiri dari Candi Arjuna, Semar, Srikandi, Puntadewa, dan Sembadra. Sementara itu, gugusan candi lain menyisakan masing-masing satu candi, yaitu Candi Gatotkaca, Dwarawati, dan Bima. Tak mudah mengungkap kisah di balik candi-candi yang bertebaran di dataran tinggi yang ada di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, ini. Sedikitnya 13 prasasti ditemukan di kompleks ini, tetapi tidak menjelaskan pendirian candi. Sebagian besar sulit dibaca, sementara yang terbaca tidak menyebut candi tertentu. Prasasti yang tertulis dalam huruf Pallawa dengan Bahasa Jawa Kuno ini memuat angka tertua 731 Saka (809 Masehi) dan termuda 1.132 Saka (1.210 Masehi). Ciri arsitektur bangunan candi digunakan untuk memperkirakan masa pembangunannya. Candi candi Dieng dibangun pada masa berbeda, yaitu antara abad VII – XIII.
Peran candi di Dataran Tinggi
Dieng sebagai pusat kegiatan agama Hindu, terutama pemuja Dewa Syiwa, tak diragukan lagi. Namun, seperti apa denyut nadi yang pernah menggerakkan percandian agung ini masih menjadi misteri. Bahkan, nama candi yang saat ini mengacu pada tokoh pewayangan pun diperkirakan baru diberikan berabad setelahnya. Nama asli masing-masing candi juga misteri. Misteri yang sangat menarik untukdiungkap demi pembelajaran bagi masa depan.
Sumber : http://budpar-banjarnegara.com