Hanya berjarak kurang lebih 200 meter dari jalan utama Yogya - Solo, yakni di Desa Kalibening, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, berdiri sebuah candi yang cukup besar bernama Candi Kalasan. Candi yang diperkirakan berdiri pada tahun 778M ini, tampak masih tegar berdiri setelah mengalami 3 kali proses renovasi. Sayangnya maraknya aktifitas pencurian pada tahun-tahun sebelumnya, menyebabkan banyak sekali arca maupun bagian-bagain candi ini yang sudah raib entah kemana. Kemungkinan besar arca-arca tersebut telah berpindah tangan (dijual) ke kolektor-kolektor benda antik.
Candi ini berdiri diatas alas bujur sangkar yang memiliki sisi 45 meter. Masing-masing sisi tersebut pada bagian tengahnya terdapat sebuah tangga, dimana pada sisi timur merupakan tangga masuk ke dalam candi. Patung hewan mitos Makara diletakkan pada ujung pipi tangga. Sayangnya pipi tangga ini sudah tidak tersambung dengan badan candi, seperti apa yang umum terdapat pada candi-candi lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya bahan pembentuk candi yang hilang.
Badan candi sendiri berbentuk bujur sangkar dengan bagian tengah-nya lebih menjorok keluar dari tengah sisinya. Terdapat relung pada badan candi ini. Relung ini seharusnya berisi figur tokoh dewa dalam posisi berdiri dan memegang bunga teratai, sayangnya hanya sisi barat saja yang tersisa. Setiap pintu masuk, terdapat hiasan berupa kala dengan bagian jenggernya terdapat kuncup-kuncup bunga, dedaunan dan sulur-suluran. Hiasan ini pun sekarang hanya terdapat pada sisi utara candi.
Batas antara atap dan tubuh candi terdapat hiasan berupa makhluk kahyangan yang kerdil (gana). Bagian atap candi ini berbentuk segi delapan dan bertingkat dua. Pada masing-masing sisi ditingkat pertama terdapt arca budha yang melukiskan Manusi Budha dan tingkat kedua melukiskan Dhyani Budha. Bagian puncak candi kemungkinana berupa stupa, tetapi tidak berhasil direkonstruksi kembali karena banyak batu asli yang tidak diketemukan. Disekeliling candi sebenarnya terdapat stupa dengan rata-rata tinggi 4,6 meter dan berjumlah 52 buah. Akan tetapi stupa-stupa tersebut tidak ada yang dibangun kembali, karena banyaknya batu asli yang hilang. Satu hal yang menjadi keistimewaan Candi Kalasan adalah dipergunakannya bajralepa untuk melapisi bagian luar candi. Bajralepa merupakan sejenis semen kuno yang berguna untuk memperhalus dinding dan pengawet batu supaya tidak aus.
Berdasarkan prasasti Kalasan (tahun 700 Caka atau 778 Masehi) yang berhuruf prenagari dan berbahasa sansekerta menyebutkan, bahwa guru sang raja berhasil membujuk Maharaja Tejahpura Panangkarana (Kariyana Panangkara) yang merupakan mustika keluarga Sailendra (Sailendra Wamsatilaka), untuk membangun bangunan suci bagi dewa Tara dan sebuah biara bagi para pendeta. Hasilnya, raja kemudian menghadiahkan desa Kalasan kepada semua sangha. Oleh karena itu angka tahun 778 Masehi dianggap tahun berdirinya Candi Kalasan.