Ambillah jalan yang menuju ke perkebunan Sinumbra, perjalanan dari perkebunan Sinumbra – melalui desa Cipelah kecamatan Rancabali hingga desa Karang Jaya membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam saja. Dengan keadaan jalan yang cukup baik hingga desa Cipelah, selanjutnya jalan masih baik walau berbatu – batu dan terkadang berlubang.
Perjalanan tidak akan membosankan karena pemandangan di kiri kanan, berbeda dengan keadaan kota dan bahkan desa – desa lainnya. Diawali dari perkebunan Rancabali hingga desa Cipelah, kiri kanan dikelilingi oleh perkebunan teh / tea plantation. Setelah melewati desa Cipelah, pemandangan pedesaan mulai berangsur berubah menjadi suasana pedesaan di pedalaman. Uniknya di sisi sebelah kanan terdapat punggungan gunung yang cukup tinggi, dan terdapat air terjun yang cukup indah terlihat dari jalan. Pertama lihat, karena takjub dan merasa kagum saya kira ini adalah Citambur, tapi ternyata bukan. Di perjalanan menuju Citambur ternyata masih terdapat satu lagi air terjun, hanya saya tidak menanyakan pada penduduk setempat, apa nama air terjun tersebut.
Sampai di kantor desa Karang Jaya, tepat didepan kantor tersebut merupakan pintu masuk menuju curug Citambur. Beberapa meter dari pintu masuk, langsung disambut oleh situ RawaSuro yang dijadikan penampung air untuk irigasi. Keadaan di sekitar danau ini tidak terlalu bersih dan tampaknya dijadikan tempat membersihkan plastik di aliran air irigasinya. Selanjutnya jalan menuju curug bukan hotmix, tetapi batu lepas tertanam di tanah akibat perkerasan oleh kendaran yang lewat. Apabila anda menggunakan motor harus berhati-hati melewatinya karena terkadang ada batu dan lubang yang dapat dihantam blok mesin.
Sampai ditempat parkir yang tidak tertata dan dipenuhi oleh rerumputan, terlihat air terjun yang cukup tinggi di sebelah kanan. Perkiraan mungkin hampir 200 meter, dengan perbandingan perkiraan pohon pinus 25 meter. Di sekitar parkiran masih merupakan sawah yang menguning, dan di sebelah kiri atau didepan air terjun terdapat bukit dan pohon beringin yang terdiri tegak dipuncaknya.
Aneh sekali sensasi yang dirasakan …mmmhh sayangnya saya tidak berani membawa kamera, karena dalam beberapa puluh detik, pakaian langsung basah, dalam jarak 100 meter dari pusat air terjun pun, kamera harus hati-hati kalau tidak mau terkena air.
Posisi yang paling pas adalah mengambil gambar dari puncak bukit didepan air terjun, dan yang pasti dibutuhkan kamera dengan lensa tele, karena dengan kamera digital tipe compact, orang di tempat saya bertarung dengan cipratan air terjun yang maha dahsyat, terlihat bagai semut, kecil sekali.
Sumber : http://kharistya.wordpress.com