Curug Pareang

Terletak di barat daya Kota Sukabumi dengan jarak 30 Km, tepatnya di desa Sindang Resmi, Kecamatan Jampang Tengah, Kab. Sukabumi- Jabar. Dari kota Sukabumi ambil arah ke Jl. Pelabuhan 2. Pertigaan pasar pangleseran ke kiri arah Jampang. Akses menuju kesana relatif mudah, namun tempat ini belum banyak didatangi orang karena belum dikelola secara maksimal.

Dalam bahasa sunda, curug artinya air terjun. Curug Pareang sangat menawan dengan kenampakan sebagai sungai di dinding bukit.

Curug Pareang nan Menawan

Pada saat musim kemarau, debit airnya kecil sehingga bisa didaki. Lumayan tinggi mendaki lereng ini namun begitu sampai diatas, rasa capek akan hilang melihat keindahan alam dari puncak dan air terjun kebawah melewati sela sela kaki kita. Mmmmm…….. Akan tetapi mendaki lereng melewati sungai ini sangat tidak disarankan karena licin dan berbahaya. Apabila mau melihat keindahan alam dari puncak, anda bisa mendaki lewat samping sungai (sudah ada jalan setapaknya).

Konon, menurut cerita dari penduduk setempat, disekitar air terjun ini terdapat sumur minyak yang dibakar pada zaman penjajahan Belanda. Sumur ini sekarang menjadi sumber air yang jernih meskipun curug sedang dilanda badai (banjir). Namun sayang sekali ketika kami berkunjung kesana kami tidak melihatnya.

Situ Gunung

Wisata alam Situ Gunung terletak di kaki gunung Gede, dan merupakan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Secara administratif pemerintahan masuk dalam wilayah Desa Kadudampit, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi.

Dari kota Sukabumi berjarak kurang lebih 15 Km kearah Barat/Bogor. Akses menuju kesana relatif mudah, dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi ataupun angkutan umum. Angkutan umum dari arah kota Sukabumi ke arah Bogor, turun di Masjid Agung Cisaat. Dari Jl. Raya Cisaat masuk ke kanan sejauh 10 Km. Retribusi masuk ke kawasan ini relatif murah.

Apabila anda membawa kendaraan pribadi, bisa parkir di pos 2 dan jalan kaki kurang lebih 200 m. Tersedia juga jasa ojeg. Namun anda akan merasakan sesuatu yang berbeda ketika berjalan kaki. Udara yang masih bersih, sejuk dan segar memenuhi rongga dada. Kicauan burung kedasih, kutilang, dan beberapa jenis burung yang lain saling bersahutan. Sesekali anda bisa becanda ‘main petak umpet’ dengan lutung yang berloncatan kian kemari diantara pepohonan. Lutung adalah jenis monyet yang seluruh permukaan tubuhnya berwarna hitam, dan pipinya mempunyai jumbai. Menurut informasi dari petugas jaga, biasanya lutung turun minum ke danau sekitar jam setengah tujuh pagi dan jam lima sore. Lutung lutung di kawasan ini sengaja dilestarikan dan dilindungi.

Dalam perjalanan turun akan mulai terlihat genangan air situ di balik pepohonan. Dalam bahasa sunda, situ berarti danau. Situ Gunung memiliki nuansa yang sangat eksotis. Pepohonan sekitar didominasi oleh pohon Damar (Agathis sp.). Dan nuansa eksotis ini dapat dinikmati pada pagi hari ketika sinar matahari menerobos pepohonan kurang lebih jam 05.30 – 06.30.

Namun sayang sekali ketika mengambil foto foto ini, kami agak kesiangan (jam 07.00), sehingga sinar matahari sudah penuh menyinari danau.

Air danau ini berasal dari sumber mata air yang terkenal sebagai Curug Cimanaracun. Tempatnya tidak jauh dari Situ Gunung. Selain Curug Cimanaracun terdapat pula Curug Sawer yang berjarak kurang lebih 2,5 Km.

Bagi anda yang datang dari jauh, tidak perlu kuatir karena di sekitar kawasan wisata ini telah banyak di bangun vila dan penginapan . Dapat juga anda berkemah. Terdapat juga gazebo di pinggir situ.

Hari ke tiga tanggal 9 Maret 2009. Kami bersiap siap meninggalkan kawasan UG. Kami mampir ke Villa amanda Ratu (kunjungan sebelumnya, saya menginap di tempat ini). Disini kita bisa menikmati indahnya muara Cikarang, yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai ‘Tanah Lot Amanda Ratu’.

Persinggahan terakhir kami adalah Curug Cikaso. Perjalanan kesana berliku liku, namun tidak terlalu jauh dan jalan sudah diaspal halus. Sebenarnya Cikaso adalah nama sungai dan curugnya adalah Curug Luhur.

Untuk mencapai curug Luhur, kita bisa mendapatkan sensasi lain dengan naik sampan selama 1,5 menit walau sebenarnya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Sampan yang ditawarkan disitu cukup mahal Rp. 70.000/sampan. Jika anda jeli, bisa Rp. 20.000/sampan. Perjalanan menyusuri sungai Cikaso yang besar, airnya berwarna coklat. Kemudian masuk kemuara. Tempat ini adalah pertemuan air warna hijau yang berasal dari Curug Luhur dan air coklatnya sungai Cikaso.

Tak terasa memang naik sampan selama 1,5 menit. Kami diberi waktu menikmati indahnya Curug selama 3 jam yang kemudian akan dijemput kembali.

Wow… Curug Luhur ini sangat indah sekali. 3 Curug berjajar dengan air yang berwarna kehijauan jernih.

Ditempat ini kami mandi, berenang dan berbasah basah (kecuali mas master tukang komputer yang takut air, p).

Rasanya kami belum puas untuk maen, tapi waktu mengingatkan kami untuk segera pulang ke Sukabumi. Sayonara Ujung Genteng, sayonara Cikaso…

Sumber : http://marcantia.word

Sumber photo : http://marcantia.files.wordpress.com