Taman Laut Bunaken yang Eksotis

Oleh : Agus Setiawan

Ingat film kartun animasi terkenal “Finding Nemo” yang menggambarkan kehidupan ikan di dasar laut yang berkejar-kejaran demikian indah. Kita akan menjumpai keindahan ribuan ikan warna-warni yang sesungguhnya kalau berkunjung ke Taman Laut Bunaken di Manado.

Takjub dan luar biasa adalah kesan pertama para pengunjung yang pertama kali melihat keindahan dasar laut tersebut. “Subhanallah, Maha suci Allah”, ujar Dyah, pengunjung asal Jakarta, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda kagum.

Jangan membayangkan kalau wanita asal Jatim itu melakukan penyelaman atau diving maupun snorkeling. Dia dan rombongan hanya melihat dasar laut dari sebuah kapal yang dilengkapi kaca bening ditengahnya, yang kemudian diturunkan saat kapal berhenti di atas taman laut.

Snorkeling, selam permukaan atau selam dangkal (skim diving) adalah kegiatan berenang atau menyelam dengan mengenakan peralatan berupa masker selam dan snorkel. Selain itu, penyelam sering mengenakan alat bantu gerak berupa kaki katak (sirip selam) untuk menambah daya dorong pada kaki.

Melihat dasar laut dengan kaca bening sebenarnya sama persis ketika melihat taman laut di Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali, bedanya pemilik kapal carteran menuju Bunajen lebih kreatif karena kaca bening yang dipasang dalam sebuah kotak tersebut bisa diangkat dan diturunkan.

Keindahan taman laut yang tiada duanya tersebut telah mengilhami diselenggarakannya acara berkelas dunia berupa World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Summit (CTI) di Manado, 11 hingga 15 Mei yang menghadirkan kepala negara dan delegasi dari luar negeri.

Bunaken tidak hanya mengilhami penyelenggaraan WOC. TNI, AL juga akan mengorganisir penyelenggaraan “Sail to Bunaken” yang bakal menghadirkan ribuan pelaut mancanegara yang bakal dihelat pada Agustus mendatang.

Sebuah brosur yang dicetak oleh Asosiasi Perusahaan Perjalanan dan Wisata Indonesia (ASITA) menyebutkan Taman Laut Bunaken sebagai “the world famous diving spot Bunaken Island” atau “Tempat penyelaman Pulau Bunaken yang paling terkenal di dunia”.

Pengalaman pertama menjelajahi Bunaken adalah eksplorasi terhadap gugusan terumbu karang beraneka warna dan ratusan ikan sepanjang Taman Nasional Bunaken.

Kalau dari perahu saja bisa melihat gugusan terumbu karang dan aneka ikan warna-warni, dengan menyelam dan snorkeling tentu akan bisa menikmati keindahan dasar laut secara lebih menakjubkan.

Sementara itu selama perjalanan dari Pelabuhan Manado menuju Pulau Bunaken, pengunjung akan bisa melihat Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken dan Pulau Siladen sepanjang perjalanan, yang tampak seperti gunung dari kejauhan.

Pulau Bunaken dan taman lautnya dikelola oleh Dewan Pengelolaan Taman Nasional Bunaken yang diketuai Wagub Sulut, Freddy H Sualang.

Taman Nasional Bunaken berada di pusat kawasan segitiga terumbu karang yang meliputi hampir enam juta kilometer persegi lautan dan perairan pantai di Asia Tenggara dan Pasifik Barat.

Pulau Bunaken sendiri total areanya seluas 89.065 hektar dengan 22 desa dan jumlah penduduk 40.00 orang. Penduduk di pulau tersebut juga menjual aneka souvenir dan makanan/minuman tradisional.

Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang dan ekosistem daratan atau pesisir.

Pada bagian utara terdiri dari Pulau Bunaken, pulau Manado Tua, Pulau Montehage, Pulau Siladen, Pulau Nain, Pulau Nain Kecil, dan sebagian wilayah pesisir Tanjung Pisok. Sedangkan pada bagian selatan meliputi sebagian pesisir Tanjung Kelapa.

Potensi daratan pulau-pulau taman nasional ini kaya dengan jenis palem, sagu, woka, silar dan kelapa. Jenis satwa yang ada di daratan dan pesisir antara lain kera hitam Sulawesi (Macaca nigra nigra), rusa (Cervus timorensis russa), dan kuskus (Aulurops ursinus ursinus).

Ahli biologi menyebut jenis tumbuhan di hutan bakau Taman Nasional Bunaken yaitu rhizophora sp, sonneratia sp, lumnitxera sp dan brugueira sp. Hutan ini kaya dengan berbagai jenis kepiting, udang, moluska dan berbagai jenis burung laut seperti camar, banagau, dara laut, dan cangak laut.

Jenis ganggang yang terdapat di taman nasional ini meliputi jenis caulerpa sp, halimeda sp, dan padina sp. Padang lamun yang berada di Pulau Montehage, dan Pulau Nain yaitu thalatsia hemprichii, enhallus acoroides, dan thalassodendra ciliatum.

Taman Nasional Bunaken diusulkan masuk dalam daftar world natural heritage atau warisan dunia di UNESCO. Kawasan ini dinilai memiliki karakteristik keunggulan keanekaragaman hayati laut.

“Bali bukan satu-satunya bagian Indonesia yang mempesona. Di Manado anda akan menemukan rahasia dunia yang tersimpan paling rapat, yaitu terumbu karang alamiah yang sangat indah”, ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Selama pelaksanaan WOC Bunaken banyak dikunjungi wisatawan dari Amerika Serikat, Singapura, Perancis, Swiss,Jerman, Inggris, Jepang, Philipina, Belanda, Australia dan Belanda. “Pengunjung terbanyak dari USA”, ujar Yanti Salone, petugas di Taman Nasional Bunaken.

Pengunjung domestik dikenai retribusi Rp 2.500,- per orang yang biasanya dimasukkan dengan tarif kapal, pelajar Rp 1.000,- per orang, sedangkan wisatawan mancanegara Rp 50 ribu per orang.

“Kalau ada turis yang membayar satu tahun retribusinya Rp150 ribu. Torang (kita) kasih PIN sehingga kalau masa berlakunya belum habis tidak perlu bayar lagi”, kata Yanti Salone menjelaskan.

Penasaran ingin mengunjungi Bunaken? caranya cukup gampang. Ada sejumlah alat transportasi yang diorganisir oleh Oikano Ocean Sport dan Blue Banter Tour and Travel.

Mereka berangkat dari Pelabuhan Manado kemudian tiba di lokasi lebih kurang selama 40 menit.

Oikano menyediakan kapal atau long boat, berkapasitas 25 orang hingga 75 orang, dengan biaya per perahu Rp 3,6 juta per hari. Sedangkan speedboat dengan kapasitas empat orang tarifnya Rp 150 ribu per 30 menit.

Sedangkan untuk mencarter perahu melalui Blue Banter Tour and Travel sewanya Rp 600 ribu hingga Rp 750 ribu, snorkeling ditawarkan Rp 375 ribu per orang, minimal dua orang, termasuk dua tank, makan siang dan guide.

“Dengan Rp 500 ribu sebenarnya sudah bisa berangkat mengunjungi Bunaken”, ujar Bililu, warga etnis keturunan Gorontalo yang memiliki persewaan perahu. (Antspek/c)

Sumber: http://hariansib.com