Es Lilin Bandung yang Tak Lagi Didorong-dorong

BANDUNG - Ingat lagu dari Sunda yang berjudul Es Lilin, dengan bait antara lain ?Es lilin mah..eceu..kalapa muda dibantun mah ieuh..Didorong-dorong'.

Mungkin bait tersebut mengingatkan kita pada jaman dahulu bahwa berjualan es lilin selalu memakai roda dan didorong-dorong dari satu tempat ke tempat lain. Namun zaman sudah berganti, dahulu menjual es lilin dengan mendorong roda, kini es lilin dijual di sebuah toko bahkan sudah masuk ke supermarket besar.

Salahsatu toko yang masih menjual es lilin dan termasuk kuliner yang dicari oleh wisatawan lokal maupun mancanegara ialah Es Lilin Bandung yang terletak di Jalan Lengkong Besar No 101 atau tepat disamping Kafe Atmosphere.

Walaupun baru tiga tahun buka, tempat tersebut sudah dikenal karena rasa es lilinnya yang berbeda dengan es lilin lainnya.

"Beda rasanya karena semua bahan-bahannya alami dan tidak menggunakan bahan pengawet," ujar pemilik toko Es Lilin Bandung, Rosita Permana ketika ditemui di tokonya, Kamis (26/6/2009).

Tidak hanya menggunakan bahan-bahan alami, yang membuat perbedaan itu antaralain potongan buah-buah seuai rasa pada es lilin tersebut. Jadi ketika kita menggigitnya potongan buah tersebut masih terasa segar dilidah.

"Kami sengaja mengiris kecil-kecil buah dan dicampurkan ke esnya, misalnya rasa alpukat kita akan potong alpukat dan digabung dalam adonan," ujarnya.

Tak heran, dalam satu bulan tokonya itu bisa meraih keuntungan bersih sebesar Rp10 juta.

"Kalau ramai bisa kita jual 1.000 potong perhari tapi kalau hari biasa paling 200 potong," jelasnya. Selain itu, esnya itu pun banyak diambil untuk dijual kembali di toko-toko atau pun kafe-kafe di Kota Bandung dan luar kota.

Diungkapkannya, harga perpotong es lilin Bandung itu seharga Rp1.500. "Namun bila sudah ada ditoko-toko atau kafe bisa mencapai Rp2.500 atau di Jakarta bisa hingga Rp4.000," terangnya.

Di tokonya itu menyediakan es lilin dalam berbagai rasa antaralain, rasa Jeruk, jagung, cokelat, Lychee, anggur, mangga, nangka, strawberry, jambu, vanilla, kelapa muda dan berbagai rasa buah lainnya dengan jumlah rasa mencapai 17 rasa itu.

Dirinya menjamin selain bahan-bahannya alami, buah-buahannya pun dipilih langsung di pasar yang tersebar di Kota Bandung.

"Kami pilih langsung buah di pasar karena bila dikirim langsung biasanya banyak yang busuk dan tidak terpakai," ujarnya.

Rosita pun menceritakannya bagaimana mulai membangun usaha tersebut. Rosita yang hobi dengan dunia kuliner ini langsung menjatuhkan pilihan ke es lilin untuk mengembangkannya. Sorita pun melakukan eksperimen dari lima tahun yang lalu. Hasil eksperimen tersebut kemudian dibagikan ke saudara atau teman untuk mencobanya.

"Setelah dirasa pas, dua tahun kemudian baru berani membuka dan menjual es lilin dengan label Es Lilin Bandung," ujarnya.

Hingga akhirnya es lilin tersebut disukai bahkan, saat Lebaran tiba tak tanggung-tanggung banyak konsumen memborongnya. "Karena untuk oleh-oleh atau disimpan di rumah bila ada saudara datang bisa disajikan kepada mereka," jelasnya. (Yugi Prasetyo/Koran SI/fit)

Sumber : http://news.okezone.com